TCR21

1.3K 195 37
                                    


Have fun Reading










🌹~🌹




Rosé menutup pintu kamar dimana disana terdapat Jennie. Semua yang Jennie lakukan ini sungguh diluar rencana Rosé membuat dia gusar. Rencana yang tidak berjalan dengan baik adalah salah satu yang membuat amarah gadis blonde itu memuncak.




Dia menuruni anak tangga dengan sangat tenang hingga matanya melihat sosok wanita yang duduk dengan santainya di sofa yang ada di ruang tengah yang temaram, wanita itu duduk dengan kaki menyilang, menatap Rosé dengan dingin. Mereka berdua saling tatap.




"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Rosé sambil mendudukan dirinya di sofa yang lain tidak jauh dari Irene.


"Kau sudah bertindak ceroboh sayang" ucap Irene dengan sangat tenang mengabaikan pertanyaan Rosé yang ditujukan untuknya, tidak terlihat gurat emosi sedikit di wajahnya. "Aku pernah mengatakan kalau psikopat yang paling membuat orang pusing adalah psikopat yang sabar, kecerobohanmu ini membuat mereka mendapat cela sayang" Rosé diam, dia tidak menjawab membiarkan Irene melanjutkan perkataannya. "Apa yang membuatmu bertingkah seperti ini? Bukankah kau biasanya sangat sabar jika itu menyangkut rencana yang sudah kau susun?" Irene bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Rosé yang tidak bisa dibaca ekpresinya sama sekali. Suasana hening bahkan suara nafas mereka bisa terdengar.




"Apa gadis itu membuatmu kehilangan akal?" Irene menyentuh tulang pipi Rosé dengan telunjuknya, menyusuri wajah Rosé dengan telunjuk yang sama, Irene mengeluarkan seringai khasnya pada Rosé. Wanita cantik itu bisa menjadi sangat berbahaya bahkan akan lebih menyeramkan dibandingkan Rosé, gadis jangkung itu menatap mata Irene yang dingin.




"Aku tahu apa yang aku lakukan" jawab Rosé dengan sama tenangnya seperti Irene.



"Oh benarkah? Aku jadi tidak sabar melihatmu membusuk di penjara atau mungkin dihukum mati sayang" ejek Irene dengan tertawa, jelas sekali kalau wanita itu sedang menahan rasa kekesalannya.



Rosé memang telah berbuat kecerobohan dengan menculik adik dari Jongin yang tidak termasuk dalam rencana untuk mendapatkan Jennie sebelumnya, dia telah membiarkan kontrol dirinya lepas. Itu akan mempermudah para polisi itu menangkapnya terlebih lagi Jennie sudah mengetahui segalanya.



Jennie dilain sisi sedang mencoba melepaskan ikatan pada tangannya, lengannya sudah mengeluarkan darah akibat dari tindakannya itu. Sudut matanya sudah mengeluarkan air mata. Dia tidak menyangka bahwa kekasih yang selalu hangat padanya adalah orang berdarah dingin yang selama ini dia cari.


Sekarang dia baru mengerti maksud dari pria paruh baya yang dia temui tempo hari, kalau saja dia lebih bisa membuka mata dan pikirannya dia akan tahu lebih awal. Suara tangisnya tertahan, mulutnya telah ditutupi dengan kain oleh kekasihnya sendiri. Jennie tidak tahu lagi apa yang dia rasakan sekarang.



"Habisi mereka berdua seperti yang biasa kau lakukan dan semuanya selesai" ucap Irene dengan tenang. "Kau tidak bisa mengaturku unnie" Rosé menyeringai. "Pulanglah unnie" imbuhnya lagi seraya bangkit dari duduknya, dia berjalan menuju tempat dimana orang suruhannya biasa menyimpan barang."Jangan bertindak bodoh lagi atau riwayatmu akan tamat" ucap Irene terakhir kalinya sebelum pergi keluar dari rumah yang menjadi tempat Rosé melakukan aksinya.



Darah semakin deras mengalir dari kedua lengan Jennie, dia sudah tidak merasakan rasa sakit itu yang dia inginkan saat ini adalah terbebas dari ikatan keras yang dibuat oleh Rosé. Suara pintu terbuka mengganggu fokus Jennie, dia langsung mengalihkan pandangannya pada Rosé yang membawa kotak yang Jennie ketahui adalah P3K. "Apa kau sudah puas menyakiti lenganmu sendiri sayang?" kata Rosé dengan sangat tenang, dia mendekati ranjang. Rosé sudah mengira kalau Jennie pasti akan mencoba membebaskan dirinya tapi alih-alih bebas yang detektif itu lakukan akan justru melukai dirinya, itulah mengapa gadis jangkung itu membawa kotak P3K. "Apa yang kau lakukan akan sia-sia jadi nikmati saja" lanjutnya lagi dengan seringai yang membuat Jennie takut setengah mati.




The Coldest RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang