Terikat Takdir 2

16K 1.3K 37
                                    

"Hari ini, kita akan pulang kerumah Mama." ujar Abimana.

Arlita tidak menanggapi, hanya meliriknya sekilas lalu kembali melihat hapenya. Tehnik pertanian Indoor Farming lebih menarik perhatiannya. Biasanya negara maju yang sudah menerapkan pertanian Indoor Farming, tidak lagi memerlukan ladang yang luas dan becek. Indoor farming bisa dilakukan di banyak tempat, mulai dari basemen apartemen, truk kontainer, di atap rumah, sampai di luar angkasa. Ini Juga model pertanian yang akan di planning-nya di masa depan.

"Kamu punya mulut nggak sih?! " Abimana merasa kesal atas pengabaian Arlita.

"Kenapa aku harus kerumah Mama kamu? Aku bukan menantu yang diharapkannya. Harusnya pernikahan ini milik kakak sepupuku. Gara-gara ulah dia, hidupku jadi berantakan!" teriak Arlita kesal.

Arlita bergidik membayangkan memiliki mertua jahat. Eh, tapi kemarin Ibu dari suaminya, memperlakukannya dengan baik. Tapi itu kan ditempat umum. Tidak tahu kalau sudah tinggal seatap.

Suaminya berdecak kesal. " Mamaku tidak seburuk yang kamu pikirkan. Malah dia senang kamu jadi menantunya,"

"Baiklah jika itu mau kamu. " Arlita bangkit dari duduknya, ia segera merapikan kopernya. Berpura-pura jadi menantu yang baik, tidak ada salahnya.

"Biar aku yang membawa koper kamu," Abimana langsung meraih koper milik Arliata.

Kata uwaknya, laki-laki yang menjadi suaminya sangat baik. Hanya sayangnya, Teh Amel, wanita yang nggak tahu diuntung. Menyia-nyiakan laki-laki baik, demi mengejar laki-laki yang ada di masalalunya. Tapi Arlita tidak peduli, dia benci dengan pernikahan ini. Kalau bukan karena balas jasa pada uwak yang sudah banyak berjasa pada hidupnya, Arlita akan menolak agar pernikahan ini tidak terjadi. Karena yang ada dalam otaknya, adalah impian-impian yang ingin segera direalisasikan. Berkecimpung didunia pertanian, bahkan kalau bisa menjadi mentri pertanian. Biar negeri ini bisa swasembada pangan. Menurutnya, ini impian yang mungkin saja bisa terjadi, karena ini sesuai dengan passion dan bacground pendidikannya.

"Arlita, nanti tolong jaga sikap kamu didepan orang tuaku. Meskipun kamu nggak menyukaiku, tapi jangan pernah memperlihatkan ketidak sukaanmu di depan keluargaku."

Arlita menggeram kesal. Dia bukan anak kecil yang harus dikasih tau. Meskipun easy going, tapi masih punya tatakrama di depan orang tua. Ayahnya dulu mengajarinya tentang sopan santun sampai khatam.

"Lihat saja nanti!" ketus Arlita.

Abimana menarik nafas kesal. Menghadapi Arlita jauh lebih membutuhkan banyak kesabaran dibandingkan menghadapi Amelia. Dia benar-benar benci jika mengingat kelakuan calon istrinya yang kabur itu. Tapi bersyukur tidak berjodoh dengannya. Dia bukan wanita ideal untuk menjadi calon bagi Ibu dari anak-anaknya kelak.

Mereka pun akhirnya diam, tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan. Apalagi Arlita, dia masih jelas belum menerima statusnya yang sekarang, kalau ia sudah menjadi istri orang. Didalam mobil Taxi yang disewanya, tidak ada obrolan di antara sepasang pengantin tersebut. Arlita sibuk dengan pikirannya sendiri, begitupun dengan Abimana.

Ketika mobil sampai dirumah mertuanya, Arlita diserang gugup luar biasa. Ia bingung harus berlaku seperti apa dengan mertuanya nanti. Basa-basi, itu jelas bukan gayanya. Dia akan bicara jika ditanya, atau jika perlu saja. Selain itu, ia lebih memilih diam. Dia jenis wanita Intovert, yang nyaman bicara hanya pada orang tertentu saja.

"Ayo turun!" Suara Abimana membuyarkan lamunan Arlita.

Dengan perasaan enggan Arlita turun dan mengikuti langkah suaminya.

Saat memasuki rumah mertuanya, Arlita dibuat takjub. Rumah mertuanya itu sangat alam banget. Selain itu, ia disuguhi konsep pertanian Indoor Farming. Ada banyak sayuran dikanan dan kiri jalan yang menuju teras rumah. Pemandangan yang menyejukan. Rasanya bakal betah, jika tinggal disini. Siapa sebenarnya yang sudah menanam sayuran dan buah-buahan dengan penataan cantik seperti ini? Jika Ibu atau ayah mertuanya yang menekuni hobi ini, pasti mereka akan sangat nyambung dengan dunianya.

"Kenapa berhenti disitu? Ayo masuk!" Abimana menegur Arlita yang sedang asyik menatap pohon selada.

"Eh..." Arlita terkejut melihat Abimana sudah berada didekatnya. Dia memang suka lupa, jika sudah berada dengan dunia yang disukainya.

"Ini siapa yang tanam?" tanya Arlita penasaran.

"Ini aku yang ngerjain bareng Mama. Kenapa?"

Arlita membulatkan matanya. Nggak percaya jika lelaki rapi ini yang melakukannya. Tapi akhirnya Arlita menggeleng.

"Nggak. Aku cuma pingin tahu aja."

"Baiklah. Jika nggak ada yang ditanyakan lagi, mari kita masuk kedalam. Mama dan Papa serta yang lainnya sudah menunggu kamu."

Benar saja mertua dan saudara-saudaranya sudah menunggu. Ibu dari suaminya menyambut Arlita dengan ramah. Ketakutan Arlita perlahan hilang. Begitupun dengan Ayah mertuanya menerima Arlita tak kalah baiknya.

"Mama tau, kamu pasti sangat berat menerima pernikahan ini. Kamu yang awalnya harus pulang menghadiri pernikahan sepupumu, terus kamu dipaksa harus jadi pengantin penganti, pasti sangat shock. Namun, ada rencana Tuhan dibalik pernikahan kalian. Dan Mama yakin kalian akan bahagia. Abimana pasti bisa menjadi suami yang baik buat kamu." jelas mertuanya.

Arlita diam tidak menyela. Dia bingung harus merespon apa. Jika berbicara, ia takut salah ucap.

Rumah mertuanya sangat luas, lebih luas dari rumah uwaknya. Bahkan dengan rumah ayahnya dikampung, masih lebih luas rumah ini. Rumah ayahnya dikampung yaitu rumah panggung yang dibangun dengan konsep sedikit modern. Ayahnya sangat menyukai rumah panggung, karena menurutnya Indonesia yang beriklim tropis lebih cocok dengan rumah panggung. Selain itu, Indonesia berada dalam lingkaran cincin api, sehingga mudah mengalami bencana seperti Tsunami, Gempa dan Gunung Api—yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan warga Indonesia.

Ini menjadi konsekuensi dari letak Indonesia yang berada di wilayah Ring of Fire alias Cincin api. Maka rumah panggung adalah solusi terbaik. Dan bisa meminimalisir kerugian, jika terjadi bencana. Lebih tahan juga terhadap gempa. Orang tua dulu memang lebih cerdas dalam konsep membangun. Bukan hanya mementingkan gengsi, tapi membangun kehidupan tidak boleh merusak alam sekitar.

Ibu mertuanya mengajak Arlita mengobrol di saung yang ada dikebun belakang rumah. Kebun dibelakang rumah jauh lebih lengkap dari pada di depan. Semuanya pertanian dalam bentuk yang sudah modern. Ada buah-buahan, sayuran, juga rimpangan. Bahkan ada kolam ikan segala. Akan sangat menyenangkan jika nanti ia punya rumah seperti ini.

"Ini semua Abimana yang ngerjain. Dia sangat hobi dengan dunia pertanian. Kamu sepertinya cocok dengan Abimana. Menurut Bu Diah, kamu juga seorang Insinyur pertanian."

"Jadi Abimana lulusan Insiyur pertanian juga Tante?" Arlita mulai penasaran.

"Duhh...kamu jangan panggil Tante dong, Nak. Sekarang kamu sudah jadi suami Abi, jadi panggil Mama saja," tegur mertuanya.

"Iya Ma..." Arlita menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Abimana lulusan UNAD, terus dia lanjut S2 di IOWA City. Dia benar-benar ikut jejak papanya. Keluarga kami semua adalah keluarga petani."

Arlita mengangguk-angguk paham.

"Jadi Nak Arlita, gimana rasanya nikah dengan Abimana? Mama lihat kamu kemarin kelihatan tidak bahagia."

"Maaf Ma, bagi Arlita pernikahan ini sangat berat. Arlita butuh waktu untuk mencintai Mas Abimana. Karena impian Arlita untuk menikah itu, masih sangat jauh. Tiba-tiba menikah dipaksa, rasanya sangat berat."

"Mama nggak bakal maksa kamu untuk bisa nerima Abimana dengan cepat. Pasti ini membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan untuk saling mengenal. Tapi kalian bisa belajar, berjuang menemukan cinta dalam pernikahan. Mama sangat senang kamu yang jadi menantu Mama, karena kamu bisa ngimbangi Abi. Dan Mama yakin kamu bisa jadi istri yang baik buat Abi."

Arlita menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Kalau sikap mama mertuanya sudah sebaik ini, akan sangat sulit untuk melepaskan.

"Tolong jangan kecewakan Abi, karena dia sudah dua kali dikecewakan. Mama nggak mau pernikhan Abi gagal. Semoga in yang terakhir ya, Nak Arlita."

Kepala Arlita mendadak terasa pening. Satu tahun, itu pernikahan yang dijanjikan Abimana. Tapi Ibu mertuanya meminta bertahan. []

Terikat TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang