Sebenarnya ada sebuah rahasia besar yang Jeongin sembunyikan dari Hyunjin, dan setelah berpikir semalaman penuh, Jeongin memutuskan untuk mengatakannya saja pada Hyunjin, tak mungkin kan Jeongin berpura-pura selamanya?
Malam ini, saat Hyunjin pulang dari perusahannya, Jeongin segera menghampiri pemuda Hwang tersebut kemudian meminta sedikit waktu untuk berbicara.
"Eumm....Hyunjin, bisakah kita bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin kukatakan."
Hyunjin yang tengah mengeringkan rambutnya tersebut menyerngitkan alis bingung, tak biasanya Jeongin seperti ini.
"Tentu, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Hyunjin sembari duduk di samping tempat tidurnya lalu menepuk tempat di sebelahnya, mengisyaratkan Jeongin untuk duduk di sana. Jeongin mengerti dan mulai berjalan mendekat sebelum akhirnya duduk di samping Hyunjin sembari memilin ujung pakaian yang ia kenakan.
"Eumm...itu..." Jeongin menjeda ucapannya, memikirkan kalimat yang tepat untuk ia ucapkan. Sedangkan di sisi lain Hyunjin masih setia menunggu lanjutan dari ucapan yang lebih muda.
Jeongin menghela nafasnya. "A-aku sebenarnya tak lupa ingatan, aku ingat semuanya."
Percayalah, wajah Hyunjin terlihat sangat bodoh ketika terkejut seperti ini.
"A-apa maksudmu?" sepertinya Hyunjin masih memerlukan penjelasan lebih.
"Jadi pada saat itu aku tak menderita lost memories apapun, dokter juga telah mengatakan hal tersebut, namun aku meminta supaya Ryujin dan juga semua orang yang ada di sana untuk membantuku berpura-pura lupa ingatan." aku Jeongin pada akhirnya. Jeongin menggigit bibir bawahnya, harap-harap cemas dengan respon Hyunjin nantinya.
"Ta-tapi kenapa kau melakukan hal itu?"
"A-aku hanya takut Jin, aku takut merasakan hal yang sama seperti dulu, kupikir jika aku berlagak melupakanmu, aku bisa sedikit menjauh darimu."
Sungguh, Hyunjin tak bisa lagi berkata apa-apa.
"Namun selama ini aku melihat kau yang selalu perhatian denganku, kau bahkan selalu menjagaku dan membuatku merasa nyaman. Aku tak mengerti, aku saat ini merasa harus mengatakan kebenarannya,"
"Maaf aku telah mengecewakanmu, sekarang kau boleh membenciku, aku tak masalah karena setidaknya aku bisa jujur kepadamu dan juga kepada diriku sendiri." Jeongin melanjutkan ucapannya, namun,
Hening.
Tak ada respon dari Hyunjin setelah si rubah mengucapkan semua yang ada di kepalanya. Kepala Jeongin tertunduk lemah, Hyunjin pasti membencinya setelah ini, ah jadi beginikah rasanya dibenci oleh orang yang kau suka?
Hati Jeongin serasa diremas saat Hyunjin berjalan keluar kamar tanpa mengucapkan kalimat apapun. Hah, semua telah berakhir, Jeongin sudah sangat mengecewakan Hyunjin bahkan sampai pemuda Hwang itu sendiri tak mau berbicara padanya.
Memang salah Jeongin yang memutuskan untuk berpura-pura belakangan ini, Jeongin sadar jika dirinya sudah keterlaluan.
"Apa kau mencintaiku?"
"Eh?" Jeongin yang semula menundukkan kepalanya sembari menutup wajah menguunakan telapak tangan seketika mendongkakkan kepalanya dan menatap Hyunjin yang tengah berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang tak terdefinisikan.
"Iya, aku mencintamu." sudahlah, Jeongin tak ingin menutupi apapun lagi, biarkan malam ini ia menjadi pemuda jujur yang mengungkapkan isi hatinya, Jeongin sudah lelah berbohong selama ini.
Hyunjin tersenyum tipis kemudian mengangkat sebuah kertas ke hadapan Jeongin. Jeongin membelalakkan matanya, ia tahu betul kertas apa yang tengah dipegang oleh Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Bed [Hyunjeong] ✔
FanfictionHanya kisah klise tentang Hyunjin dan Jeongin. Hanya sebuah konflik yang berakar dari masalah hutang piutang. Hanya tentang Jeongin yang menjadi boneka sex Hwang Hyunjin. Hanya itu, tak ada yang terlalu menarik di kisah ini. Tapi sepertinya sedikit...