TCR09

1.4K 206 15
                                    

Happy Reading








~ 🌹~















Rosé melangkah tegas masuk kedalam rumahnya, berjalan dengan pandangan lurus kedepan tidak peduli dengan beberapa maid yang membungkuk hormat menyambut putri dari majikannya itu. Dia mendudukan diri dengan santai di atas sofa yang terlihat sangat mahal dan elegan.


Senyum lebar tercetak jelas diwajahnya saat dia kembali membayangkan kejadian yang baru saja di alaminya saat pulang dari apartment Jennie.








Mobil hitam berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana berwarna putih disana. Kaca kemudi di turunkan memperlihatkan orang yang mengendarainya dengan kacamata hitam bertengger manis di tulang hidungnya yang tegas itu. Orang itu nampak tengah mengawasi seseorang yang baru saja turun dari mobilnya.



Smirknya terukir saat melihat seorang gadis kecil keluar dari dalam rumah itu dengan ceria seolah telah menunggu kepulangan orang itu. "Tak ku sangka dia memiliki adik yang sangat cantik" gumamnya.


Sedikit samar terdengar percakapan di sana dari dalam mobil. "Oppa kapan kau libur? Kau sudah berjanji akan mengajak ku ke taman bermain minggu ini" orang yang di panggil oppa itu terlihat tersenyum menanggapi gadis kecil itu berbicara.



"Tentu aku sudah berjanji, tapi maaf Ella sepertinya kita tidak bisa" Raut wajah gadis itu berubah menjadi muram bahkan airmata seolah sudah terbendung di pelupuk matanya, namun itu hanya sesaat saat pria itu kembali melanjutkan kalimatnya senyum cerah kembali terukir disana. "Kita tidak bisa menunggu lama lagi, besok kita pergi" ucapnya dengan senyum lebar.



Gadis kecil itu memeluk pria itu erat setelah sebelumnya berteriak senang, "Baiklah sekarang kita masuk, ini sudah sangat malam"  mereka pun akhirnya masuk kedalam rumah. Sedangkan orang yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari dalam mobil mendecih pelan lalu kembali menutup jendela itu dan berlalu dari tempatnya berhenti tadi.





"Sepertinya aku memiliki kartu As disini"


Rosé tersenyum bangga dia merasa memiliki senjata jika sewaktu waktu pria itu mulai membuat masalah dengannya

Saat sedang larut dengan pikirannya tiba tiba seseorang datang membuat Rosé kembali mengubah raut wajahnya menjadi datar. Sama seperti raut wajah orang itu tanpa bicara orang itu mendudukan dirinya di sofa yang bersebrangan dengan Rosé, tanpa pikir panjang Rosé segera pergi dari sana menuju kamarnya.


Orang itu membuka suaranya membuat Rosé menghentikan langkahnya, "Aku harap kau tidak melakukan hal itu pada gadis pria yang kau awasi tadi Rosé" ujar ayahnya dengan serius.


Terlihat wajah Rosé mengeras gadis itu nampak menahan emosinya, dia berbalik dan menatap tajam pada orang yang tadi berbicara padanya. "Sejak kapan ayah peduli dengan apa yang akan aku lakukan? Bukankah biasanya juga aku tidak diingat oleh mu ayah" ucapnya lalu segera berlalu meninggalkan ayahnya tanpa menghiraukan panggilannya


"Anak ini keras kepala sekali" geramnya lalu dia segera pergi menuju ruangannya. Entah sejak kapan hubungan putri dan ayah ini menjadi seperti bermusuhan, Rosé yang sepertinya sangat tidak menyukai ayahnya, dan pria paruh baya itu juga hanya menganggap Rosé sebagai satu-satunya pewaris bukan anak yang seharusnya di sayangi oleh dirinya sebagai seorang ayah.


Rosé membanting pintu kamarnya cukup keras. Fakta jika ayahnya selalu mengawasi nya memang sedikit membuatnya merasa geram, Rosé mengetahui jika ayahnya memang mengawasi dan membiarkannya melakukan semua itu asalkan tidak mengancam nama baik ayahnya.


The Coldest RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang