Keputusan final Rama.

7K 281 9
                                    

Sinta kebingungan setengah mati Rama tidak bisa dihubungi. Berulang kali dia menciba memberanikan diri menghubungi Sony untuk menanyakan Rama tetapi tidak ada yang tahu entah dimana. Lagi-lagi sinta menangis seorang diri dikamar mandi, hatinya pedih tiap kali melihat adam dan siena terus menanyakan kapan Ayahnya pulang. Komunikasi terakhir kali dengan Rama sungguh respon yang tidak baik, saat itu dia panikkarna panas tubuh Adam mecapai 40derajat. Dan ahamdulillah setelah menebus obat dari apotek Adam sudah berangsur pulih.

Ditempat lain, sony swdang menyeruput kopimya. Sedikit terkejut melihat kejadiran Rama.

"Ram, istri lo nelpon gw berkali kali kawatir nanyain elo."

Rama tidak menyahut. Dia menoleh kebelakang memesan kopi pada penjual.

"Biarin aja Son, gw capek..."

Sony melihat jelas ada banyak kissmark dileher Rama.

"Jadi bener apa kata Coky, lo ada dirumah temennya tiga hari ini..."

"Namanya Anita Son..." Rama sumringah. "Gue tau perasaan gw ini salah tapi dia beneran bisa bikin gue nyaman."

Sony mengerutkan kening heran. "Ram, dulu dirga juga pernah..."

Rama memotong ucapan Sony, ya anita pernah menceritakan Soal Dirga rekan seprofesinya. "Ya gw tau, dirga pernah ada affair kan sama nita tapi itu udah selesai...."

Sony bengong.

"Gue udah terlanjur merasa nyaman.... dan mungkin gw akan menceraikan Sinta!"

"Karna Anita?"

Rama menggeleng. "Rasa gue hilang... gue jenuh aja dia ga bisa mantesin dirinya saat penampillanya beda jauh saat kita pacaran dulu."

"Ram, sorry bukan mau ijut campur tapi lu bakal nyesel... klo mau dapet yg cantik lo dandanin istri lu... cewek itu klo udh nikah bisa cantik kaya perawan asal ada dananya." Sony muak dengan perubahan sikap Rama. Dia beranjak pergi.

Rama menyeruput kopinya, dia menimang-nimang keputusannya. Dia menghembuskan nafas berat lalu kembali mengenakan jaketnya. Dia membayar kopimya sebelum berlalu. Dia harus menemui Sinta dirumah.
🙄

Sinta memanjatkan puji syukur begitu suaminya pulang. Dia amat merindukan Rama. Tapi rasa kecewa cash dia dapatkan ketika Rama menepis peluknnya.

"Anak-anak dimana? Adam gimana?"

"Ada' udah sehat mas Alhamdulillah sekarang mereka sedang main didalam."

"Oke, aku ke anak-anak dulu."

Langkah Sinta terhenti. Ada banyak hal yang ingin dia utarakan tapi diurungkan. Dia hanya memandangi Rama yang sedang bercengkrama bersama kedua anaknya dari ambang pintu. Sinta menepiskan rasa sedihnya beralih ke dapur lalu menghangatkan sayur dan lauk pauk yang dia masak tadi pagi.

"Mas makan du-" ucapan Sinta tercekat Fokus pada beberapa tanda merah keunguan yang menempel dileher Rama.

Rama tau kemana arah pandang mata Sinta hingga perempuan itu menitikan air mata. "Aku nggak lama, ada yang perlu aku bicarakan sama kamu."

Sinta mengangguk pasrah mengikuti Rama masuk ke kamar.

"Sayang, jangan keluar rumah yaa.... mamah mau bicara sama ayah."

Adam dan siena mengangguk. Adam bangkit berdiri lalu menutup pintu Rumah sebelum asik dengan remote TVnya.

Rama memegangi dadanya ini sudah kesekian kalinya ia merasakan nyeri seperti ada belati dalam jantungnya. Mungkin minggu depan dia akan memeriksakan diri ke dokter.

"Kamu sakit mas??"

Rama tidak menyahut dia mengambil tas besar dari atas lemari dan menjejalkan pakaiannya kedalam situ.

"Sin, maafkan aku... aku ingin kita selesai.... hatiku sudah tidak dirumah ini lagi."

Bagaikan petir disiang bolong. Ucapan Rama ibarat palu godam yang menghantam tubuhnya. Hatinya remuk seketika. Dia berlutut memeluk kaki rama.

"Kasian anak-anak mas, aku mohon jangan..." isaknya.

Rama mundur. "Aku yakin akan ada lelaki baik yang mampu membahagiakan mu." Dia mengakat tasnya.

Sinta menghalangin jalan Rama. "Mas..." desis sinta pelan menahan pedih dalam hatinya. "Aku tidak lagi memohon untuk diriku, baiklah kita berpisah tapi apa boleh aku minta satu hal...." sinta meremas ujung kaosnya. "Aku tau sudah ada yang lain, aku akan berusaha terima hiksss tapi aku mohon berjanjilah untuk tetap selalu ada untuk anak-anak dan jangan menjelaskan klo kita akan berpisah...."

Rama mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan sinta. Dia menghapus air matanya dan memandangi punggung rama yang berlalu dan menghilang di balik pintu. Dia harus kuat demi anak-anak.

😭

Istriku Bau bawangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang