Rama secara ajaib berada disebuah kamar mewah, ya kakar hotel lebih tepatnya. Dia mengerutkan keningnya bingung, untuk apa dia dibawa ketempat ini.
Seorang perempuan dengan rambut ikal menggantung berdiri didepan cermin membelakangi Rama. Rama membelalakan matanya, itu Mayda penumpang yang berhasil menaikan libidonya.
"Sayang... cepetan....." ujar seorang lelaki tua bertubuh gempal yang hanya mengenakan boxer di atas kasur.
Mayda menyeringai. Dia melucuti pakaiannya hingga tersisa dalaman yang benar-benar minim bahan.
"I coming om...." Mayda lompat ke pangkuat lelaki itu. "Om.... tambahin yaaaa..." rengek Mayda.
"Bagaimana? Masih mau bersedia membandingkan istrimu dengan dia?? Sang penghibur malam?"
Rama mundur. Dia menggeleng. Segumpal penyesalan kembali menumpuk dalam dadanya. Betapa hinanya dia yang berani membayangkan pelacur saat bercinta dengan istrinya.
"Aku tidak ingin melihat yang lbh dari ini." Rama memejamkan matanya. Jujur dia jengah melihat adegan porno secara langsung, desahan lenguhan membuatnya sesak.
Orang yang diajaknya bicara malah menghilang dengan sendirinya. Dia seorang diri. Terpaku selama berjam-jam menyaksikan Mayda bergumul dengen beberapa pria berbeda. Yang paling menjijikan sebelum keluar dari hotel mayda harus melayani empat pria hidung belang sekaligus dalam satu ranjang.
Rama sadar betul mengapa dia ditinggalkan sendiri disini. Wanita penjaja sex seperti mayda yang dlu ia bandingkan kemolekan tubuhnya dengan Sinta memang tidak apa-apanya. Istrinya jauh lebih berharga. Dan jauh lebih terhormat.
Seketika ia merindukan Sinta. Istri yang sering sekali dia hujat karna penurunan kadar penampilan setelah menikah. Betapa bodohnya dia berniat melepaskan istrinya.
Senyum merekah terbit diwajah Rama mana kala ia sadar tak lagi sendiri.
"Bagaiman masaih menginginkan Maydamu?"
"Aku mohon, bantu aku tersadar... berikan aku sedikit waktu untuk meminta maaf dan membahagiakan keluargaku sebelum saat aku pergi itu tiba."
Dia menyunggingkan senyumnya. "Belum saatnya."
Seketika saja segalanya gelap.
🧐
Rama seperti memiliki lorong waktu pribadi yang membuat dia bisa peegi kemana saja n kapan saja. Kali ini dia berada dirumah Pak yanto, ya dia hafal betul rumah megah ini.
Perempuan paruh baya itu menuruni anak tangga dengan anggunnya. Dia langsung menghambur ke dalam pangkuan Pak yanto. Menghenyakan koran yang sedang suaminya baca.
"Mau kemana sudah cantik?"
Istri pak yanto bergelayut manja. "Ada janji sama 2 dokter hari ini."
Pak Yanto mengangguk sambil tertawa. "Baiklahhhh, manjakan dirimu dengan alat kecantikan mereka....." pak Yanto mengecup istrinya. Dia membelai pipi istrinya.
"Itu harus sayang.... untukmu...." ujar istrinya sambil meraih amplop yang pak yanto sodorkan. "Aku tidak bisa membayangkan jik tidak perawatan diusiaku yang tidak lagi muda..."
Pak Yanto menatap istrinya lekat. "Kau akan selalu cantik dimataku...."
Istrinya mengecup pipi suaminya sambil membisikan sesuatu. "Kalo habis perawatan pasti keswt ya pah.... sempit kaya perawan."
Pak yanto terkekeh.
Untuk melihat istrinya beridiri dengan hasil cantik awet muda dan menggoda membuat pak yanto tidak menyesal membuang uang dalam jumlah banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Bau bawang
Ficción GeneralRama mulai jenuh dengan penampilan istrinya yang tidak secantik dulu saat masa pacaran. Dia bahkan acap x membandingkan istrinya dengan penumpang onlinenya atau dengan istri rekan sesama ojek onlinenya. kejenuhan itu semakin menjadi-jadi membuat ia...