Chapter 8.

749 64 3
                                    

Hallo! Long time no see, yeorobun. Hope you guys enjoy this. Happy reading!

***
Ruang tengah apartemen Soonyoung tampak gelap ketika sang pemiliknya melangkahkan kaki. Tubuhnya yang sedikit tergopoh mencoba terus berjalan menuju kamarnya.

"Soonyoung?"

Suara Wonwoo diabaikan begitu saja oleh Soonyoung. Dirinya masih terus berjalan walau terkadang terhuyung. Wonwoo yang melihat itu lantas berjalan mendekat dan hendak membantu sang suami.

"Kau kenapa?" Tanya Wonwoo ketika sudah berada didekat Soonyoung.

"Bukan urusanmu," Sentak Soonyoung. Ia bahkan menampik tangan wonwoo yang hendak membantunya.

"Soonyoung, biar kubantu." Kata Wonwoo. Namja emo itu masih berusaha menggapai lengan Soonyoung walau terus ditampik oleh pemiliknya.

"KUBILANG BUKAN URUSAN MU!" Teriak Soonyoung. Dia mendorong Wonwoo dengan kasar hingga membuat namja itu terhuyung dan terjatuh.

Wonwoo lantas memegang perutnya yang mulai terasa sakit karena benturan yang ia terima. Rintihan kecil meluncur begitu saja dari bibir nya. Rasanya semakin sakit saat ia melihat darah yang keluar dari sela-sela kakinya.

"S-Soonyoung-- tolong, tolong aku." Lirih Wonwoo.

Rintihan Wonwoo membuat Soonyoung menoleh dan terkejut melihat darah yang keluar dari sela-sela kaki Wonwoo.

"Astaga!"

"To-tolong.." Lirih nya sebelum kesadaran Wonwoo hilang.

"Wonwoo-ya!" Seru Soonyoung.

Digendongnya tubuh Wonwoo menuju mobilnya dan membawa istrinya kerumah sakit. Rasa bersalah tiba-tiba melingkupi hatinya. Tidak seharusnya ia bersikap kasar disaat Wonwoo sedang hamil besar seperti ini.

"Bertahanlah,"

Pemuda Kwon itu lantas berlari dengan Wonwoo digendongnya setelah sampai di pelataran rumah sakit. Tidak peduli mobilnya yang di parkir sembarangan, yang dipikirkan hanya keselamatan Wonwoo dan bayinya.

"DOKTER! SIAPAPUN TOLONG!" Seru nya seketika.

Suster yang berjaya lantas menghampiri Soonyoung yang menggendong Wonwoo dan meminta Soonyoung memindahkan Wonwoo ke ranjang yang di sediakan.

"Anda bisa menunggu di luar tuan," Ucap salah seorang perawat yang membawa Wonwoo tadi.

"Tolong selamatkan mereka," sahutnya lirih.

"Kami akan berusaha tuan," Setelah berucap demikian, sang perawat lantas masuk ke ruangan dimana Wonwoo sedang di periksa.

Soonyoung terduduk di kursi yang ada di depan ruangan itu. Wajahnya terlihat frustasi dan penampilannya juga begitu acak-acakkan. Darah kering yang menempel di baju dan tangannya ia abaikan. Rasa bersalah terus menerus menyerangnya tanpa bisa di cegah.

"Maafkan aku Wonwoo," Lirih nya.

Menit demi menit berlalu, Soonyoung tidak bisa duduk dengan tenang saat ini. Rasanya dia ingin mendobrak pintu itu dan melihat keadaan Wonwoo secara langsung.

Ketika pintu terbuka, dengan cepat dia menghampiri siapapun yang keluar dari ruangan itu.

"Keluarga pasien?"

"Saya suaminya!"

Sang dokter membuka masker hang di kenakan nya dan berkata, "Mari ikut saya keruangan saya, ada beberapa hal yang harus dibicarakan. Istri anda akan di pindahkan keruang rawat setelah ini,"

Soonyoung mengangguk dan mengikuti dokter yang menangani Wonwoo.

"Jadi begini tuan.."

"Kwon Soonyoung,"

"Baik, jadi begini tuan Kwon, benturan yang diterima istri anda membuat istri anda mengalami pendarahan cukup banyak. Untung saja bayi dalam kandungan istri anda masih bisa di selamatkan. Tetapi tetap saja, kondisi lelaki yang mengandung tentu berbeda dengan kondisi seorang wanita yang mengandung. Lelaki cenderung lebih lemah kondisinya di banding wanita, oleh karena itu seorang lelaki yang sedang mengandung harus dijaga dengan sebaik mungkin. Untungnya istri anda adalah orang yang cukup kuat hingga bisa bertahan, tapi tetap saja, jika sampai terjadi pendarahan seperti ini lagi kami tidak bisa jamin kalau istri dan calon anak anda bisa selamat." Jelas sang dokter.

Soonyoung mengangguk paham, lagi, rasa bersalah terus menyerangnya.

"Ne, dokter saya mengerti."

"Ah satu lagi tuan Kwon, jangan biarkan istri anda mengalami tekanan yang bisa membuat dia stres, karena itu juga salah satu hal yang bisa menyebabkan adanya pendaharan lagi." Tambah sang dokter.

Setelah semua urusan dengan sang dokter selesai, Soonyoung lantas menuju kamar rawat Wonwoo. Melihat Wonwoo yang terbaring lemah dengan selang infus yang menempel ditubuhnya membuat Soonyoung tersenyum sedih.

"Mianhae, Wonwoo-ya." Ucap Soonyoung.

Tangannya menggenggam tangan Wonwoo dan mengelus nya lembut. Matanya masih terus memandang Wonwoo yang masih setia memejamkan mata.

"Aku menyesal telah melukaimu. Kau, Jihoon dan bayi yang ada di kandunganmu. Aku melukai kalian semua karena keegoisanku. Semua yang terjadi bukan salahmu atau bayi ini. Semuanya murni salahku, maaf hampir membunuh kalian." Kata Soonyoung.

Malam itu, Soonyoung terjaga sampai pagi menjelang baru ia tertidur dengan kepala bertumpu di pinggir ranjang Wonwoo dengan tangan mereka yang masih tergenggam.

"Maafkan aku Soonyoung, aku merusak kebahagiaan mu dengan jihoon. Maaf, tapi aku tidak ingin anakku lahir tanpa sosok ayah." Lirih Wonwoo.

Ya, namja emo itu mendengar semuanya. Semua yang Soonyoung katakan, ia mendengarnya. Dia tahu apa yang dia lakukan salah, tapi dia akan melakukan apapun agar anaknya tidak kehilangan kasih sayang orangtuanya. Dia rela merusak kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan anaknya. Tidak peduli apapun, tidak peduli apa yang harus dia korbankan dimasa depan. Yang dia pikirkan hanya anaknya, tidak ada yang lain.

---TBC.

Kenapa mereka cute bgt sih???? Aku kan jadi berharap mereka go public!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa mereka cute bgt sih???? Aku kan jadi berharap mereka go public!

Affair (SoonHoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang