SISI SASUKE

1.9K 145 8
                                    

      Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku. Tidak menampik kalau aku tertarik dengan wajah cantiknya. Sangat menarik saat berbicara dengannya, seolah dia punya banyak ekspresi untuk diperhatikan. Semakin hari aku dan Sakura memang semakin dekat, tapi aku tahu bahwa perasaan ku belum benar-benar tumbuh untuknya. Ntahlah, mungkin hanya masalah waktu, atau mungkin hanya rasa sesaat.

      Hari ini tidak ada jadwal apapun, dan aku tidak berniat pergi kemanapun. Lebih memilih tetap di rumah dan mengerjakan lanjutan skripsiku, menolak keluar rumah. Lagi pula tidak ada seorangpun di rumah selain aku, jadi tadi aku menelfon Naruto dan menyuruhnya datang ke sini. Mungkin dia juga akan mengajak Neji atau yang lainnya. dan aku mendegar poselku berdering, ku pikir itu Naruto tapi ternyata itu Sakura. tunggu, Sakura? kenapa tiba-tiba menelfon?

'Halo? Ada apa Sakura?' Aku bertanya padanya.

'Halo Saasuke, ada yang ingin ku tanyakan padamu.'

'Apa itu?' Aku jadi penasaran sekarang.

'Aku tadi akan memulangkan buku panduan itu ke perpustakaan, tapi tidak bisa karena aku tidak tau berapa NIM milikmu. Jadi aku belum mengembalikannya.'

'ah ya, catatlah akan ku beritahu.' Ku kira dia akan menanyakan hal yang lain.

      saat meminjam dan memulangkan buku, mahasiswa memang diharuskan mencantumkan NIMnya saat mengisi data di kompuer. Apabila tidak ada NIM, maka tidak akan bisa meminjam atau memulangkan buku.

'Sebentar, aku menyiapkan kertas dulu. Nah, sudah sebutkan.'

'Dengarkan, 1..6..2..3..1..1..2..3..5.. sudahkan?' Aku menanyakannya lagi.

'Ya, sudah ku catat. Terimakasih ya!'

'hm, tak apa. Ada yang ingin kau tanyakan lagi?' Tanya ku lagi yang berharap ntah apa.

'Tidak ada lagi, aku hanya ingin bertanya NIM saja'

'Begitu, Kau masih di kampus ya?' Ntah mengapa sekarang aku jadi suka bertanya.

'Ya, memangnya kenapa? Ingin menitip sesuatu?'

'Tidak, hanya cuaca sedang mendung. Cepatlah pulang, atau kau akan kehujanan.' Cuaca memang sedang mendung sekarang, dan aku hanya mengingatkannya saja.

'Hihi.. kenapa kau jadi perhatian sekali? Ya, aku akan segera pulang. Tapi setelah mengembalikan buku ini dulu.'

Sasuke juga terkekeh pelan, 'Apa aku terdengar perhatian? Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya mengingatkan saja' sedikit mengelak tak apakan.

'Ck, ya..ya.. baiklah, aku mengerti. Kau hanya mengingatkan ku saja.'

'Sebenarnya ti...' Ucapan ku terpotong karna terkejut mendengar suara dobrakan pintu.

Braakkkkk.... "Yo Teme.. kami sudah sampai!!" Naruto dan Neji dengan seenak hatinya masuk tanpa rasa bersalah sedikitpun pada pintu yang dibantingnya.

'Sakura sudah dulu ya, Naruto mulai mengacau. Sampai jumpa.' Aku langsung menutup sambungan telfon.

"Hei, siapa itu Teme? Sakura ya? Haa.. kau mencari kesempatan dalam kesempitan rupanya." Ucap Naruto masih sesuka hatinya.

Neji pun ikut-ikutan menanggapi, "Kau berisik sekali naruto, seperti kau tidak pernah saja."

"Hei, kukira kau ada di pihakku Neji, dasar sialan." Naruto tampak tidak terima dengan perkataan Neji.

"Kau memang terlalu berisik, memangnya kenapa kalau dia menelfon Sakura? apa masalahnya denganmu?" Neji tak mau kalah.

"Ck, yasudah santai saja, kenapa jadi kau yang marah-marah?" Balas Naruto tak kalah sengit.

SAKURA IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang