"Lu masih hidup, So?" Farhan menyendok sambal seraya tertawa.
" Pertanyaan lu mubadzir, Han! Jelas-jelas gue masih hidup, makanya gue bisa disini. Ketemu temen lama bukannya nanya; 'Lu sekolah dimana', 'Sekarang tinggal dimana? Sama siapa?', atau minimal bilang; 'Lu makin cakep aja, So'," jawab pria itu.
Farhan masih tertawa, "Ya takutnya orang yang di depan gue ini kagebunshin bukan orang beneran."
"Emangnya gue Naruto, hah?"
"Bukan." Farhan menggeleng.
"Terus?"
"Sinchan. Hahaha."
"Playboy dong?!" Jidat pria itu melipat.
"Iya. Playboy cap irex! Hahaha..." Farhan puas menertawakan kawannya itu.
Pria itu adalah Baso—dia manusia bukan makanan—yang nama aslinya Hasan Muttaqin. Mendapat julukan baso dikarenakan tubuhnya bulat seperti bakso. Mungkin kalau tubuhnya kotak, dia akan dipanggil Tahu—tapi ada juga Tahu yang bulat sih. Dan boboho adalah nama panggilan kedua yang disematkan oleh anak-anak kepadanya.
Dulu dia adalah anak berbadan gemuk yang hobinya nongkrong di kantin. Kadang dia juga membawa bekal makanan yang banyaknya bisa membuat dua orang kenyang ke sekolah.
Oleh karena itu, Farhan dibuat linglung olehnya. Pria itu sudah berbeda. Tubuhnya jadi kekar bak Binaragawan. Wajahnya pula lumayan tampan kek Iko Uwais balap karung.
“Lu sekolah di sekolah mana?” tanya Farhan kembali.
Baso tidak menjawab. Dia memasukkan batagor kering dengan bumbu kacang ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya.
Mereka sekarang berada di warung batagor di pinggir jalan. Baso adalah kawan Farhan waktu SD. Jauh sebelum mengenal Bayu, Kenzi, Aceng, Daeng maupun Buchori. Baso adalah anak yatim-piatu yang kerap mendapatkan bully an dikarenakan tubuhnya yang obesitas. Body shaming yang dilancarkan oleh kawan sebayanya; termasuk Farhan seringkali ia peroleh.
Karena selalu mendapat hinaan dan ejekan, Baso acap kali menangis di pojok kelas sendirian. Dan Farhan pula yang menghiburnya. Aneh memang anak Mars yang satu ini, dia yang mem-bully sampai menangis, tapi ia juga yang menghiburnya supaya berhenti menangis.
“Gue sekolah di SMA Swasta Angkasa.” Baso menjawab tenang setelah hening beberapa saat.
Seketika mata Farhan membelalak. SMAS Angkasa?
“Gila! Elu benar-benar gila! Lu keterima di sekolah favorit itu?” tanya Farhan yang kaget mendengar kawannya bersekolah di sekolah favorit semi-militer berkurikulum Internasional.
Baso mengangguk, wajahnya menunjukkan kebahagiaan tidak terhingga.
“Selamat, ya, So. Lu memang baso Yamin yang pernah gue kenal," puji Farhan setengah menghina.
“Lu memang masih kampret aja, ya, Han. Muji ya muji, menghina ya menghina, jangan digabungin!" tukas Baso.
Farhan hanya menyegir kuda. "Kan bakso Yamin itu spesial, hehe."
"Tapi, Alhamdulillah sih, Han. Perjuangan gue selama ini gak sia-sia.”
“Eh btw, lu masih berbarengan sama si Nabila, kan?” tanya Baso tiba-tiba membuat Farhan tersedak. "Biasanya lu ngintilin cewek imut itu mulu kayak kebo. Bahkan ke toilet juga lu ikutin," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH & YOU [On Going]
Teen FictionBukan tentang badboy si ketua gangster sang primadona berita, bukan tentang cowok dingin yang menjadi rebutan para wanita, bukan tentang artis Korea yang nyasar ke Indonesia; tapi ini adalah sebuah perjalanan menghapus luka. Dua orang manusia yang p...