Kepercayaan

777 55 10
                                    

Hari ini berjalan sesuai keinginan james, ya mau bagaimana lagi nadine sang pramugari itu tidak mau melelahkan dirinya untuk mengurusi suaminya yang merajuk.

Dengan dress navy nadine berjalan dibelakang james. Tepatnya mereka berjalan menuju kantor si jaksa pencemburu. Saat melewati koridor banyak sekali sepasang mata yang melirik ke arah mereka, padahal mereka sama sekali tidak mengumbar kemesraan didepan umum, bergandengan tangan saja tidak mereka lakukan. Tentu, nadine yang menolak alih alih memberi alasan tidak enak di pandang padahal ia tengah malas meladeni sang suami.

Begitu sampai diruangan james, mereka sudah disambut dengan kevin sang jaksa penyidik yang entah mengapa mukanya sangat serius membaca beberapa dokumen di tangannya.

"Pagi pagi dah buat otak lu pusing sendiri, heran gua"-james

Kevin melirik malas ke arah rekannya itu.

"Ck, lu tau ga sih kita dapet kasus yang pernah lu tanganin 3 tahun yang lalu"

"Yang mana?" james mendekat ke meja kevin, melihat dokumen yang sedari tadi rekannya itu sangat sibuk membacanya.

"Pembunuhan yang di pesawat itu?"

Nadine yang awalnya malas ikut campur dan lebih memilih mendaratkan badannya pada sofa ditengah ruangan tersebut akhirnya melirik ke arah meja kevin pasalnya kasus itu yang membuat ia dan sang suami bertemu.

"Iya"

"Kenapa emang, bukannya itu udah selesai ya?"

"Lebih tepatnya bukan selesai kan?"

"Ya emang sih, kasus itu berakhir karena dinyatakan si korban bunuh diri"

"Nah beberapa hari lalu ada mayat di bandara tempat istrilu kerja dan bekas lukanya sama persis sama mayat yang di pesawat itu"

"Huh?"

"Lu liat dah fotonya" james melihat foto itu dengan seksama, ya memang sangat mirip.

"Ah yang benar saja" james mendengus kesal.

"Napa lu?"

"Disaat gua dapat memanfaatkan istri gua, ada aja yang selalu ngalangin"

Kevin terkekeh, akhir akhir ini rekannya itu sangat sering mengeluh tentang bagaimana susahnya berduaan dengan sang istri.

"Sabar james, tuntutan pekerjaan. Inget ini kasus besar"

Dibalas oleh tatapan dingin dari sang jaksa penuntut.

.

.

.

Malam pun tiba, seharian ini tidak banyak yang nadine lakukan ataupun kabulkan. Karena sedari berita tadi pagi james sangat sibuk mempelajari kasus ini. Dirumah pun james masih berkutik dengan lembaran lembaran kertas, kacamata nya pun selalu bertengger di hidungnya. Sesekali ia mengerutkan dahi, menutup mata, dan memegang leher belakangNya.

Melihat itu nadine yang sedang membawakan kopi untuk suaminya itu merasa lemas sendiri. Ia membayangkan dan merasa badannya pun ikut lelah, mungkin Karena nadine sangat benci membaca, tapi entah mengapa jika membaca wattpad ia sangat sanggup.

Nadine menaruh kopi di bagian meja yang kosong, kemudian berjalan ke belakang badan suaminya dan langsung memijat pelan pundaknya.

"Pasti melelahkan"

"Ya begitulah"

"Kamu belum tidur?"

"Melihatmu seperti ini, membuat nafsu tidur ku hilang begitu saja"

Sempre Con TeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang