"Pa-pamanhh"
Jeno menutup matanya, suara lembut penuh putus asa itu terdengar begitu menggairahkan.
Tidak! Ia harus menahannya setidaknya hingga Jaemin mulai mencintainya. Agar tidak hancur semua rencana yang telah ia susun dengan rapi.
"Pamanhh ja-jangan melihat kearahku! Hiks* Aku benar-benar terlihat menyedihkan sekarang hiks*"
Pemandangan Jaemin mengusap air matanya dengan ujung lengan baju yang menenggelamkan lengannya semakin membuat Jeno hampir gila.
Jeno menekuk lututnya lalu menangkup pipi Jaemin dan menghapus air mata itu dari pipi sang omega. Tindakan yang paling tepat untuk mengambil hati seseorang adalah dengan menolongnya. Dalam Ego Jeno yang ia inginkan sekarang hanya secepatnya mengambil alih hotel Jaemin.
"Berhenti menangis"
"Nghh, pamanhh jangan sentuh! Hiks* paman... Pergilah! Aku tidak mau terlihathh... Menyedihkan didepan pamanhh" Lenguhan Jaemin semakin menjadi-jadi sampai mampu membuat telinga Jeno memerah karenanya.
Jeno menggeleng, "Tidak, kau tidak pernah terlihat menyedihkan ingat itu! " Hiburnya penuh dusta.
"Ta-tapihh, ku-kumohon pergilahh. Aku malu, aku tidak ingin berbuat sesuatu yang merugikan pamanhh. "
"Kau tak akan merugikan ku (🌚) kau indah, sempurna, dan yang terpenting kau adalah milikku"
Final Jeno, ia menarik tengkuk Jaemin dan mempertemukan belah bibir mereka tanpa membiarkan Jaemin untuk berkomentar.
Hanya lumatan ringan tak akan menghamili Jaemin kan?
Dihisapnya bibir manis sedikit kering itu lembut, menyesap setiap senti lapisan empuk milik Jaemin dan menggigitnya kecil hingga sang submisiv sedikit membuka mulutnya dan membiarkan lidah Jeno untuk menjelajahi dan mengobrak-abrik isi mulut Jaemin. Mengabsen seluruh gigi dan bergulat dengan lidah si manis.
"Mmnhhh..." Lenguhan indah meluncur dari bibir Jaemin.
Jaemin tidak menolak, namun juga tidak menerimanya. Ia membiarkan Jeno menodai mulutnya. Air liur keduanya mengalir menuruni dagu masing-masing. Lumatan Jeno terasa semakin menuntut, seakan tak peduli dengan Jaemin yang juga membutuhkan pasokan oksigen.
Kepala Jaemin terasa pening dan gugup secara bersamaan, ia tak mampu mengimbangi keprofesionalan Jeno dalam berciuman.
Setelah beberapa menit, lumatan itu merakhir dengan kecupan singkat pada bibir si omega. Jujur saja, sebenarnya Jaemin belum puas, bahkan ia semakin menginginkan hal lebih. Jaemin ingin Jeno menyentuhnya dan menuntaskan sesuatu yang sudah lama Jaemin pendam.
Tapi tentu ia sadar, ia tak pantas jika dibandingkan dengan mahkluk sesempurna Jeno. Setidaknya itulah yang Jaemin pikirkan.
"Dimana, obatmu?"
"Di-didalam laci nakas kedua"
Jeno bangkit dan berjalan menuju nakas yang lumayan jauh, menarik laci nakas dan mematung untuk beberapa saat.
Puluhan pil ekstasi tergeletak pasrah disana. Sungguh Jeno tak pernah menyangka bahwa Jaemin akan mengonsumsi obat-obatan seperti itu untuk kesenangannya. Maksudnya, Hei! Siapapun yang melihat mahkluk seindah dan sepolos Jaemin tak akan bisa menyangka bahwa bocah ini adalah pengguna ekstasi.
Bohong jika Jaemin tidak menyadari reaksi Jeno, ia sadar dengan ekspresi terkejut itu. Namun ia menganggap acuh kejadian itu. Toh itu bukanlah hal yang besar menurut Jaemin
"Sudah ku bilang di laci keduahh.."
Tangan besar Jeno beralih untuk membuka laci nakas kedua dan menutup laci pertama yang tadi sempat ia buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Hostage [Omegaverse] (NoMin)
RomanceGold on your fingertips Fingertips against my cheek Gold leaf across your lips Kiss me until I can't speak Gold chain beneath your shirt The shirt that you let me wear home Gold's fake and real love hurts But nothing hurts when I'm alone When you're...