Chapter 16

2.3K 309 35
                                    

The Knight Prince

Chapter 16 .

Draco berdiri melihat ke arah luar dari lantai 45 bangunan kantornya. Ia melihat jalanan kota London yang belakangan ini menjadi cukup sepi setelah terjadinya penyerangan yang mulai membingungkan para Muggle.

Muggle-muggle ini diserang tapi tidak ada satupun pelaku penyerangan yang terekam kamera pengawas, sampai saat ini juga belum ada petugas yang berhasil menangkap satupun pelaku. Meskipun Tim Potter sudah berhasil mengamankan beberapa, di dunia Muggle sudah mulai terjadi kecemasan terutama di kota London.

Draco menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengeluarkan ponselnya dari saku karena dari tadi ponsel itu tidak berhenti bergetar.

Ia melihat nama Lucius Malfoy di layar ponselnya dan mengangkat panggilan itu sambil menggerutu.

"Ada apa?" Draco bertanya ketus.

"Apa seperti itu caramu menyapa orangtuamu?" Lucius berseru tidak kalah ketus.

"Kalian berdua, hentikan itu." Draco bisa mendengar ibunya ikut mengomel dari sana.

"Sudah sampai mana rencanamu?" Lucius bertanya, kembali pada topik awal yang menjadi alasan kenapa ia menghubungi Draco.

"Aku yakin 98% Granger tidak akan maju dalam pemilihan berikutnya." Draco berseru.

"Apa yang terjadi dengan sisa dua persen-nya?" Lucius bertanya bingung.

"Masih ada beberapa kemungkinan, tidak ada yang sempurna." Draco berseru lagi. "Dan aku juga sudah terlalu malas untuk mengajukan diri sebagai Mentri Sihir setelah ini." Draco berseru lagi.

Lucius menghela nafasnya tapi tidak mengatakan apa-apa.

"Kau tidak marah?" Draco berseru bingung. Dari awal Draco tahu benar kalau ayahnya ingin ia menjadi Mentri Sihir agar mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa khawatir akan adanya gangguan dari sana-sini.

Draco bisa mendengar ibunya tertawa pelan dari samping ayahnya.

"Aku dan ibumu sudah memprediksi kau akan jatuh cinta pada Miss Granger dan melakukan hal ini." Lucius berseru.

Giliran Draco yang terdiam.

"Terserah apa yang kau dan Miss Granger akan lakukan, tapi cari seseorang yang bisa kau kontrol di kementrian." Lucius kembali menegaskan.

"Kau tidak akan mengganggu atau menyabotase hubunganku dengan Hermione kan?" Draco bertanya, memastikan, tidak setiap hari kejadian seperti ini terjadi. Kapan lagi ayahnya tanpa tedeng aling-aling tiba-tiba menyetujui keinginan atau pilihannya begitu saja.

"Tidak, ibumu akan membunuhku." Lucius berseru lagi.

Draco tersenyum.

"Jadi cepat selesaikan semua masalah ini, jangan membuat keluarga kita dalam risiko dan bersihkan semuanya dengan cepat."

"Yes, sir." Draco berseru lagi, suasana hatinya seketika langsung bagus.

"Dan Ibumu berpesan agar kau cepat-cepat mengajak Miss Granger berkunjung ke Manor." Lucius berseru lagi kemudian langsung mematikan sambungan telepon mereka.

.

Anthony Goldstein duduk di meja kerjanya sambil menunggu telepon genggam bodoh yang dimilikinya itu berdering. Ia mendapatkan telepon genggam itu saat seseorang yang sampai saat ini belum ia ketahui identitasnya tiba-tiba mengiriminya barang muggle itu ke alamat rumahnya.

Anthony sempat bingung, tapi setelah mengecek telepon genggam itu dan menyadari tidak ada yang salah, barang muggle itu berdering. Anthony tahu cara mengangkat telepon kemudian mengangkatnya.

Semenjak itu ia terjebak.

Sekarang ia menunggu telepon itu berdering lagi, bunyi yang sekarang terasa seperti terror.

Akhirnya bunyi telepon terdengar, ia mengangkatnya sambil menggerutu.

"Kau bodoh ya?" Orang asing di seberang sana memakinya langsung.

Anthony tidak mengatakan apa-apa.

"Aku rasa sudah cukup dengan trik murahan ini Kau harus melakukan hal yang lebih besar, sesuatu yang akan menyebabkan lebih banyak masalah dan keos yang lebih besar."

"Apa lagi yang bisa kulakukan? Potter dan timnya sedang dalam keadaan sangat siaga, si Knight Prince sialan itu juga membuat kepalaku sakit. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak punya ide?" Anthony berseru, benar-benar jengkel belakangan ini.

"Aku sudah membayarmu sangat mahal dan kau berani meminta ideku?" Orang itu bertanya dengan nada sangat tinggi pada Anthony.

Anthony balas menggerutu tidak jelas.

"Bunuh seseorang atau bakar sesuatu yang besar." Orang itu tiba-tiba memberi ide.

Anthony langsung teringat sesuatu. "Bagaimana jika aku membakar safe-house tempat Malfoy dan Granger bersembunyi?" Anthony bertanya, lebih kepada dirinya sendiri.

"Kau tahu mereka tinggal dimana?"

"Iya."

"Sebentar, apa mereka berada di tempat yang sama selama ini?"

"Iya. Aku melacak keberadaan mereka berdua setiap mereka terlihat di tempat kerja, agak susah dalam kasus Malfoy karena ia tidak tiap hari pergi ke kantornya dan jika ia pergi ke kantor, tidak jelas kantornya yang mana. Tapi aku berhasil melakukannya dan ternyata mereka bersembunyi di safe-house yang sama selama ini."

"Lakukan kalau begitu, bakar mereka hidup-hidup." Seseorang di seberang sana terdengar sangat senang.

"Aku perlu rencana yang matang, mengunci mereka berdua di sana tanpa jalan keluar akan membutuhkan rencana yang sangat matang." Anthony berseru.

.

Draco keluar dari perapian dan menemukan Hermione yang sudah duduk di pantry safe-house mereka dengan makan malam dan ia juga sudah berganti dengan baju santai, rambutnya masih agak lembab menandakan ia juga sudah mandi.

Draco menyeringai. "I like the view, Granger." Draco berseru, ia kemudian duduk di kursi tepat di depan Hermione. "Ada sesuatu yang spesial?" Ia bertanya sambil melihat makanan yang sudah tersedia di meja.

"Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan, tapi sebaiknya kau mandi dan ganti baju." Hermione tersenyum manis dan itu malah membuat Draco curiga.

Draco mengangkat bahunya, tidak ingin terlalu memusingkan apa yang akan terjadi setelah ini. "Aku akan lebih senang jika kau menungguku pulang dan kita bisa mandi bersama." Draco menyeringai.

Hermione memutar matanya.

"Promise me, kita akan melakukannya suatu saat nanti." Draco berseru sambil bangun dari kursinya.

Hermione tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memerah mendengar perkataan pria di hadapannya. "Tergantung bagaimana malam ini akan berakhir, Malfoy. Jika kau lulus tes..." Hermione menggantung kalimatnya.

"Jika aku lulus tes?" Draco tersenyum menggoda, senang bisa membuat Hermione memerah seperti kepiting rebus.

"Mungkin kau bisa mandi dua kali malam ini." Hermione berbisik pelan lalu memangku dagunya dengan tangannya.

Draco tidak pernah pergi ke kamar mandi secepat itu seumur hidupnya.


... to be continued

The Knight PrinceWhere stories live. Discover now