1| Life must go on, right?

169 9 0
                                    

|||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


|||


"aku tak pernah menyelipkan namanya sekalipun untuk menjadi masa depanku nanti. Tidak pernah. Mengapa? Karena aku lebih percaya akan rencanaNya."

|||


Aku berdiri didepan kaca, membenarkan kerudung yang agak miring. Tak lupa buku, pulpen, dompet serta Al-Qur'an sudah dimasukkan ke dalam slingbag.

"Ci?". Suaraku agak tinggi.

"sabar Sha.. Je vais être prêt en deux minutes."(aku akan siap dalam 10 menit) Sahut seseorang dari bedengan sebelah.

Mendengar itu, aku hanya bisa menunggu di ruang tamu depan, persis disebelah kamar seseorang yang tadi menyahut.

Kenalkan itu tadi Uci, Susi Saraswati lengkapnya. Dia sahabat sekalian partner seperjuanganku selama berkuliah dan menjalani kehidupan anak kos.

Still unbelieveable! Sebentar lagi aku akan wisuda. Rasanya baru kemarin aku SMA, merasakan perasaan sejuta umat. Apalagi kalau bukan, jatuh cinta? Btw, kalau inget jaman jahiliyah saat itu, rasanya aku malu sendiri. Apalagi pada penciptaku.

Mengagumi dia, chattingan, jalan bareng, menghabiskan waktu muda dengan sia-sia. Entah bagaimana syaitan membisikkanku. Di jaman itu, aku sampai melupakan kata-kata bunda, nasehat ayah, pesan Indah, dan yang paling utama adalah perintah dan laranganNya. Berdosa banget aku, ya Allah.

Hingga suatu ketika Allah menegurku, membelakan mata ini dengan selebar-lebarnya. Syukurnya, saat itu aku tidak sampai terjerumus ke dalam dosa yang dianggap remeh kaum muda namun sangat berbahaya, pacaran.

Tidak mudah untuk melupakan semuanya.
Butuh waktu, niat, dan perjuangan ekstra untuk jadi diriku yang sekarang. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan, jika tekad sudah mengakar. Apalagi kita memiliki Allah.

Sejak hari dimana aku meluruhkan semua rasa untuknya, sejak itu pula aku tersadar bahwa janji Allah itu benar, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. And he is not the one, I think. Tetapi, yang menjadi sedikit masalah sekarang adalah... Ada nama lain yang kehadirannya masih belum tenggelam, membuatku sulit melupakannya meski banyak hal mengecewakan yang telah diperbuat padaku, bahkan sulit membedakan antara, benci dan rindu.

Percayalah, aku tak pernah menyelipkan namanya sekalipun untuk menjadi masa depanku nanti. Tidak pernah. Mengapa? Karena aku lebih percaya akan rencanaNya. Sebab, Percayaku hanya untuk Dia yang tak pernah membuat setiap insan kecewa, termasuk aku.

Hari jumat sore, kebetulan ada kajian Ust. Adi di masjid Al-Amin, kira -kira 4 km dari kosan kami. Tepatnya di sebelah utara Ponpes Al-Hidayah, tempatku sering ikut kajian rutin tiap minggunya. Ikut kajian sudah jadi rutinitasku saat ini, barang sekali saja tidak ikut rasanya akan sangat rugi.

Autumn TalksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang