|||
"Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah"(QS. Adz Dzariyat:49)
|||
Semua petugas sedang bersiap-siap ditugasnya masing-masing. Bapak kepala sekolah sudah hadir, namun belum bersiap di podiumnya. Bukankah yang biasa menjadi pemimpin upacara adalah ketua kelas? kali ini adalah jadwal kelasnya, diakah yang bertidak sebagai pemimpinnya? Tapi perempuan itu belum ada di tempat.
Setelah kejadian itu, aku masih belum bisa melupakan dia. Seorang perempuan yang berhasil membuatku masih dirundung rasa bersalah. Dan kini aku belum bisa melupakannya, terlebih dari hatiku. Meskipun dia sendiri tidak pernah menganggap kehadiranku.
Satu setengah tahun lalu,
Suasana sekolah amat sepi. Hampir seluruh siswa sudah pulang, begitu pula dengan para guru. Pak Imam, satpam- duduk di ruangannya dekat gerbang sekolah. Tidur sepertinya.
Parkiran yang biasanya penuh, kini hanya tersisa 5 motor. Scoopy hitam, dua beat, satu satria, dan satu vespa tua. Pukul 17:20, wajar saja sepi ditambah suasana mendung yang amat gelap.
Jingga bersiap menaiki vespanya saat tiba-tiba sebuah pukulan menghantam tepat di perut kanannya dengan kuat. Dia meringis, memegangi perut. Demi apapun, dia tak terima dipukul semana-mena begini.
"lawan gue, kalau lo bukan pengecut!" Suara si lawan memanas di telinganya.
Sepersekian detik pukulan keras memaksa si lawan tersungkur.
Tersenyum kecut, si lawan berdiri dan siap mengambil langkah. Dengan emosinya, Jingga melepas kasar ranselnya. Mereka berhadapan.
"gue kira adegan kaya gini cuma ada di tv!" Jingga berdecih, "Lo sadar ga sih, kita kaya gini cuma karna cewek?" Jingga mengusap wajahnya kasar, mengehela nafas gusar. Ia tak habis pikir bahwa kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan sahabatnya, akan berakibat menjadi permusuhan. Meski Jingga tak pernah menganggapnya musuh.
"Gue udah bilang ke lo kan, gue sama sekali ga tau kalau Nada itu gebetan lo, Za. Kalau gue tau, gue ga akan-"
Sang sahabat tersenyum kecut, "Basi! Alasan lo basi, Ngga!" tunjuk laki-laki itu tepat di depan wajah Jingga,
"Kalau lo emang sahabat gue, harusnya lo tau dong kalau gue punya rasa sama Nada. Lagian lo sendiri yang bilang kalau lo nggak suka sama Nada! tapi sekarang apa? nyatanya, lo malah jadian sama dia. Brengsek emang, lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Talks
Teen FictionAku tidak mencarinya. Sedang dia mencariku. Dan yang kucari mencari yang lain. Selucu inikah hidup? Jangan tanyakan aku, aku pun masih mencari jawabannya . Oh ya, siapakah sutradaranya?