part 8

1.9K 66 7
                                    


"Aku ga suka ke pesta, Bang."

"Ya … kan ga mungkin abang dateng kesana sendiri. Udah kek jones aja."

"Enggak usah lebay deh."

"Lebay paan sih, Nad … Abang cuma pengen ngenalin kamu sebagai istri Abang," ucap Arkan seraya memeluk Nadia dari belakang. Mengecup bahu wanita yang kini berdiri di depan jendela kamarnya, menatap tetesan air hujan yang mengalir di balik kaca.

"Ayo, dong ... Oke?"

Cukup lama hening, sebelum akhirnya Nadia menganggukan kepalanya. Tanda setuju.

Lalu, disinilah mereka. Menikmati lantunan lagu more than words dari extreme yang diputar dalam perjalanan menuju tempat di mana pesta itu diadakan.

Ah, biasanya Arkan tak suka memutar musik saat berdua bersama Nadia di dalam mobil. Ia lebih suka mengajak wanita itu bercanda, atau sekedar bercerita. Setidaknya itu salah satu cara untuk memancing Nadia agar lebih terbiasa membagi rasa.

Namun, melihat penampilan Nadia malam ini, Arkan tak yakin bisa konsentrasi menyetir jika mengajak wanita itu bicara. Istrinya malam ini terlihat begitu … sexy.

Lihatlah, Nadia bahkan memakai gaun yang menutup seluruh tubuhnya, tapi sepertinya otak Arkan yang perlu dicuci. Polesan tipis di wajah cantik istrinya membuatnya terlihat begitu menggoda. Berkali-kali Arkan menelan ludah, membayangkan wajah cantik itu menatapnya dengan sayu … di atas ranjang! Ah, damn!

Nadia menatap heran Arkan saat mesin mobil telah dimatikan. Suaminya terlihat gelisah, bahkan ada beberapa bulir keringat yang terlihat di dahi pria itu.

"Abang, enggak enak badan?" tanyanya terlihat cemas.

Arkan menarik nafas, lalu mengembuskannya sedikit kasar. Mencoba mengenyahkan segala pikiran liar yang berputar di otaknya.

"Ck, kalo bukan undangan penting. Pengen langsung pulang aja rasanya."

Melepas sabuk pengaman, Nadia mencondongkan badannya memeriksa suhu tubuh Arkan.

"Abang, sakit?" tanyanya seraya menempelkan satu telapak tangan di dahi suaminya.

Sialan! Maki Arkan dalam hati. Wajah Nadia kini hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Bibir tipis yang dipoles lipstik berwarna orange nude itu sedikit terbuka. Ditambah lagi dengan harum tubuh Nadia yang menyapa penciumannya. Oh Tuhan, ini neraka!

"Sakit, Nad …."

"Hah?"

Menurunkan tangan Nadia di dahinya, lalu Arkan menggenggamnya erat.

"Nahan diri pas kamu lagi keliatan menggoda banget kek gini itu sakit …."

Iris wanita itu melebar, sama sekali tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari bibir Arkan.

"Gausah omes!" Nadia mencoba melepaskan genggaman tangan Arkan. Tapi kini justru tangan pria itu berpindah ke lehernya. Ibu jarinya mengusap lembut bibir Nadia.

"Ini waterproof, kan?"

"Abang …."

Dan sekali lagi, Nadia tak kuasa menolak saat sentuhan bibir pria itu kembali memompa degub jantungnya menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Manis …," bisik pria itu terkekeh seraya memastikan polesan lipstick istrinya masih terlihat sempurna. Nadia mendengkus, Lalu menggeleng pelan saat mengingat kelakuan   Arkan barusan. Berciuman di dalam mobil? Ya Tuhan, ini gila! Tapi juga… menyenangkan.

*

Sepanjang pesta, Arkan tak pernah sedikit pun melepaskan belitan tangannya di pinggang ramping Nadia. Menyapa beberapa kenalan juga kolega bisnisnya yang juga datang sebagai tamu di sana.

Abangku SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang