Chap.06 Bertemu

99 29 8
                                    

Mohon follow dan vote')

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komentar berupa kritik, saran maupun cacian.

Enjoyy the story😊...

--Math & You--

Cerita Farhannya Udahan.

"Ayolah, Mak …. Farhan buru-buru nih." Farhan masih mencoba membujuk. Ia mencoba pasang wajah paling memelas.

"Gak bisa! Sekali gak bisa, tetap gak bisa! Kamu masih Mamak hukum!" Mamak tetap bersikukuh untuk tidak memberikan kunci motor kepada Farhan.

Memang seperti itulah watak Mamak. Sekali A, ya tetap A. Meski terkesan egois, tapi beliau melakukan hal tersebut demi kebaikan. Jadi kalau Mamak bilang, "Farhan anak Mamak yang paling ganteng sedunia!", orang-orang tidak akan bisa membantah. Mungkin mereka hanya dapat memasang wajah jijik plus enek sembari mengumpat dalam hati.

"Ayolah, Mak. Cuman hari ini doang, suer." Lelaki itu mencoba merayu, ia mengacungkan kedua jarinya.

"Kasihan, kan, kalo Bayu, Kenzi sama Aceng beres-beres di kost Daeng gak ada yang bantuin. Bagaimana kalo mereka kelelahan, terus penyakit ayan-nya kambuh. Kasihan, kan, Mak," tambahnya dengan nada memohon.

"Ya udah pergi sana," suruh Mamak menyerah.

Farhan masih diam di tempat. Wajah gantengnya masih menunjukkan tampang prihatin sebagai bentuk pencitraan.

"Kenapa kamu masih di sini? Wajah jelek kamu jangan ditambah-tambah jelek. Mual aku lihatnya."

Suee.. Sama anak sendiri gitu amat. Setidaknya kalau tidak bisa berbohong, ya jangan terlalu jujur juga kali, batin Farhan.

"Kunci?" Lelaki itu menodongkan tangan ke arah Mamak.

Plaaakkk!!

"Aduhhh..." Ia mengaduh tatkala telapak tangannya ditampar Mamak keras. Ia mengusap-usap telapak tangan yang terasa panas.

"Kamu ini bengal sekali jadi anak!" bentak Mamak yang sudah mulai gusar. Wajahnya memerah seperti orang yang sedang kesambet angry bird kelaparan.

"Jangan gitu lah, Mak. Kasihanilah hamba... kasihan juga, kan, si Jagur kalo gak dipake... Bisa keram-keram dia kalo di bagasi mulu. Apalagi dia sendiri di sana. Gelap. Kesepian. Meringis, merindukan kasih sayang ...."

"Sudah! Jangan banyak membual kamu! Ini memang hukuman buat kamu. Memangnya Mamak dan Bapk gak malu saat Hana mengabarkan bahwa anaknya lebam gara-gara kamu pukul, hah?!!" pekik Mamak yang sudah kehilangan kesabaran memotong kalimat Farhan.

Melihat Mamak yang mulai marah, Farhan hanya menuduk bersalah.

"Apalagi saat aku tahu kalau kamu berantem di parkiran itu hanya untuk merebutkan perempuan tak tahu diuntung. Sudah mending kamu hanya dihukum ringan seperti ini. Kamu benar-benar selalu bikin malu keluarga saja!" Mamak mencoba mengontrol emosinya yang sudah terlanjur berapi-api. Farhan masih membisu tidak mau melawan.

"Tapi—."

"Sudahlah. Pergi sana! Atau tidak sama sekali." Mamak berujar ketus—namun intonasinya merendah. Beliau menghembuskan napas berat, lantas pergi menuju dapur dengan wajah dongkol.

MATH & YOU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang