Terikat Takdir 1

32.8K 1.6K 33
                                    

Arlita menatap wajahnya dicermin dengan tatapan kesal. 'Kenapa pernikahan ini harus terjadi? Kenapa aku harus diciptakan jadi korban untuk sesuatu yang tidak aku sukai?' Gadis itu bermonolog dalam hatinya, lalu menghapus riasan wajahnya dengan emosi.

Pernikahannya baru saja terjadi, pernikahan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam angannya. Demi membela kehormatan uwaknya, dia terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur. Sangat berat bagi Arlita menerima pernikahan ini. Ia masih memiliki banyak mimpi, bukan terjebak dalam pernikahan yang sama sekali tidak pernah diharapkannya.

Setelah wajahnya dirasa bersih dari riasan yang dibencinya, Arlita berjalan menuju kopernnya, mengeluarkan pakaian ganti yang sudah dibawa oleh Bi Nani menuju hotel. Badannya terasa sangat lengket, sehingga butuh mandi. Mungkin dengan tubuh segar dan pikiran tenang, dia akan memikirkan sebuah rencana untuk bisa lepas dari pernikahan ini. Sebelum semuanya terlambat. Hidup bersama dengan laki-laki yang tidak pernah dikenalnya, pasti akan sangat menyiksa. Arlita tidak pernah mengenal calon suami dari kakak sepupunya itu.

Arlita masuk kedalam kamar mandi dengan membawa baju ganti, tidak lupa ia mengunci kamarnya. Gadis itu tidak langsung mandi, tapi menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan pikiran kacau.

Sungguh ia sangat marah pada ide Bi Nani, sehingga uwaknya menerima saran Bi Nani, agar Arlita mau menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menjadi pengantin pengganti. Masa depannya benar-benar dipertaruhkan. Dan Bi Nani dengan tenang berkata, kalau Arlita akan bahagia dengan pernikahannya.

Jika saja uwaknya bukan orang yang banyak berjasa pada hidupnya, mungkin saja ia bisa menolak. Dan jika saja ayahnya masih ada, mungkin ia masih bisa menolak, dan menghabiskan masa mudanya dengan baik. Akhirnya Arlita tergugu dalam tangisan yang menyedihkan. Sekarang ia tidak memiliki tempat bersandar dari segala lelahnya. Membayangkan hidup bersama dengan orang yang tidak pernah dikenal dan dicintainya tentu sangat menyesakan.

Setengah jam Arlita menangis di kamar mandi. Orang-orang d iluar tidak ada yang tahu, kalau jiwanya sedang terluka. Mungkin tidak ada satupun yang peduli, meski suaminya sendiri. Pernikahan macam apa yang akan dijalaninya, jika diantara mereka tak saling peduli? Setelah dirasa air matanya terkuras habis, Arlita mengguyur tubuhnya dengan shower. Saat ia keluar dari kamar mandi, ia sudah merasa lebih segar, meskipun tetap lelah hatinya enggan menguap.

Suaminya sedang duduk di sopa saat Arlita keluar dari mandi. Laki-laki itu terlihat tenang tenang, menatap Arlita sekilas, setelah itu sibuk dengan hapenya. Dan Arlita tidak peduli, ia menganggap suaminya adalah orang asing. Arlita melewatinya dengan begitu tenang.

"Kenapa menangis?" Abimana membuka percakapan. Mata istrinya terlihat memerah.

"Non business for you!" jawab Arlita dingin.

"Saya minta maaf, jika kamu harus terlibat dalam pernikahan ini. Tapi saya mohon kamu bisa bertahan, sebelum saya menemukan cara agar kita bisa berpisah dengan jalan yang baik."

Arlita menelan ludahnya pahit. Seperti ada yang menghantam jantungnya. Bahkan perpisahan jauh lebih menyakitkan. Masih muda, tapi harus memegang predikat janda. Hal yang tidak pernah terimpikan dalam hidupnya. Tapi ia bisa apa? Jika diibaratkan sebuah layangan, hanya bisa ditarik dan di ulur.

"Sampai kapan? Karena jujur saya tak ingin berlama-lama dalam situasi seperti ini." suara Arlita terdengar bergetar.

"Paling lama satu tahun, dan saya janji tidak akan melakukan apa-apa."

Satu tahun! Tubuh Arlita terasa kaku. Ada, tapi tak tersentuh. Ada, tapi tak tergapai. Bagi orang yang saling mencintai, waktu satu tahun terasa singkat. Sedang bagi orang yang menjalani dengan keterpaksaan, satu tahun itu perjalanan yang teramat panjang dan menyiksa. Dan ia tidak mau, jika suatu saat hatinya bersemi pada orang yang harusnya disebut suami, terus harus berpisah karena sebuah perjanjian konyol. Bisa jadi suatu saat hatinya memiliki kecenderungan setelah sering bersama. Cinta karena biasa bukan?

Terikat TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang