Happy Reading^^Jangan lupa tinggalkan Vote sama Koment kalian di bawah sana...
Hal kecil, tapi bisa buat moodboster author loh biar cepet Up cerita...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah cukup lama, akhirnya Yara kembali menghampiri Dafi yang masih tiduran disofa ruang tamu. Tapi kelihatannya Dafi tak menyadari kedatangannya. Tentu saja terbesit ide jahil dalam benak Yara.
Akan tetapi setelah Yara dekati, cowok dengan beribu tingkah konyol itu ternyata tertidur dengan ponsel disebelahnya yang masih menyala. Iapun mengurungkan niatnya. Tapi eh tapi, Yara dibuat heran dengan kesabaran cowok itu.
"Perasaan, gue satu jaman lebih deh tadi dikamar. Tapi koq nih cowok masih disini aja ya.??" Gumamnya.
Saat pergi meninggalkan tamunya, Yara memang sengaja berlama2 dalam kamar. Pertama mandi, setelah selesai Yara berganti pakaian, lalu bermain ponsel. Semua itu ia lakukan untuk membuat Dafi pulang karena lelah menunggu. Tapi kenyataannya, cowok itu malah asik dengan alam mimpinya.
Masih dengan berdiri dan kedua tangannya ia letakkan dipinggang. Yara mengamati setiap inchi dari wajah damai Dafi yang masih terlelap itu. Seketika itu, sebuah senyum indah terbit dibibir Yara.
"Loe bener. Kalo lagi tidur gini, loe tuh ganteng, imut, nggemesin lagi. Tapi kalo udah melek, euhh! Resenya minta ampun." gumam Yara pelan.
Teringat akan sang papa almarhum, lantas Yara meraih bandul liontin yang ia kenakan dan menggenggamnya erat.
"Andai aja Papa masih ada, pasti dia bakal kaget deh liat muka loe. Muka kalian tuh bener2 mirip, nyaris gak ada bedanya sama sekali." Yara menghela nafas untuk menjeda kalimatnya.
"Tapi sayang,, karena Alloh lebih sayang sama papa mama gue. Mereka ninggalin gue sama Tiya buat selamanya." Sambungnya.
Hati Yara mendadak sesak, mengingat dirinya adalah anak yatim piatu. Sebisa mungkin, ia menahan diri agar tidak meneteskan airmata yang sudah memenuhi pelupuknya. Karena bagaimanapun, Yara masih bersyukur karena dirinya lebih beruntung daripada Dafi.
Bicara soal Dafi, Yara jadi ingat. Dafi pernah menceritakan bahwa dirinya sempat tinggal dipanti asuhan. Masa kecilnya, tempat bermainnya pun ditempat itu. Cowok itu benar2 tidak terlihat bersedih, atau mempermasalahkan masalalu suramnya. Yara fikir, ia harus bisa belajar lebih untuk selalu terlihat tegar seperti Dafi.
Mendengar derap langkah kaki seseorang dari teras depan, membuat Yara segera mendekati pintu. Barulah saat orang itu semakin dekat dengan posisinya, Yara langsung bertindak.
Tiya yang sudah membuka mulut untuk mengucap salam seketika berhenti karena terkejut. Pasalnya, Yara dengan tiba2 muncul dihadapannya, lalu menutup mulut Tiya dengan tangannya. Bahkan sekarang Tiya memasang wajah bingung karena tingkah aneh Yara.
"Ada apaan sih.?" Tanyanya penasaran, setelah Yara melepas bungkaman.
"Salamnya pelan2 aja." Pinta Yara.
Tiya yang semakin bingung hanya mengernyitkan kening. Tapi pada akhirnya, iapun menuruti apa kata Yara.
"Loh, koq Dafi bisa ada disini.?!" Tanya Tiya kaget.
"Sstt sstt.. dibilangin juga, pelan2 ngomongnya.." bisik Yara.
"Iya, iya.. tapi loe jawab gue, kenapa Dafi tidur disini.??"
"Ya, kan tadi dia nganterin gue pulang."
"Terus.?? Ngapain aja, sampe dia bisa tidur kayak gini.?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Love Story 2
Teen Fiction16 November 2019 Generasi Twins Love Story 1 #1 Jnation #1 Faul #1 Afisan #2 Jirralovers #3 Jirayut "Gue lupa mau minta loe balikin saputangan tadi." Yara menyodorkan tangan pada Dafi yang kesusahan menelan saliva. Bagaimanapun, Dafi dibuat syok den...