TCR12

1.5K 208 74
                                    


Happy Reading







🌹~🌹







Jennie merapikan semua barangnya hendak bersiap untuk pulang, malam ini dia berniat untuk meneruskan pekerjaannya di apartemennya saja, tubuhnya terasa lelah mungkin dengan menyegarkan tubuh dan mengisi kembali perutnya yang kosong akan membuatnya bisa fokus untuk kembali mencari dan memikirkan semua kemungkinan yang ada dalam kasus kali ini.

Untuk pertama kalinya Jennie merasa frustrasi menangani sebuah kasus yang sampai sekarang belum ditemukan titik terangnya, dia merasa hampir putus asa, semangatnya ketika pertama kali menerima kasus ini sudah terbang setengah, hilang di telan kepahitan. Tapi walaupun begitu dia tidak bisa menyerah begitu saja.


Jennie berjalan keluar kantor sedikit merunduk, lantai itu lebih menarik dibandingkan situasi di depannya, sampai tak memperhatikan jalan sehingga menabrak seseorang, dia mengangkat wajahnya untuk melihat siapa orang yang ditabrak olehnya itu.

"Maaf" ucapnya sambil mengangkat wajah, terlihat wajah orang itu dengan senyum lebar, dalam hati Jennie sedikit merasa sial bertemu dengan orang itu, lebih baik dia menabrak tiang saja.

"Tidak apa Jennie" ucap Jongin dengan senyuman, dia memperhatikan Jennie yang sudah membawa tasnya, kemudian berkata lagi, "Kau akan pulang sekarang?" tanyanya masih dengan senyum di wajahnya, Jennie mencoba memaksakan senyum terukir di wajahnya, dia mencoba bersikap ramah walaupun dia sudah merasa tidak nyaman melihat senyum pria itu.


"Iya" ucap Jennie singkat.


"Bagaimana jika aku yang mengantar kau pulang Jennie? Aku tahu kau lelah dengan beberapa tekanan yang menimpa mu, jadi biarkan aku yang mengantar mu pulang, ok?" Pintanya, tanpa persetujuan Jennie orang itu menariknya keluar menuju parkiran, walaupun tarikannya tidak kasar tapi tetap saja Jennie tidak suka.


"Jongin lepaskan, tidak perlu karena aku bisa pulang sendiri" ucap Jennie sepanjang jalan saat Jongin menariknya menuju parkiran, pria itu tidak mengindahkan penolakan yang dikatakan oleh Jennie, dia masih saja menarik Jennie.

"Aku tahu kau lelah, aku tetap akan mengantarkanmu dengan nyaman sampai apartemenmu" ucapnya setelah menghentikan langkahnya sedikit melirik Jennie, masih dengan senyumannya tentu saja.

Jennie melepaskan tangannya yang di pegang oleh Jongin dengan pelan lalu tersenyum kikuk, sungguh dia hanya ingin menjaga hubungan sebagai rekan kerja namun bagi Jongin perilaku Jennie pada saat ini di tangkap sebagai sinyal hijau untuk nya.

"Aku bisa pulang sendiri Jongin-"


"Jennie" panggil seseorang dengan suara dalam, membuat Jennie dan Jongin megarahkan atensi mereka kepada orang yang memanggil Jennie.


Wajah Jennie seketika bersemu melihat wajah orang itu, Jongin yang menangkap perubahan raut wajah Jennie sedikit geram dengan orang yang bisa membuat wajah orang yang di sukainya sejak lama tersipu. Bahkan Jennie belum pernah menunjukkan raut wajah itu padanya. Jongin mengepalkan tangannya geram.

"R-Rosé?" Rosé menatap hangat pada Jennie namun sorot matanya menajam saat menatap Jongin disana.  "Aku datang untuk menjemputmu pulang" ucap Rosé berjalan sedikit mendekat.

Jennie merasa terselamatkan akan kehadiran Rosé saat ini sehingga dia bisa terbebas dari Jongin yang terus memaksa untuk mengantarkannya pulang. Jongin terdiam, tubuhnya menegak terlihat tenang namun tersirat di hatinya amarah besar yang terpendam pada gadis yang baru saja datang itu.

The Coldest RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang