18

4K 542 100
                                    

Jangan lupa untuk apresiasinya ^^ makasih untuk vote, komen dan follow akun ini 😍

Aku sampe gregetan baca komentar kalian, dan aku masukin salah satu komentar kalian ke dalam part ini 😅





Jungkook mengerjapkan kedua matanya perlahan, tubuhnya benar-benar terasa sakit semua. Matanya mengedar menatap jam yang menunjukkan pukul 4 pagi, masih terlalu pagi untuk bangun.

Tapi percayalah ia sudah tidur terlalu lama sejak pulang sekolah, matanya memerah saat ucapan-ucapan sang bunda kembali terngiang.

"Terserah kamulah kook, bunda capek dengan sikap kamu yang terus menerus kekanakan."

Jungkook juga capek sebenarnya, isakannya mulai terdengar. Ia menjadi cengeng sepertinya, tapi ketahuilah kalau ia juga lelah.

Ia nampak seperti tokoh penjahat disini, Jungkook mendudukan tubuhnya, sepertinya ia mulai demam karena terlalu banyak pikiran, kepalanya sampai pusing karena terlalu banyak tidur.
"Shhh...kenapa pusing sekali, hiks..." Jungkook memukul berkali-kali kepalanya, hingga isakannya berhenti saat cairan merah mengotori hidungnya.

"Jungkook..." itu suara papa Yunho, Jungkook segera mengusap kasar hidungnya. Belum ada niatan untuk menjawab panggilan sang ayah, ia memilih untuk mendengarkan.
"Papa masuk yah," ucap Papa Yunho kemudian membuka perlahan pintu kamar Jungkook yang tidak pernah terkunci.

Ceklek...

"Turunlah, bunda tengah marah saat ini. Kami ingin bicara padamu." Jungkook hanya diam, tanpa mengangguk ataupun membalas ucapan papa Yunho.

Namun papa Yunho tetap berbalik turun ke bawah, menanti kehadirannya.
"Apa aku harus turun?" Lirih Jungkook kemudian meringgis saat ia bergerak perlahan, tubuhnya benar-benar dipenuhi oleh memar.

"Aku akan turun setelah mengoleskan salep ke seluruh tubuhku, maaf bunda...tapi rasanya sakit sekali." Gumam Jungkook sambil berjalan tertatih untuk mengobati luka-lukanya.




Di bawah sudah ada papa Yunho dan bunda Yeorim. Kak Tae masih nyenyak tidur bersama adik barunya--Jihoon di kamar mereka.
"Dimana Jungkook? Apa ia tidak mendengarkan perintahmu?" Tanya bunda nampak emosi dan kesal.

"Bersabarlah, mungkin ia tengah bersiap-siap juga." Ucapan Yunho berhasil membuat Yeorim terdiam, ia kembali menatap jendela yang menampakkan pemandangan luar.

Semua atensi menatap Jungkook yang turun perlahan ke bawah, putra bungsu mereka--ralat kini Jungkook bukan lagi putra bungsu mereka. Kini Jungkook sudah rapi mengenakan seragam seperti yang Yunho katakan.
"Ada apa?" Tanya Jungkook langsung pada intinya.

"Apa kau iri pada Jihoon?" Ucapan Yeorim membuat Jungkook menatap sang bunda dengan tatapan anehnya.
"Kenapa bunda berkata seperti itu?" Tanya Jungkook tak percaya.

"Berkatalah jujur, kemarin sepulang sekolah kau bertanya seolah mencurigai Jihoon. Jihoon adalah adikmu, dan sayangi ia juga sama seperti kau menyayangi Taehyung. Itupun kalau kau menyayangi kakakmu Taehyung." Jungkook meremat kedua tangannya, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Matanya memanas seolah ia dipojokkan disini, namun yang ia lihat adalah kak Taehyung yang diam duduk di meja makan sambil menuangkan air minum. Sepertinya ia baru bangun tidur karena haus.
"Aku tidak iri ataupun cemburu padanya, aku tidak selicik itu." Tegas Jungkook membuat langkah kak Taehyung terhenti.

"Bukankah kau sedih karena adikku masih hidup?" Ucapan kak Taehyung membuat papa Yunho dan bunda menoleh menuntut kelanjutan bicaranya.

Jungkook menggigit pipi bagian dalamnya, ia tidak peduli kalau-kalau nanti berdarah dan menimbulkan luka.
"Karena yang kutahu kau memang berencana membunuh mama dan adikku yang masih berada di dalam kandungan." Ucapan kak Taehyung membuat papa Yunho mengusap wajahnya kasar.

"Tae masuk ke kamarmu, jangan menambah permasalahan disini." Ucap Yunho membuat kak Taehyung berdecih, matanya menatap Jungkook tajam.

"Jihoon yang mengatakan sendiri padaku, kalau dia memang membuat mama kecelakaan." Tambah Taehyung sebelum masuk ke kamarnya kembali.

Bunda Yeorim menghela napasnya kasar, menatap Jungkook dengan tatapan tajamnya.
Jungkook menarik napasnya kasar, matanya berair tinggal menunggu ia menetes saja.
"Aku tahu bunda marah, tapi terserah bunda dan papa mau mempercayainya atau tidak. Karena aku...tidak peduli lagi." Ucap Jungkook kemudian memilih pergi dari sana.

Berangkat pukul 5 pagi, terlalu pagi bukan? Tapi bagi Jungkook itu lebih baik daripada ia harus tetap berada di rumah.



















***









Jungkook menatap botol bening dengan obat yang isinya berbeda dari sebelumnya. Ini bukan lagi obat tidur seperti yang sering ia konsumsi, ini adalah obat penenang.
"Tidak ada masalah bukan bila aku meminumnya satu jam setelah obat tidur?" Gumam Jungkook kemudian menatap 2 butir yang ada di telapak tangannya.

"Nanti malam akan menjadi malam yang panjang..." lirih Jungkook mengingat nanti papa Yunho akan pergi ke luar kota beberapa hari, belum lagi bunda yang akan memilih untuk menyelesaikan gambar desainnya di butik dibandingkan di rumah.

Mungkin bunda masih marah dengannya, tapi bukan hanya itu masalahnya. Masalah utamanya adalah ia tidak suka melihat kak Taehyung lebih menyayangi Jihoon atau siapalah namanya.
"Mungkin sudah seharusnya aku berbagi, tapi tidak dengannya." Jungkook meminum obat penenang itu dalam sekali tegak.

"Aku...tidak peduli lagi dengan apapun." Jungkook meletakkan kepalanya ke atas meja, ia hanya seorang diri di dalam kelas.

Matanya kembali meneteskan air mata, ia hanya seorang diri di dalam kelas.
" aku lelah..." matanya ia pejamkan kemudian terisak kecil.

"Bunda tidak perlu cemas, setelah ini Jungkook tidak akan merepotkan bunda lagi..." pemuda itu terisak kecil, bahunya bergetar saat ucapan-ucapan itu semakin lama semakin menyakiti perasaannya.

"Jungkook rindu bunda yang dulu..." Jungkook hanya tidak menyadari sosok yang berdiri diambang pintu kelas, mendengar semuanya dan enggan untuk menggangunya.

"Maaf, karena aku tidak dapat melakukan apapun." Lirih pemuda itu, dia Kim Yugyeom yang menjadi saksi bisu betapa rapuhnya seorang Kim Jungkook.

Namun seketika pemuda itu membolakan kedua matanya saat mendapati pemuda yang sedari tadi menangis mencurahkan semuanya mulai kejang tidak sadarkan diri.
"Jung...jangan bercanda..." cicitnya perlahan mulai mendekati sosok yang mengejang.

"Kim Jungkook hentikan ini tidak lucu!" Pekiknya menegakkan sosok itu untuk duduk dalam posisi tegap. Sosok itu tidak sadarkan diri dengan busa yang perlahan keluar dari bibirnya yang pucat.

"Jung...jjungkook..." ucapnya sambil menepuk pelan pipi Jungkook, pemuda itu hanya bercanda bukan?

"KIM JUNGKOOK!!"

Tidak, ini bukan candaan tapi darurat.




















Aku baru selesai mengerjakan tugas dan belajar untuk besok, dan maaf kalau terlalu malam.

Untuk yang insom atau belum bisa tidur monggo bisa dibaca dan dinikmati 😂😂

Jangan lupa apresiasinya ya ^^ semakin banyak apresiasi kalian, maka semakin cepat cerita ini berlanjut.





Evil Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang