Nine

4 0 0
                                    

     Pagi ini aku kembali mengunjungi Aruna di Rumah Sakit. Aku berjalan sambil membawakan Bunga Matahari kesukaannya. Aku berharap semoga dia mau memaafkanku.
Tok Tok Tok
     "Assalamualaikum Run, aku boleh masuk?" Izinku padanya tetapi aku tak mendapatkan jawaban. Akhirnya aku masuk dan menemukan tempat tidurnya dalam keadaan kosong. Langsung aku berlari mencari suster atau siapalah yang tahu tentang keberadaanya.
    "Maaf Sus, pasien atas nama Aruna Wimala apa sudah diperbolehkan kembali ke rumah?" kataku dengan tidak sabar.
    "Oh, tadi saya lihat Bu Aruna sedang berada di taman mungkin beliau ingin memghirup udara segar" kata suster tersebut.
    "Terimakasih Sus" ucapku lalu berlalu mencari Aruna.
Kulihat dia sedang menatap langit dengan pandangan kosong. Dia tampak menerawang jauh. Aku hanya bisa menatapnya dari jauh. Dia membawa secarik kertas dan amplop. Apa yang dia tulis? Aku pun bertanya-tanya dalam hati.
    Cukup lama aku memandanginya dalam diam. Mungkin sekitar 30 menit, hingga pandangan mataku bertubrukan dengan mata berbinar milik Aruna. Tak kusangka, tangannya menginstruksikanku untuk mendekat.
    "Ka, duduklah aku ingin bicara" Katanya dengan serius, aku hanya mengangguk.
    "Aku tak tahu kapan aku akan dipanggil Sang Kuasa. Jujur, aku merasa waktuku tak lagi lama. Jika, suatu hari waktuku di dunia telah habis maukah kamu membantuku?" Ucapnya dengan nada memohon yang serius.
     "Jangan berkata seperti itu, kamu akan sembuh percayalah padaku. Kamu perempuan kuat Run" kataku dengan terbata-bata karena menahan tangis.
    "Ka, setiap orang punya batas waktu masing-masing. Kumohon bantulah aku, kali ini saja. Ini permintaan  terakhirku" dia tetap memohon tanpa menghiraukan kalimatku.
    "Iya Run, aku janji" ucapku akhirnya mengalah.
    "Tolong jaga anak-anak ya Ka. Terutama Bintang dan Danu. Dia telah kuadopsi secara resmi sebagai anak angkatku bukan lagi anak panti lagi. Aku tidak ingin mereka kembali tak punya orang tua." Katanya dengan menangis.
    Aku pun ikut menangis, aku merasa perpisahan ini akan segera terjadi. Sungguh, aku tak bisa menghadapi ini. Aku ingin bersama Aruna lalu menebus segala kesalahanku di masa lalu. Semesta, kumohon beri aku waktu lagi.

Sejenak Tentang Sang MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang