Kejenuhan Rama

6.7K 218 8
                                    

Emosi Rama meledak ketika melihat keadaan seisi rumah yang berantakan. Diruang tengah Siena sedang bermain dengan beberapa bonekanya seorang diri.

"Mamah mana?" Tanya Rama pada putrinya.

"Dikamar yah..."

"SINNN..... SINTAA!!!" Teriak Rama geram. Kepalanya pening, mungkin terlalu lelah bekerja.

"Aku dikamar Adam mas... sebentar." Sinta bergegas keluar. "Iya mas?"

Rama mengamati Sinta, kali ini dia tidak mengenakan daster batik usang melainkan mengenakan stelan tidurnya. Wajahnya kucel membuat Rama semakin kesal.

"Ini... liat??? Berantakan kamu ngapain aja? Aku capek cari uang apa aku yang harus beresin??"

"Mas, adam rewel dari siang, aq ga bisa ngapa-ngapaim hanya pokus ke adam."

Rama beralih ke kamar putranya. Dilihatnya Adam terlelap dengan kepala dikompres.

"Kenapa ga dibawa kepuskes?"

"Tutup mas, makanya aku pengen k klinik aja tunggu kamu."

"Kamu pasti lalai makanya adam bisa panas."

"Kita bicara diluar aja mas, takut adam bangun denger suara kamu."

Rama keluar lebih dulu.

Sinta beralih kedapur menyeduh sebotol susu untuk siena. Membersihkan gadis kecilnya lalu melenggang ke kamar.

Selamg setengah jam sinta keluar.

"Mas, anak-anak sakit itu biasa... ya mungkin jadi ibu aku masih banyak kurangnya." Lirih Sinta.

Rama tidak menyahut.

"Aku berusaha sebaik mungkin merawat anak-anak."

"Aku nggak ngerti sama kamu Sin, aku kayak nggak kenal kamu yang sekarang!!!"

"Maksudnya mas??"

"Kamu bikin aku jenuh."

Deg!!

"Penampilan kamu nggak ngenakin, kamu pinter merawat rumah tapi nggak pinter rawat diri dan itu aku jenuh...."

Ucapan Rama ibarat belati yang bertubi-tubi menghujam jantung Sinta. Pada kenyataanya mengurus anak dan mengurus rumah tanpa bantuan siapapun memang melelahkan.

"Maaf klo penampilanku membuat mas tidak nyaman berada dirumah."

Rama berdiri, tidak menggubris air mata sinta. Dia merogoh kantongnya menyerahkan semua yang ada disitu.

"Ini buat Adam berobat." Dia meraih jaketnya. "Kayaknya aku bakal jarang pulang."

Sinta menunduk. Dia tidak tahu apa yang ia mesti katakan lagi. Sekuat tenaga membendung air matanya tapi tumpah juga selepas Rama pergi.
😔

Di base camp para driver ojek online sedang berkumpul sambil mendengarkan musik. Rama melangkah mendekat duduk di samping Sony yang sedang memetik gitar.

"Kenapa lo?" Tanya sony menghentikan permainan gitarnya.

"Biasa cekcok..." rama mengusap wajahnya.

Dari arah parkiran terlihat Choky sang ketua komunitas membonceng dua perempuan.

"Wuih pada ngumpul ni....."

Sony melirik risih ke mereka. Dia menyudahi permainan gitarnya. Mengenakan kembali jaketnya.

"Mau kemana Son??" Tanya Rama bingung.

"Pulang, anak bini gue nunggu dirumah." Sony berpamitan pada yang lain kecuali pada gadis-gadis yang dibawa Coky.

Anita, gadis bertubuh ramping yang berdiri disebalah Coky memandangi kepergian Sony, sebenarnya sejak dari awal tiba dia sudah mengagumi Sony tapi lelaki itu terlalu acuh. Anita beralih duduk disamping Rama.

"Anita..." dia mengulurkan tangan. Rama menjabat tangan Anita.

"Rama."

Berbeda denga Choky yang sibuk dengan gadis satunya di ruang belakang. Rama masi membisu meski beberapa kali Anita berusaha mencairkan susasan dengan lebih dulu bicara.

"Ram boleh minta tolong?" Tanya Anita melancarkan Aksinya. "Kepalaku pening, bisa antarkan aku pulang?"

Rama menimang keputusannya lalu mengangguk.

Anita permpuan penggoda yang pantang ditolak. Dia tertarik dengan sikap dingin rama dan dia harus mendapatkannya walau harus bersikap seperti jalang.

Rama sebenarnya sudah tak nyaman membonceng Anita. Perempuan itu terus menghembuskan nafas di tengkuk Rama.

Rama menghentikan laju motornya disebuah koskosan kumuh dipingir kota. Anita tersenyum.

"Mampir dulu ya aku buatin teh..."

"Ga usah udah malem ga enak diliat tetangga."

"Ayolah, disini bebas kok..." Anita menuntun paksa lengan Rama. Ponsel dalam saku celananya bergetar. Dilihatnya sekilas itu panggilan masuk dari istrinya.

Dia membuka pintunya. Kamarnya mungil tapi barang-barangnya tertata rapih.

Anita mempersilahkan duduk Rama di atas kasur lipatnya dia menyuguhkan teh hangat.

"Aku mandi dulu yaaa..." Anita tersenyum penuh arti sebelum  meraih handuk lalu masuk kedalam kamar mandi.

Ponsel Rama kembali bergetar. Dia mendengus kesal lalu menjawabnya. "Kenapa? Iya kamu kenapa? Ngomong yang jelas deh.... ah gak tau ahhhh km lebay tau nggak!!!" Rama mematikan ponselnya tanpa memberikan kesempatan untuk bicara.

Anita keluar dari Kamar mandi dengan gaun tidur putihnya. Tanpa perlu kaca mata tembus pandang siapapun bisa melihat bahwa dia tidak mengenakan apapun dibalik sana. Tubuhnya tercetak jelas.

Rama menelan ludahnya berusaha membalikan pandangannya dari Anita. Seandainya Sinta semenarik ini saat tertidur mungkin didirmya tidak akan bosan.

"Siapa yang telpon?" Entah sejak Kapan Anita sudah menempelkan dagunya dipundak Rama. "Istri ya? Lagi ada masalah??" Dalam hatinya kesal karna Rama tidak menjawab.

Rama benar-benar kikuk. Baru pertama kali berhadapan dengan wanita seagresif ini.

"Kamu pasti pusing yaa... aku pijet kepalanya ya..." Anita naik kepangkuan Rama dengan posisi setwngah berdiri. Dia memijat kepala Rama pelan.

Rama mengelak ini bukan pijitan. Kepalanya bergoyang-goyang sepertti sengaja ditabrakan kedada Anita.

"Nit...." bisik Rama.

"Ya?" Sepasang bola mata Anita begitu menggoda. "Jika istrimu begitu menbuatmu jengkel, biarkan aku menenangkanmu..." Anita menyingkap gaun tidurnya menbuat mata Rama terbelalak, dia lelaki normal yang merasa pertahannya hampir goyah.

"Nit. Ini sal....."

Anita tidak membutuhkan perkataan yang dia butuhkan pelepasan. Dia memagut bibir Rama dalam dan menuntut. Dengan luwes dia menuntuh lengan rama menangkup buah dadanya lalu peringankan tangannya dileher Rama.

Lelaki itu begitu rapuh dan tidak bisa menolak hidangan yang sehatusnya tidak dia cicipi. Tuh Anita bwgitu harus begitu lihai dan menggairahkan tidak seperti istrinya yang bau bawang. Cumbuan dan pagutan berubah jadi pegumulan panas hanya ada lenguhan teriakan dan desahan nikmat. Untuk pertama kali dia mendapatkan kepuasan yang tidak pernah dia dapat dari istrinya. Dia seperti mendapatkan pelabuhan baru dimana gairahnya yang terpendam bermuara.

🤬

Istriku Bau bawangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang