Eight

5 0 0
                                    

     Aku selalu membayangkan kehidupan rumah tangga yang indah. Keluarga yang harmonis dengan anak-anak yang menggemaskan. Yang hal itu tak pernah kurasakan di masa kecilku. Aku tak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua secara utuh. Mereka sama-sama memutuskan pergi tanpaku.
    Tak ada yang mau meraihku. Pada akhirnya aku hanya berteman sepi di sebuah rumah besar bersama pahlawanku. Pahlawan yang selalu mau terbangun dan menemaniku hingga tertidur kembali saat mimpi-mimpi buruk itu hadir. Pahlawan yang selalu mengajakku bermain hingga ke pelosok komplek. Pahlawan yang menemaniku berpetualang hingga aku sendiri yang lelah. Pahlawanku adalah sosok manusia dengan terang yang menyamai matahari. Kukira ia abadi, tapi dia juga semu seperti layaknya manusia lainnya.
    Pada akhirnya, dia juga pergi meninggalkanku sendirian. Sejak saat itu, aku tak tertarik dengan siapapun. Tak pernah tersenyum bahkan aku bersikap apatis dengan semua orang. Hingga aku bertemu sosok itu. Sosok yang secerah matahari. Sosok terang yang selalu membawa aura positif.
    Dialah Aruna. Orang pertama di kelas tambahan yang menyapaku dengan hangat. Aku ingat sekali bagaimana matanya yang menyipit lucu saat tersenyum dengan manis. Namun, sungguh brengsek sekali aku hingga tega membuatnya terluka.
   Seluruh hariku diisi dengan bahagia darinya. Dari dia jugalah aku belajar tentang berpikir positif. Aku belajar tentang bagaimana menerima segala takdir dari semesta. Dia gadis yang kuat, setelah ditinggal kedua orang tuanya dia masih mampu berdiri dengan tegapnya.
    "Ka, kamu harus bersinar lagi kalau ngga pahlawanmu bisa sedih disana" Ucapnya sambil mengacak rambutku.
    "Cahayaku udah mati Run" Kataku dengan datar.
    "Hmm, menurutku kamu itu sudah bersinar dengan terang. Hanya saja, ada mendung yang sedang berkeliling di atas kepalamu sambil ngeluarin petir" Ucapnya sambilmencubit lenganku dengan gemas.
    "Menurutmu apa aku bisa bahagia Run?" Aku bertanya lagi.
    "Bahagia itu yang nyiptain dirimu sendiri Ka. Terkadang hanya dengan bersyukur terhadap yang kita punya sekarang bisa mendatangkan bahagia. Yakin aja, semesta pasti punya rencana yang indah" Ucapnya dengan mata berbinar-binar menahan tangis.
    Sejak saat itu, aku mulai belajar untuk selalu bahagia dan berpikiran positif seperti Aruna. Jujur itu sangatlah sulit apalagi jika mengingat kejadian yang telah berlalu. Namun, Aruna dengan senyumnya mampu membuatku bertahan untuk berjuan. Sungguh tak seharusnya aku pergi meninggalkannya.

Sejenak Tentang Sang MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang