Kala itu Hyunjin menangis, kala itu tubuhnya bergetar, kala itu Hyunjin untuk pertama kalinya sangat membenci dirinya sendiri, benci karena dirinya tak bisa menyelamatkan Jeongin.
Masih teringat jelas bagaimana tubuh lemah Jeongin tergeletak di atas brangkar dan didorong ke dalam mobil ambulans kemudian dimasukkan ke ruang operasi. Semuanya masih segar di ingatan, meskipun dua minggu telah berlalu.
Setelah insiden itu, Hyunjin sangat terpukul, lelaki Hwang tersebut bahkan tak makan dan tidur dengan teratur, yang ia lakukan hanya duduk menunggu dan menunggu, menunggu rubahnya untuk membuka matanya kembali.
Perusahaan bahkan sanpai Hyunjin lupakan begitu saja, beruntung sepupunya –Ryujin- dengan berbaik hati mau membantu mengurus perusahaan tersebut sampai kondisi mental Hyunjin menjadi lebih baik, Ryujin paham betul apa yang tengah dialami Hyunjin sekarang.
Meski mereka jarang bersama, namun dalam sekali lihat saja Ryujin bisa tahu seberapa besar kasih sayang yang Hyunjin berikan kepada Jeongin.
Sama sepeti malam-malam sebelumnya, malam ini pun Hyunjin akan duduk menunggu Jeongin sembari mengelus dahi lelaki manis itu dengan lembut. Hati Hyunjin terasa sakit setiap melihat alat penopang hidup yang terpasang di tubuh Jeongin, terlihat dingin juga menyakitkan.
Tanpa memperdulikan nyeri di tulang punggungnya, Hyunjin mulai menumpukan kepalanya di samping tempat tidur Jeongin, mulai merasa kantuk juga lelah. Selama dua minggu belakang, Hyunjin menghabiskan waktunya di dalam ruangan putih dengan bau obat-obatan yang menyengat dan juga suara bising dari pendeteksi jantung yang terpasang di tubuh Jeongin.
Hyunjin sama sekali tak mau meninggalkan Jeongin kecuali jika hal tersebut sangat mendesak, lelaki tanpan itu bahkan beberapa kali pernah ditegur oleh perawat yang memeriksa keadaan Jeongin, perawat tersebut menyarankan untuk Hyunjin beristirahat karena kondisi pemuda Hwang tersebut tak terlihat baik sama sekali, namun yang namanya Hyunjin tetap saja akan keras kepala, Hyunjin hanya menjawab dengan anggukan meski pada akhirnya ia tak melaksanakan saran-saran yang diberikan.
Dan benar saja, saat ini Hyunjin merasa tubuhnya sudah pada batasan, perutnya terasa perih karena Hyunjin tak memasukkan makanan apapun selama sepuluh jam belakangan, tubuhnya pun terasa melemas dengan mata yang terasa semakin memberat, tidak, ini bukanlah rasa kantuk karena Hyunjin sendiri tak bisa mengendalikan kelopak matanya yang kini mulai tertutup secara perlahan.
Tapi bahkan sampai matanya terpejam pun, satu hal yang masih mengganggu pikiran Hyunjin. Dua minggu yang lalu, setelah selesai operasi, dokter tersebut mengatakan jika kepala Jeongin terbentur dengan keras, membuat Jeongin berpotensi mengalami amnesia.
Apakah takdir belum terlalu kejam bagi mereka berdua?
•
"Eungg..." Hyunjin melenguh pelan saat merasa kepalanya sangat sakit dan juga berputar, perlu waktu beberapa saat untuknya menyesuaikan keadaan juga cahaya yang masuk ke retina.
Setelah beberapa menit berlalu, Hyunjin akhirnya bisa menarik kesimpulan jika ia tengah berada di rumah sakit sekarang, terbaring di atas bangsal dengan status sebagai pasien, sungguh miris.
Saat menggerakkan tangannya, Hyunjin bisa merasakan punggung tangannya terasa nyeri akibat jarum infus yang tertanam di dalam sana. Namun peduli setan, yang ingin Hyunjin lakukan sekarang hanya melihat kondisi Jeongin.
Namun sayang, baru saja Hyunjin ingin beranjak bangun, ia sama sekali tak memiliki tenaga untuk melakukan keinginannya, Hyunjin terjatuh dari bangsal, membuat jarum infus yang terpasang di tangannya terlepas dan meneteskan beberapa tetesan darah. Sungguh, hal tersebut terasa sangat ngilu untuk Hyunjin, tapi sekali lagi, Hyunjin tak peduli.
"Akhh..." Hyunjin merintih kesakitan saat merasa kepalanya seperti tertusuk jarum tak kasat mata. Mencoba mengabaikan rasa sakit tersebut, Hyunjin kemudian menutup punggung tangannya yang masih mengeluarkan darah menggunakan ujung pakaian rumah sakit yang ia kenakan, dengan nekat, Hyunjin berusaha bangkit kembali, mencoba bertumpu pada apapun yang ia lihat.
Hyunjin berhasil berdiri lalu berjalan ke depan pintu ruangan ini dengan cara menopangkan tubuh di dinding putih tersebut. Pada saat Hyunjin hendak membuka pintunya, alangkah terkejut dirinya saat pintu tersebut ruangannya terbuka secara tiba-tiba.
Hyunjin bahkan secara tak sadar telah melepaskan topangan tangannya pada dinding, menyebabkan Hyunjin jatuh terjerebab ke dinginnya lantai rumah sakit.
"Astaga Hyunjin!?" sesosok gadis cantik seketika memekik kaget saat melihat Hyunjin yang tengah terjatuh di depan pintu. Tanpa menunggu lama lagi, gadis cantik tersebut segera membantu Hyunjin untuk berdiri.
"Apa yang ka-"
"Ryujin, dimana Jeongin?"
Belum sempat Ryujin menyelesaikan ucapannya, Hyunjin sudah memotong terlebih dahulu dengan sebuah pertanyaan.
Hyunjin tak mengerti dengan ekspresi wajah Ryujin, gadis tersebut terlihat lega dan juga sedih di saat bersamaan?
"Kembalilah dulu ke tempat tidurmu, ada hal yang ingin kuberitahu."
Hyunjin menurut kemudian menganggukkan kepalanya lalu ia mulai dipapah oleh Ryujin untuk kembali berbaring di bangsal rumah sakit.
"Infusmu terlepas, aku akan memanggilkan perawat untuk memasangkannya kembali."
Lagi-lagi Hyunjin menurut, membiarkan Ryujin berjalan keluar kemudian kembali dengan seorang perawat tak lama setelahnya.
Setelah infus kembali terpasang dan juga mendapat beberapa ceramah dari sang perawat, Hyunjin sekarang akhirnya bisa berbaring dengan tenang sembari menunggu Ryujin untuk menceritakan sesuatu.
"Jadi?"
"Kau terlalu kelelahan sehingga tubuhmu menjadi drop-"
"Aku tak peduli, aku hanya ingin mengetahui keadaan Jeongin."
Ryujin menghela nafas, sabar menghadapi sifat sepupunya ini.
"Jeongin telah siuman."
"Apa? Apa kau serius?"
"Tentu saja aku serius, memang untuk apa pula aku bercanda?"
Hyunjin tersenyum lega, sangat lega. Seketika Hyunjin lupa dengan sakit yang ia alami saat ini. Berita Jeongin yang telah siuman merupakan hal terindah yang Hyunjin dengar setelah sekian lama.
"Namun, dokter mengatakan Jeongin kemungkinan akan mengalami hilang ingatan, tapi tidak secara menyeluruh, mungkin Jeongin akan lupa dengan beberapa hal yang ia alami."
Ah sepertinya Hyunjin bahagia terlalu cepat, karena entah kenapa, ketakutanlah yang kini menguasai pikirannya
To Be Continue
Tertanda, 30/04/2020
Bee, kita damai oke ._.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Bed [Hyunjeong] ✔
FanfictionHanya kisah klise tentang Hyunjin dan Jeongin. Hanya sebuah konflik yang berakar dari masalah hutang piutang. Hanya tentang Jeongin yang menjadi boneka sex Hwang Hyunjin. Hanya itu, tak ada yang terlalu menarik di kisah ini. Tapi sepertinya sedikit...