TCR04

1.9K 242 39
                                    

I'm the most cold-hearted women you'll ever meet
- Rosé

________________________________________



Happy reading





🌹~🌹









Jennie melangkah lunglai menuju kamarnya, badannya rasanya seperti telah di hempas beban berat, dia meletakkan tas miliknya di ruang tengah, hari ini begitu melelahkan untuknya. Berkutat dengan kertas baru yang berisikan data mayat yang baru di temukan selama hampir enam belas jam. Mayat kali ini sangat sangat membuat mereka kebingungan setengah mati, pasalnya keadaan korban sama-sama tragis namun luka yang ada di tubuh gadis yang satu ini sangat berbeda seperti beberapa mayat yang telah mereka temukan.

Sejenak terbersit dalam pikiran Jennie kalau kekejian ini dilakukan oleh orang yang berbeda.

'Apa pelakunya lebih dari satu orang?'

'Atau apakah ini semacam tindakan konspirasi oleh kelompok tertentu?'

Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya,  membuat dia semakin pusing memikirkan kemungkinan yang bisa saja benar terjadi.

Awalnya mereka memprediksi jika pelaku akan melakukan aksinya setiap tiga minggu sekali itulah sebabnya mereka selalu mengerahkan beberapa petugas untuk melakukan patroli di beberapa titik di kota Seoul tapi ternyata prediksi mereka untuk kali ini meleset  total, belum sampai tiga minggu sudah ada korban dari hasil tindak kekejaman manusia yang tidak berhati nurani itu, bahkan binatang buas sekalipun tidak akan menyiksa mangsanya.

Masih teringat jelas di kepala Jennie bagaimana bentuk dan bekas luka yang ada di beberapa mayat yang sebelumnya di temukan, luka iris di bagian wajah yang sangat banyak, tapi untuk mayat kali ini wajah itu tidak terdapat luka iris satupun melainkan hanya memar, dan terdapat lebam berwarna hitam kebiruan bekas cekikan di leher korban.


Jennie mengacak- acak rambutnya karena merasa sedikit frustasi,  dia membanting tubuhnya kasar ke atas ranjang sambil memejamkan mata dan dia meletakkan pergelangan tangannya untuk mengurangi cahaya masuk ke dalam matanya, seketika dia merasakan empuknya ranjang yang seperti memijat tubuh lelahnya. Kepalanya terasa berdenyut dengan refleks Jennie memijat dahinya yang sudah terlihat jelas berkerut dua belas saking kerasnya Jennie berpikir.

"Ah sial, kasus ini benar benar menguras tenaga ku"  pekiknya kecil lalu bangkit, mendudukan diri di atas ranjang.



Dia merasa harus segera membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket. Dengan malas Jennie melangkah pergi menuju bathroom, berharap setelah ini air hangat akan menghanyutkan semua pikirannya yang kalut terbawa oleh air.


Setelah itu Jennie segera berganti pakaian dengan piyama bercorak beruang di sana, dia terlihat sangat menggemaskan di padukan dengan gambar kartun beruang di piyamanya itu. Jennie berjalan keluar membawa gelas kosong yang selalu di isinya dengan air putih di atas nakas. Dengan mata yang terlihat berat dia mengambil air dingin di dalam lemari pendingin kemudian di tuang kedalam gelas kosong yang di bawanya. Setelah itu Jennie meneguknya sekali, terasa air itu mengalir dingin di tenggorokannya.

"Aah" desahan lega itu keluar dari mulutnya, apartemennya terlihat sepi dan temaram dia lupa menyalakan lampu. Jennie sangat tidak suka kedaan apartemen nya dalam keadaan kurang cahaya, bukannya takut namun dia merasa tidak nyaman. 

Setelah menyalakan lampu perhatiannya tertuju pada balkon ruang tamunya yang masih terbuka, tirai di pintu balkon itu seperti sedang melambai mengikuti hembusan angin yang menelisik masuk. Jennie berjalan menuju balkon. Angin malam menyambutnya, Jennie sempat merasa tubuhnya sedikit menggigil akibat terpaan angin yang tiba-tiba menyentuh kulitnya yang hanya dibalut piyama, dia memejamkan mata dengan wajah menengadah ke atas menikmati usapan lembut angin yang menerpa wajahnya. 

The Coldest RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang