12

3.7K 608 269
                                    


Egotistic

.

Thorriq melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Terik matahari Jakarta tak urung membuatnya tetap berdiri di seberang gerbang sekolah Arini.

Surai hitamnya bergoyang ke kiri dan kanan saat bel pulang sekolah berbunyi. Berharap menemukan Arini diantara kerumunan siswa yang berbondong - bondong berlari melewati pagar menjauhi sekolah.

"Arin!" Panggil Thorriq saat mendapati adik satu - satunya itu baru saja melewati pagar sekolah bersama beberapa temannya.

"Uda ngapain kesini?" Tanya Arini.

"Lo nggak angkat telpon gue, bales chat gue juga nggak. Si brengsek itu ngelarang lo komunikasi sama gue kan?" Tuduh Thorriq bertubi - tubi.

"Nggak kok. . Papa nggak ngelarang gue buat komunikasi sama elo." Arini menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa lo nyuekin gue? Lo betah disana? Lo lupa disana ada siapa?" Bentak Thorriq.

"Gue nggak mau nyusahin Mama terus!" Balas Arini emosi.

"Kan ada gue!? Lo bisa nyusahin gue!? Pernah nggak gue nolak apa yang lo minta?"

"Tapi lo nggak bisa bikin gue masuk sekolah design di Paris, Uda."

Thorriq terdiam mendengar ucapan Arini yang tengah menahan tangis di hadapannya.

"Pulang, Rin. ." Lirih Thorriq akhirnya.

Alih - alih mendekat, Arini malah berjalan menjauh menuju mobil jemputan dari rumah Papa yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Arin bakal pulang, tapi bukan sekarang." Ucapnya lagi sebelum benar - benar pergi.

"Oke, terserah! Nikmatin aja hidup lo sama keluarga lo yang busuk itu! Nggak usah cari - cari gue atau Mama lagi!"

Thorriq lalu memasang helmnya, kemudian naik keatas motornya dan pergi menjauh meninggalkan Arini yang sudah berlinang air mata.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Stop! Stop! Stop!"

Ucapan Wahyu barusan berhasil membuat Oji berhenti menabuh drumnya, Thorriq berhenti memainkan gitarnya, dan Aji berhenti memainkan bassnya sambil bernyanyi. Ngomong - ngomong mereka sedang latihan untuk acara inagurasi besok malam.

"Rik, lo kenapa sih? Dari tadi mainnya off mulu?" Tanya Wahyu.

"Hah. . Masa sih? Perasaan gue main biasa aja." Thorriq mengerutkan dahinya.

"Lo ada yang dipikirin?" Tanya Oji dari balik drumnya.

"Nggak kok. Lanjut aja, gue bakal lebih fokus lagi. Sorry bro."

"Nggak. . Nggak. . Kita break dulu tiga puluh menit. Yang mau makan, makan, yang mau ke toilet silahkan, dan elo Rik, apapun yang lagi lo pikirin tolong lo selesaiin dalam tiga puluh menit ini." Wahyu kemudian menurunkan gitarnya dan mengambil rokoknya sebelum keluar dari studio latihan mereka, sementara Oji lebih memilih untuk bermain game di ponselnya dan Aji duduk diam, which is soooo not Aji.

[✔️] 10 Things I Hate About You [Local Au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang