Jeongin menyerngitkan alisnya bingung saat melihat serentetan kalimat di ponselnya, kata-kata itu tak lain adalah sebuah alamat yang dikirimkan oleh Jeno, ngomong-ngomong lelaki tampan tersebut berkata jika ingin menemui Jeongin.
Jeongin yang awalnya tak menaruh curiga sedikitpun kini mulai dihampiri perasaan ragu meski sedikit saat mengetahui jika alamat yang Jeno kirimkan merupakan alamat sebuah hotel yang ada di kota tersebut.
Mencoba menepis semua pemikiran negatifnya, Jeongin kemudian segera menyambar jaketnya dan pergi keluar rumah. Ah iya, entah sejak kapan, namun Jeongin akan mulai mengabari Hyunjin jika ia pergi dari rumah, ya meski Jeongin tak peduli jika diizinkan atau tidak, ia hanya ingin menyampaikannya.
Saat berada di bis, Jeongin merasakan ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Tanpa menunggu lama, Jeongin segera membuka pesan tersebut yang mana merupakan sebuah balasan dari Hyunjin, isinya tentu saja mengenai larangan untuk Jeongin pergi.
Namun sekali lagi, Jeongin sama sekali tak peduli, pemuda Yang tersebut hanya membaca pesan Hyunjin kemudian menyetel ponselnya menjadi mode hening.
Setelah beberapa menit ia habiskan untuk duduk di dalam bis, Jeongin saat ini akhirnya sampai di depan hotel yang dimaksud oleh Jeno, tanpa pikir panjang, Jeongin kemudian membawa langkahnya menuju ke kamar hotel yang telah diberitahu teman barunya itu.
"Ah maaf aku lama." ucap Jeongin saat ia memasuki kamar hotel dan mendapati Jeno yang tengah duduk diam di atas sofa. Mengetahui jika yang ditunggu telah datang, Jeno kemudian menolehkan kepalanya dan menepuk sofa di sampingnya, mengisyaratkan Jeongin untuk ikut duduk di sana.
"Tidak masalah."
"Jadi ada apa Jen?" tanya Jeongin saat sudah mendudukkan dirinya di samping Jeno. Bukannya menjawab, Jeno justru memandang Jeongin dengan tatapan intens, membuat Jeongin merasa sangat risih.
"Eumm...Jen, bisakah kau cepat? Aku tengah mempunyai urusan yang mendesak." bohong, padahal Jeongin hanya ingin segera pergi dari sini.
Entah kenapa Jeongin mendadak mempunyai firasat buruk saat ini.
"Kau manis."
"Hah?" Jeongin memasang wajah melongonya, apa-apaan maksud Jeno barusan?
Mendadak Jeongin merasa kesal kemudian hasratnya untuk pergi menjadi semakin besar.
"Jen jika kau hanya ingin mengatakan itu, maka aku akan pergi."
Baru saja Jeongin berdiri, tangannya sudah terlebih dahulu dicekal lalu ditarik oleh Jeno, membuat Jeongin jatuh di atas sofa, dengan gerakan cepat Jeno segera menindih tubuh Jeongin.
Jeongin membelalakkan matanya kaget, meronta sekuat tenaga supaya terlepas dari kungkungan Jeno. Namun sayang sepertinya tenaga Jeongin kalah kuat, Jeno masih bisa mendominasinya bahkan sekarang lelaki dengan marga Lee tersebut mulai mendekatkan wajahnya ke leher Jeongin.
"Aku sudah menahan ini sejak dulu, biarkan aku merasakan lubangmu Jeong."
Ah, Jeongin ingin menangis saja rasanya sekarang.
Jeno kemudian mulai menjilati leher Jeongin dan menggigitnya kecil, Jeongin semakin bergerak rusuh di bawah yang lebih tua, mencoba berbagai cara supaya terlepas dari kungkungan Jeno.
"Lepaskan aku sialan! Akhh..." ucapan Jeongin diakhiri dengan rintih kesakitan saat Jeno dengan sengaja menggingit lehernya keras.
Tak ingin terlihat lemah di hadapan musuh, Jeongin berusaha mati-matian untuk menahan air mata yang telah mengumpul di pelupuk matanya.
Hyunjin.
Entah kenapa nama tersebut terlintas di kepala Jeongin saat ini. Untuk alasan yang tidak jelas, Jeongin mulai berharap jika Hyunjin akan datang dan menyelamatkannya meski hal tersebut hanya memiliki kemungkinan 0,1%
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Bed [Hyunjeong] ✔
FanfictionHanya kisah klise tentang Hyunjin dan Jeongin. Hanya sebuah konflik yang berakar dari masalah hutang piutang. Hanya tentang Jeongin yang menjadi boneka sex Hwang Hyunjin. Hanya itu, tak ada yang terlalu menarik di kisah ini. Tapi sepertinya sedikit...