Sungguh aku hanya tidak ingin kehilangan Abi. Bukan aku tidak punya teman lagi selain Abi, tapi cuma Abi yang selalu siap pasang badan untukku.
Entah mengapa dadaku terasa sangat sesak, dan tenggorokanku rasanya kering sekali. Aku menangis, diluar dugaanku sama sekali. Aku marah dengan Abi namun aku juga takut kehilangan Abi.
Kudengar langkah Abi mendekat, mungkin karena aku yang diam saja membelakanginya.
"Ta?"
Panggilannya membuat aku refleks membalikan badan dan aku peluk tubuh Abi.
"Maaf Bi, maaf" Aku berbicara sambil sesenggukan. Tidak peduli baju Abi basah karena air mataku.
Satu detik, dua detik, tiga detik, tidak ada balasan apapun.
Aku masih menenggelamkan wajahku di dada bidang Abi sampai aku merasakan ada sapuan tangan di kepalaku dan juga punggungku.
"Maaf jika kamu merasa aku bohongi Ta, sungguh demi Tuhan aku tidak benar-benar membohongimu. Aku pergi ke toko buku kemarin, tetapi buku yang aku cari tidak ada, lalu Marsha mengajakku pergi sebentar, akhirnya aku turuti saja ajakannya, itu juga karena aku merasa tidak enak dengan Marsha" ujar Abi dengan lembut.
Semakin aku eratkan pelukanku ke tubuhnya, seperti orang yang benar-benar tidak ingin ditinggal pergi. Padahal Abi masih disini, kuliah di kampus yang sama denganku dan masih beberapa tahun lagi.
"Aku lebih baik digalakkin kamu, Ta, daripada didiemin, sepi Ta, sepi sekali, rasanya seperti ada bagian dari diriku yang hilang"
"Ngga lucu!" ucapku yang masih berada di pelukan Abi
"Udah jangan nangis, aku masih disini dan Abi masih tetap untuk Ita, selalu" Bersama dengan itu, pelukannya mengendur.
Jemari tanganya yang kokoh menyentuh permukaan wajahku sambil tersenyum, mengusap perlahan bekas air mataku, merapikan setiap helai rambut yang menghalangi wajahku.
Abi masih tetap untuk Ita. Itu memang harus. Abi tidak boleh kemana-mana, karna itu kewajiban.
"Trus kenapa tadi malem kamu ngga hubungin aku, Bi?" tanyaku seperti anak kecil yang sedang merengek.
"Jadi Tuan Putri ini nungguin chat Abi tadi malem, hm?"
"Tau deh!"
"Udah jangan ngambek lagi, maaf Ta hp aku mati dan charger hp aku kebawa Marsha waktu di caffe kemarin"
"Ohh"
"Udah kan marahnya?" tanya Abi lembut "takut aku, Ta kalau kamu kaya tadi, rasanya kaya kamu pengin bunuh aku hidup-hidup"
"Memang! Abis kamu nyebelin"
"Yah, nanti kalau aku mati, siapa dong yang jagain kamu"
"Banyak kok"
"Siapa nih? Adnan?"
"Abi nyebeliin!"
"Udah move on, Ta emang? "
"Abi udah deh! "
"Jadi?"
"Hah? "
"Jadi mau ditraktir ngga nih? " tanya Abi menaik turunkan alisnya.
"Masih berlaku? "
Abi terkekeh sambil menyelipkan helaian rambutku ke belakang telinga yang tersapu angin "Siapa yang bilang ada tanggal kadaluarsanya sih, Ta"
"Yah siapa tau udah ada yang ngambil"
"jadi gimana nih? "
"Kalau kamu maksa... " aku pura-pura berpikir sebentar "...oke deh aku terima"
"Yuk"
"Hah? Sekarang?!"
"Emang mau kapan? Minggu depan? aku ada acara kayanya, Ta"
"Abi! Hari ini aku ada kelasnya Pak Ratno, bisa bisa aku dapet C nanti"
"Yah, jadi ngga sekarang? Abi kecewa"ucap Abi dengan raut wajah yang di buat-buat.
"Nanti Abi, pulang kuliah. Kamu jadi alay gara-gara siapa sih, Bi. Heran deh"
"Gara-gara siapa coba tebak, Ta"
"Udah ah, Bi aku mau masuk. Nanti telat"
"Ngga asyik nih Ita"
"Bi,"
"Yaudah iya iya, semangat belajar Tuan Putri, belajar yang rajin, Tuan Putrinya Abi ngga boleh jadi bodoh, harus pinter, ok? " ujarnya dengan tangannya mencolek hidungku.
"Udah, Bi aku mau masuk, sana kamu masuk juga"
"Oh iya, Ta"
"Apa lagi?"
"Kemarin waktu pulang dari caffe kemana sama Alfi? "
"Pulang lah, emang kamu pikir aku kemana? Ngga usah mikir aneh-aneh deh"
"Cuma memastikan aja, Ta"
"Udah? "
"Hmm, bentar aku mikir dulu Ta"
"Abi lama ihh"
"Ada yang kurang, Ta kayanya" Raut wajah Abi dibuat seserius mungkin menatapku.
"Cepet Bi apaan, aku udah bener-bener mau masuk kelas"
"Kamu belum nyemangatin aku belajar juga, Ta"
"Abiii!!"
Dia tertawa kecil "Iya, kenapa?"
"Udah kan Bi? Yakin udah kan? Udah aja deh Bi,ya ya ya, bye Abi"
"Ta, Bentar!"
"Bi, lama-lama aku jahit mulutmu"
"Pulang kelas aku tunggu disini lagi ya, Ta"
"Iya Abi, aku ngerti!!"
***
Nyebelin ngga sih si Ita, sana sini mau diembat hehe :v kasian juga Abi mau deket sama cewe malah dapetnya marah dari Ita :(( Trus apakabar si Alfi? Dan Marsha? Sebenernya Marsha suka ngga sih sama Abi?
Tunggu yaa next episodeee hehehe :))
Aku seneng banget kalau kalian baca cerita aku trus kasih vote juga comment. Itu bener-bener ngasih energi positif buat aku bisa lanjutin cerita ini terus, lagi dan lagi!!!
Maaf juga kalau aku post terlalu sedikit, soalnya aku ngetik di handphone, Laptopku ada di kostanku hehe :)))))
Love u Guys 💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Abi
Roman pour Adolescents"I just wanna to feel free, bahkan tanpa adanya sosok dia" "Kenapa?" "Aku cuma ingin tidak terlalu terlihat seperti seorang pengecut, Bi! Dia datang dengan niat baik, tapi aku acuhkan begitu saja saat dia sudah berani mengatakan perasaanya. Aku tida...