Chap.01 SENIN?!

294 104 37
                                    

"MAMAKK!!! AKU TERLAMBAT!" teriak seorang lelaki dengan menconteng sebuah tas ransel di pundaknya. Dia berlari gelagapan menuju lantai bawah.


Pria berambut lurus, berkumis hitam tipis yang berpadu dengan warna kulit kecoklatan dan tatapan tajamnya itu menuruni satu-persatu anak tangga.

Ketenangan yang singgah sejenak, kini ambyar kembali. Farhan lah penyebabnya. Jangan tanya kenapa dia bisa terlambat. Dia adalah satu-satunya siswa yang pernah mencetak rekor; terlambat selama satu bulan full. Dan belum ada yang mampu mengalahkannya.

Mamak, bernama asli Fanisa Lestari, sudah tidak heran lagi. Dia dengan tenang duduk di meja makan sembari mengolesi sebuah roti bakar dengan selai kacang.

Dan Bapak, bernama panjang Udin saja, hanya duduk dengan santai seraya membaca koran. Entah karena apa orang tuanya memberikan nama yang sangat-sangat singkat, padat dan Antimainstream tersebut. Mungkin kehabisan tinta pulpen saat akan menulis namanya atau karena mereka ingin anaknya gak ribet saat UN?

Mamak adalah keturunan suku Jawa. Dia lahir di Yogyakarta, namun besar dan tumbuh di Bandung. Sedangkan Bapak, adalah orang asli Sumedang. Dia adalah anak juragan tahu Sumedang yang sempat bangkrut gara-gara digusur Satpol PP. Lalu memutuskan pindah sekolah ke Bandung.

Disinilah awal pertemuan Bapak dan Mamak. Dimulai dari saling kedip-kedipan, saling gebet lalu pacaran hingga berujung kepada pernikahan. Kemudian lahirlah Farhan, bocah riang yang seringkali merepotkan. Walaupun seperti itu, keluarga kecil ini adalah keluarga yang harmonis dan jauh dari gosip—apalagi hujatan Netizen.

"Ini adalah keterlambatanmu yang ke dua minggu secara berturut-turut di bulan ini. Catat, Pak!" suruh Mamak tegas kepada Bapak yang duduk di depannya.

Bapak mengambil pulpen dan sebuah buku, "Siap, Mak."

Farhan mengangkat alisnya heran. Buku apa itu? Kok tebel, ya? batinnya.

"Itu buku catatan terlambat kamu. Total keterlambatan kamu selama dua tahun bersekolah di SMA Cendekia, sudah mencapai enam puluh hari. Kamu berniat gantiin Nobita, ya?" Mamak seakan-akan bisa membaca batin Farhan.

"Lumaya tuh, Mak. Bisa dijadikan buku novel. Judulnya, 'Nobita asli Bandung'. Keren 'kan, Mak? Kalau sudah terbit, lalu Best Seller, Mamak kebagian konsumsi juga. Tenang aja."

"Farhann!! Kamu ini, ya!" Mamak mulai kesal.

Farhan terkekeh, dia mengambil segelas susu yang telah disiapkan oleh Mamak sebelumnya di atas meja. Sejurus kemudian dia telah berjalan keluar.

"Farhan!" bentak Mamak.

Farhan menoleh ke arah Mamak dengan malas, "Apalagi, Mak?"

Mamak mendengus kesal, "Kamu ini boleh ceroboh, tapi jangan tolol juga, dong. Lihat! Masa pake celana, resletingnya di belakang?"

Farhan melirik ke arah bawah, benar saja ucapan Mamak. Kok bisa, ya?

Bapak hanya menggeleng tak habis pikir. Entah dosa apa yang ia lakukan sehingga kelakuan anaknya bisa sampai seperti ini.

Tanpa berpikir panjang, Farhan melepaskan lalu memakai celananya kembali. Dia berlari ke arah motor kesayangannya, menstaternya, lalu melaju menembus jalanan Kota Bandung.

MATH & YOU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang