Malam itu, kuhabiskan dengan menangis meraung-raung. Sebelum kuputuskan untuk pergi dari sini. Keesokan harinya juga, aku langsung pindah dari kost an bahkan pindah ke kota sebelah. Meski jauh dari kampusku tak mengapa asal aku jauh dari ribuan kenangan yang menusuk relung hatiku dengan begitu kuatnya.
Aku datang ke pernikahan Kala. Namun, aku tak berani masuk aku hanya ingin menyaksikan bagaimana tampilan Kala jika memakai baju pengantin dan bagaimana senyum bahagianya saat itu.
Setelah berdiri seperti orang gila sekitar 10 menit aku memutuskan pergi. Namun sebuah tangan menahan pergerakanku.
"Run, kamu kok disini kan udah aku bilang kamu ngga usah datang" Iya, suara itu Nalani.
"Aku hanya ingin melihat Kala untuk terakhir kali sebelum aku pergi Na" ucapku dengan berusaha tersenyum.
"Emang kamu mau kemana Run?" Tanya Nalani padaku. Aku hanya memeluknya dengan erat kemudian pergi meninggalkan Nalani. Maaf Na, aku ingin membawa semuanya pergi bersamaku sendirian.
Inilah kehidupanku saat ini. Menyibukkan diri dengan hidup baruku. Yang semakin jauh dari orang-orang terdekatku. Menghilang dari kehidupan Kala. Hidupku sungguh gelap, karena cahayaku telah pergi dariku. Aku memutuskan mengasuh beberapa anak-anak kecil agar aku tak kesepian.
Anak asuh pertamaku bernama Danu, usianya 3 tahun saat pertama kali kuasuh. Kemudian, aku kembali mengasuh seorang anak jalanan yang hampir mencopet tasku, namanya Bintang. Saat itu, Bintang masih berumur 7 tahun. Dia tak punya tempat tinggal dan nama. Aku berharap ia akan selalu terang seperti Bintang. Bintang, sangat mirip Kala. Yah, Kala lagi. Bintanglah yang selama ini membantuku mengurus adik-adiknya. Bintang, anak yang sangat bertanggung jawab. Senyumnya mirip sekali dengan Kala.