Setelah kejadian malam itu, jujur saja aku sama sekali tidak bisa tidur. Kelopak mataku samasekali tidak bisa ditutup walau hanya semenit. Entah kenapa otak pintarku terus memutar ingatan itu seperti kaset rusak.
Yang sebenarnya menyenangkan.
Dan juga menyedihkan.
Setelah kejadian itu, Sasuke kembali bersikap biasa seperti tidak pernah melakukan perbuatan apapun. Ternyata dia pintar berakting. Sial
Seperti sekarang contohnya, Sasuke mengantarku ke kampus karena aku mengatakan ini bimbingan skripsi terakhirku.
Aku merasa sedikit canggung sebenarnya.
Sasuke tersenyum seperti biasa, menyapa seperti biasa, membukakan pintu mobil seperti biasa dan berangkat seperti biasa. Semuanya terlalu biasa. Dasar sialan.
Duduk rapih dengan tenang dan berdiam diri sambil memperhatikan jalanan yg kami lewati.
Sebenarnya aku merasa sedikit risih duduk seperti ini. Ini mengingatkan tentang sesuatu. As you know
Sampai suara kekehan pelan Sasuke memecah keheningan.
Sasuke menoleh ke arahku sebentar, "Ada apa? Kau tidak seperti biasa."
Aku menoleh, oh rasanya aku ingin tertawa nista sekarang. Sasuke merasa sikapku tidak seperti biasa, dan aku yang merasa sikap Sasuke terlalu seperti biasa. ya lord.
Sasuke menaikan sebelah alisnya, mengisyartakan tanya yang belum terjawab.
" Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Kenapa kau bisa sangat santai seperti biasa?"
Sasuke menoleh lagi, "Hm? Aku?"
Aku melihatnya dengan diam dan menjawab dengan berkedip.
"Memangnya aku harus seperti apa?" dia mengeluarkan smirknya, "Apa aku juga harus gugup sepertimu?" dan mengangkat alisnya jenaka.
Dan aku tedisam. SIAL.
Aku memutar arah pandang dari Sasuke jadi menghadap ke arah jendela. Memilih untuk tidak mempermalukan diri sendiri lebih dalam.
Sasuke dengan semua kata-kata benarnya.
Sampai aku merasa lengan kiriku tertarik, dan benar. Pelakunya adalah Sasuke.
Dia menggenggam jemariku dengan lengan kanannya, dan menggunakan lengan kirinya untuk terus menyetir.
Lalu berbicara pelan, " Aku tidak ingin bersikap berlebihan atas apa yang sudah terjadi. Bila sudah waktunya, maka aku akan mengungkapkannya. Tidak satupun pilihan yang tepat bisa diambil dengan cara terburu-buru. Maka dari itu bersabarlah, apa kau bisa melakukannya?" Sasuke melirik ke arahku.
Aku kembali menatapnya diam, mengerti dengan apa yang dikatakannya dan terenyum simpul, "Kau bisa mengandalkanku dalam hal bersabar. Kalau kau lupa, aku adalah calon dokter yang harus bersikap selalu bersabar."
Sasuke terkekeh ringan, " Ya, aku sedikit melupakannya."
Aku ikut tertawa pelan.
Baiklah,sepertinya mulai sekarang aku harus bersikap penyabar atas apapun di sekitarku. Bersabar menunggu dosen pembimbing yang tidak berakhlak, bersabar menunggu skripsiku di ACC, Bersabar menunggu sidang, bersabar menanti wisuda, bersabar untuk bekerja di rumah sakit, dan sekarang bersabar menunggu Sasuke memantapkan hatinya.
Kurasa sebentar lagi aku bisa menjadi aktris sineteron yang berwatak penyabar atas segala cobaan yang menimpanya..
Sampai tiba di kampus, aku langsung bergerak mencari dosen pembimbing sialan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKURA IN LIFE
RomanceSakura, seorang mahasiswi di salah satu Universitas, Fakultas Kedokteran. Yang sejak awal masuk sudah menyukai Uchiha Sasuke. Si ketua BEM Universitas di kampus nya. Dan dengan banyak trik dia mencoba mendekati Sasuke. Namun ia tak ingin terlihat...