Gelap

7K 281 8
                                    

Rama memacu motornya menuju koskosan Anita. Dia sudah tidak sabar ingin menyesap kenyamanan dan kenikmatan yang Anita suguhkan. Dia akan serius mencari uang agar mampu melamar Anita secara layak.

"Lho kamu-" Anita belum sempat menuntaskan ucapannya. Rama sudah menerjang dieinya dengan ciuman panas dan menuntut. "Ram tunggu...." anita mengatur nafasnya.

"Kamu mau kemana?"tanya rama sambil menutup pintu dan membopong tasnya masuk ke dalam.

"Jalan kepuncak." Sahut Anita datar. "Itu tas apa?"

"Pakaianku..." sahut Rama sambil menciumi leher anita.

"Ram.. kamu kenapa jadi agresif beginisih??" Anita menjauh.

"Aku rindu... kamu nggak?"

"Ya kangenn... tapi itu tas baju mau diapain?"

"Aku ingin bersamamu selamanya, kamu bilang mau kepuncak tadi aku ikut." Rama terkekeh.

Anita kaget ini diluar dari tujuannya. "Ram ini kayaknya kamu salah ngartiin deh."

"Maksudnya??"

"Kamu care, kamu baik, kamu perkasa... Tiga hari kemarin aku seneng ada dideket kamu."

"Terus??"

"Ya tapi hanya sebatas have fun.... aku nggak ingin ini jd rutinitas serius. Aku belum ingin menikah."

Ucapan Anita benar-benar menohok Rama.

"Jangan bercanda deh nit, aku sayang sama kamu... aku bahkan udah ninggalin istriku demi bersama mu."

Anita mengangkat bahu, expresinya berubah menyebalkan. "Aku nggak pernah meminta itu dari kamu... aku fikir kamu tau selama ini kita hanya bersenang-senang."

Rama shock berat. Dafanya terasa sakit sekali seiring emosi yang dia tahan keluar.

"Kalo kamu mau disini beberapa hari ya nggak aapa-apa tapi kalo untuk selamanya nggak bisa." Anita meraih Tas dari atas meja Riasnya.

Rama menahan Anita. "Kamu menghancurkan rumah tanggaku, dan sekarang kamu ingin mencampakanku..." rama mengeram antara menahan sakit dan amarah.

"Ram sakit..."

Cengkraman rama lepas dari tangab Anita. Dadanya seperti dihantam benda tajam ia limbung seketika dan gelap. Rama kehilangan kesadaran.

👏

Rama dilarikan kerumah sakit setelah Anita menghubungi Coky. Semua anggota komunitas ojek onlinenya berkumpul didepan ruang UGD. Sony datang bersama Sinta. Disitulah mereka bertemu ya Anita dan Sinta.

"Istrinya sudah datangkan? Aku pergi." Dengan enteng anita berucap.

Sinta menahannya. "Tolong jangan pergi, rama lebih memilihmu betada di sisinya, aku janji setelah memastikan dia baik-baik saja aku akan membawa anak-anak pergi dan merelakan suamiku bersamamu." Pinta sinta dengan tangisnya.

Sony menahan bahu Sinta. Dia tahu istri sahabatnya ini akan berlutut. "Jangan jtuhkan harga dirimu didepan jalan murahan ini."

Anita melotot. "Apa kau bilang aku murahan?"

Sony tertawa jijik. Entah apa yang Rama lihat dari perempuan berotak kosong dihadapannya ini. "Menurutmu?"

"Kita fokus k rama aaja." Ucap coky melerai. Dia yang paling merasa bersaah atas ini.

"Anita please..." pinta Sinta.

"Aku tidak bisa." Dia melenggang pergi begitu saja dari hadapan semuanya.

Tak berselang lama Dini istri Sony memang aengaja diminta suaminya datang untuk menemani dan menenangkan Sinta.

Dilain tempat ada, disalam ruang UGD ada sebuah bayangan terang berdiri disudut ruangan ketika rama membuka mata.

"Kamu siapa?" Tanya Rama ketika bayangan itu kian jelas menjelma menjadi seseorang berjubah putih.

"Lihat??" Dia menunjuk kearah Rama.

Rama shock melihat pantilan dieinya dengan alat-lat rumah sakit yang menempel pada mulut dan tubuhnya.

"Apa aku sudah mati?" Tanya Rama masih dalam keterkejutannya.

"Belum, tapi sebentar lagi... aku yang ditugaskan menjemputmu.... waktunya sudah ditentukan." Ujarnya dingin.

Tangis Rama pecah, dia belum siap untuk itu.

"Kamu akan mati dengan menbawa penyeslanmu."

Entah bagaimana bisa posisi mereka berpindah keluar ruangan UGD. Rama memandangi semua orang menunggunua diluar. Dia kontan membeku melihat Sinta berusaha keras menahan Anita agar bersedia menemani dirinya. Tapi perempuan itu tidak mengindahkan permohonan Sinta, dia berlalu pergi begitu saja.

"Lihat... kau membuang bidadari demi merengkuh duri? Itu... durimu pergi."

Rama masih terpaku melihat Sinta memeluk Dini istrinya Sony. Entah apa yang merasukinya hingga ia tak mampu melihat ketulusan istrinya.

"Sin... maafkan aku..."lirihnya, dia ingin memeluk Sinta tapi tidak bisa.

"Percuma... tak akan ada yang bisa melihatmu."

Rama mengikuti Sinta masuk kedalm ruang UGD. Dilihatnya sinta membelai lembut pipi rama lalu memeluk lengannya sambil duduk disamping ranjang.

"Mas, maafkan aku..." Bibir sinta bergetar. "Aku gagal meminta Anita untuk berada disisimu." Dia memeluk erat lengan suaminya. "Kembalilah mas, anak-anak menunggu..."

Air mata Rama jatuh. Seharusnya dia tetap bertahan pada Sinta, karna dia adalah sebaik-baiknya wanita. Tiba-tiba saja semuanya gelap.
🤭

Istriku Bau bawangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang