"Sesuai aplikasi kan mbak?" Tanya rama begitu tiba ditempat pick up.
Perempuan itu mengangguk dan langsung naik keboncengan. Wajahnya sangat panik luar biasa, Bahkan sesekali perempuan itu menangis. Rama terus fokus mengendarai sepedah motornya.
"Mas berhenti disini aja!!" Sahut sipenumpang, dia menyerahkan helmnya. "Tunggu disini nanti saya kasih lebih."
Rama mengangguk. Perempuan itu setengah berlari lalu memeluk seorang pria yang bediri diambang pintu Bus.
Suasana diterminal siang ini tidak terlalu ramai. Rama masih setia menunggu penumpangnya. Hingga perempuan itu kembali. Matanya sembap, dia menyodorkan. uang lima puluh ribu.
"Kembaliannya ambil aja mas."
Perempuan itu berlalu begitu saja berlari menuju lelaki yang ia peluk lalu naik kedalam Bus.
Rama tersenyum sendiri, ingatannya melambung jauh ke masa-masa ia dan istrinya masih pacaran. Saat itu mereka hampir memutuskan untuk kawin lari lantaran pacaran sudah lama tetapi masih terganjal restu orang tua. Tapi Rama yakin kesungguhannya mampu membuat orang tua Sinta luluh dan bersedia menerima ia untuk menikahi kekasihnya.
Sinta itu gadis manis yang sederhana, jauh dari kata matre. Itu membuat Rama memilih gadis itu, dia berbeda dari yang lain. Tapi itu dulu setelah menikah berbeda cerita.
Sinta masih tetap sederhana tapi penampilannya berubah, apa lagi semenjak mereka punya dua anak. Sepertinya dia lupa cara merawat diri hingga ia jauh dr kesan rapih. Jujur saja itu yang membuat dia tidak betah dirumah.
Rama memutar arah sepedah motornya menuju rumah mungilnya. Waktunya makan siang, dia harus makan dirumah.
"Mas, udah pulang... langsung makan sini..." sambut sinta yang masih menata meja makan.
Rama menatap istrinya dari ujung rambut sampe ke kaki. Rambut sinta digelung asal, wajahnya pucat tanpa polesan make up sedikitpun, dan ughhhh!!! Dia mengenakan daster batik yg sudah usang.
"Kamu udah mandi pagi?" Tanya Rama duduk dimeja makan.
"Udah... masa iya nganter anak sekolah ga mandi." Jawab Sinta santai. Dia menyendokan nasi dan lauk pauk ke piring Rama.
"Sin, besok-besok itu baju jangan dipake lagi. Kamu kaya inem pake baju itu."
Sinta tidak menyahut. Itu bukan pertama kalinya suaminya berucap begitu. Sering kali Rama memintanya untuk tampil dengan cantik dan rapih tetapi tidak menyediakan sarananya, itulah yang membuat Sinta bingung.
"Mau kemana kamu?"
"Aku mau ngecek Adam sama Sena takut mereka bangun." Sinta berbalik menghapus air matanya sekilas lalu berjalan menuju kamar anaknya.
Ponsel Rama bergetar, aplikasi ojek onlinenya memberikan satu notif pick up penumpang. Rama menyudahi makannya, meraih jaket kebanggannya lalu bangkit dari meja makan. Dia keluar tanpa pamit.
😔
Rama kembali membuka mapsnya memastikan bahwa ia berhenti ditempat yang tepat untuk melakukan penjemputan.
"Mbak mayda?"tanya Rama pada perempuan yang berjalan menghampirinya.
Perempuan itu mengangguk. Mengenakan helm yang Rama berikan lalu naik keboncengan.
Rama berusaha terus fokus kedepan, meski sekali-kali dia mencuri pandang lewat kaca spionya. Penumpangnya kali ini memiliki daya pikat tinggi, entah kenapa membuat Rama sedikit grogi.
"Mbak mau pakai jas hujan?" Tawar rama.
"Saya buru-buru mas."
Cuaca akhir2 ini gampang berubah, belum lama masih terasa panas terik kini sudah turun hujan lebat.
Mereka sampai di Hotel tujuan. Mayda melepaskan Hellmbya. Kemeja putih polos Mayda yang basah membuat tubuh langsingnya tercetak jelas.
"Kembaliaanya ambil aja."
Rama masih memandangi Mayda dari belakang. Pikirannya sudah ngelantur jauh. Perempuan itu begitu menggoda hingga membuat kejantannya mengeras dibalik celana. Rama memutuskan kembali pulang kerumah.
Sesampainya dirumah Rama langsung berlari menuju kamar mandi. Bayangan Mayda masih menghantui bahkan ketika ia selesai mandi. Dia menatap istrinya lekat sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Andai yang lagi cuci puring itu Mayda, batin Rama.
"Sebentar aku buatin teh." Sinta menyudahi aktivitas cuci piringnya meraih sebuah cangkir dari Rak tapi Rama menahannya.
"Anak-anak mana?" Tanya Rama lembut. Dia memeluk istrinya dari belakang.
Sinta mengerutkan keningnya bingun. Sudah lama dia tidak diperlakukan seperti itu.
"Tidur mas..."
"Aku pengen...." Rama mencumbu leher Sinta. Dia mendengus kesal. Bau bawang, keluhnya dalam hati.
Disatu sisi Kesalnya semakin bertambah, entah sudah berapa lama istrinya tidak menggunakan parfume, disisi lain gairanha sudah merajuk minta ditumpahkan. Dia menaikan daster istrinya lalu meloloskan celana dalam istrinya hingga kemata kaki.
"Mas, jangan disini..." sinta agak bingung.
"Aku ga lma kok." Rama memasukan kejantannya keliang istrinya dari belakang, memompanya kuat tapi tidak lama lalu klimaks.
Sinta sedih bukan main melihat Rama berlalu masuk kamar begitu saja. Dia bahkan baru akan menempuh titik gairahnya masih jauh dari klimaks. Suaminya telah berubah.
💕
Haiiiiiii ini postingan baruku✌️✌️
D tunggu vote dan komenya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Bau bawang
General FictionRama mulai jenuh dengan penampilan istrinya yang tidak secantik dulu saat masa pacaran. Dia bahkan acap x membandingkan istrinya dengan penumpang onlinenya atau dengan istri rekan sesama ojek onlinenya. kejenuhan itu semakin menjadi-jadi membuat ia...