.
.
.
"Waktu kita tidak banyak Jen,"
Mark membetulkan letak kacamatanya, Alpha dewasa itu sudah tak habis pikir dengan sifat Jeno.
Kadang adiknya akan mengiyakan rencana untuk mengambil alih kepemilikan hotel yang selama ini ia incar, namun beberapa menit kemudian Jeno akan kembali sambil mengatakan bahwa rencana Mark itu terlalu kejam.
Mengingat sifat Alpha didorong oleh naluri mereka yang terkenal agresif, kuat, berani dan kejam. Tetapi dunia dimana hanya kekuatan yang bertahan, sifat kekerasan mereka adalah alasan mengapa mereka duduk di puncak Piramida hierarki.
"Aku tahu, tapi... Apa itu tidak terlalu kejam untuk seorang omega sepertinya? Dia terlalu manis, polos, dan indah untuk disakiti"
Mark mengangguk, "Benar juga, tapi semua pilihan tergantung pada dirimu. Menyakiti bocah itu atau membunuh dirimu sendiri"
"Ck! Ini sulit bagiku"
Mark menyeringai, ia tahu sebuah kebenaran tentang perasaan Jeno terhadap Jaemin.
Yah... Tapi mau bagaimana lagi, Jeno harus melenyapkan perasaan lebih nya pada Jaemin. Tak ada pilihan lain selain meninggalkan Jaemin. Jika Jeno memilih untuk mengedepankan keegoisan nya maka ia bisa menjalin hubungan bersama Jaemin lalu membatalkan pertunangannya dengan Renjun. Dan dengan senang hati sang ayah akan memenggal kepala putranya tersebut.
Sulit memang bagi Jeno untuk memilih salah satu diantara keduanya. Tapi disini Jeno lebih memilih untuk mempertahankan nyawanya sendiri.
"Jangan egois Jen, keegoisan mu hanya akan mengantarkanmu pada mimpi buruk. Hei, disini hanya Jaemin yang sakit bukan dirimu"
"Benar juga, aisshhh apa yang harus kulakukan?" Tanyanya entah pada siapa, mungkin pada dirinya sendiri.
Ya, Jeno menyukai Jaemin.
Awalnya Jeno hanya memiliki perasaan sebatas rasa kagum pada bentuk fisik Jaemin yang nyaris sempurna, dan berbagai kenangan membuatnya mulai menaruh rasa lebih pada sang bocah. Senyuman lugu dengan semburat kesepian itu mampu menggetarkan hati Jeno yang selama ini seakan membeku karena dinginnya sorotan mata penuh wibawa dari setiap orang yang ia temui.
Hampir saja Jeno jatuh dalam fase dimana seseorang tak mempercayai adanya rasa cinta. Namun Jaemin mendekapnya dan mencegahnya jatuh dalam fase itu.
Tatapan putus asa Jaemin selalu membuatnya ingin melindungi sosok ringkih berbibir ranum tersebut. Ah! Ngomong-ngomong soal bibir... Jeno jadi kembali mengingat saat kedua belah bibir mereka saling bertemu untuk pertama kalinya, rasanya benar-benar candu hingga Jeno ingin menyesap bibir itu lagi.
Ditambah lagi aroma Jaemin masihlah suci, seakan tak tersentuh alpha manapun. Yah... Walau Jeno dapat mencium samar bau Alpha lain tapi bukan itu makna yang sesungguhnya, maksudnya 'sentuh' dalam artian sexual.
Hah... Semoga saja rasa cintanya sekarang hanya rasa cinta monyet belaka dan tak lebih.
Membahas tentang Jaemin, Jeno jadi merindukan anak itu. Kira-kira apa yang sedang ia kerjakan ya?
Dari pada menebak-nebak sesuatu yang tak jelas lebih baik ia menghampiri Jaemin sekaligus menghangatkan hatinya kembali.
.
.
.
.
.
.
Jeno mengikuti asal pheromone Jaemin, tak biasanya bocah itu berada di lantai selain lantai 2 dan 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Hostage [Omegaverse] (NoMin)
RomanceGold on your fingertips Fingertips against my cheek Gold leaf across your lips Kiss me until I can't speak Gold chain beneath your shirt The shirt that you let me wear home Gold's fake and real love hurts But nothing hurts when I'm alone When you're...