12. Dino dan Daffa

16 1 0
                                    

"Woy! Bangun, Nay! Daffa nyamper lu, jangan ngebuat nunggu, nunggu itu gaenak".

"Hooaam. Apaan sih bang? Berisik banget ih".

"Itu Daffa nungguin lu di bawah, katanya mau jalan".

Aku bangun, memasang posisi duduk dan merapihkan rambutku yang berantakan sehabis tidur. Aku menatap jam dinding yang bertengger di dinding kamarku. Pukul 08.40

"Baru jam segini,Nayra bilang ke Daffa jam 10,bang". 

"Mana gue tau, cepetan mandi!"

Aku turun dari ranjang, berjalan menuruni setiap anak tangga. Di ruang tamu sudah ada Daffa yang setia menunggu.

"Maaf kalau ganggu kamu tidur. Aku sengaja supaya lebih banyak waktu nantinya". Aku menghela napas panjang. "Gapapa".

"Sana mandi! Kamu bau tuh ileran, haha".

Eh?

"Lah engga sih. Kamu ngeselin banget". Aku berdecak malas, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku memoles wajahku dengan sederhana. Hanya di balut sunscreen, baby powder dan lip tint tipis berwarna rose.

"Anjay, adek gue cakep banget mau ngedate, kiw!"Ucap Dicky sembari menaik turunkan alisnya yang tebal.

"Nayra emang cantik, wlee!"Aku menjulurkan lidahku. Sejak tadi aku tak melihat keberadaan papa dan mama, hm? "Papa sama mama mana, bang?"

"Ada acara, tadi mereka berangkat jam 7".

"Oh yaudah, kita pamit ya, bang".

"Take care! Oh iya, Daffa jagain adek gue jangan sampe lecet, gandeng tangannya dia suka tiba-tiba pergi ke tempat kesukaannya terus suka nyari diskonan dan lari-larian kaya anak kecil. Untung ga ada yang minat nyulik dia".

"Udah ceritanya, bang?"

"Udah, sekian dari cogan".

"Iya, tenang aja gue jagain kok". Jawab Daffa sambil mengacungkan jempolnya.

Aku berjalan keluar rumah dan di ikuti oleh Daffa di belakangku. Aku menatap sekitar halaman rumahku, tidak ada mobil Daffa melainkan ada sebuah motor sport berpaduan warna kuning dan hitam, sangat keren.

"Ini motor kamu, Daf?"

"Iya, Niatnya mau bawa mobil tapi nanti pasti macet karena tuan putri mau lewat".

"Tuan putri, siapa?"

"Kamu".

"Sejak kapan kamu bisa gombal?"

"Sejak aku suka sama kamu".

"Dih, ga jelas. Yaudah yuk berangkat!"

"Daffa menaiki motornya, kemudian aku memegang pundaknya agar tak jatuh saat menaiki motornya. Pasalnya tubuhku tidak terlalu tinggi, bahkan hanya sebatas dadanya Dicky dan Dino.

Daffa memberhentikannya di area parkir pertandingan. Aku turun dengan hati-hati dan berjalan ke lapangan basket indoor. Daffa menyamakan posisi tubuhnya di sampingku, aku rasakan jika tangannya menggandeng tanganku. Aku tersenyum melihat wajahnya yang menatap lurus ke depan mencari tempat duduk kosong. Banyak pasang mata yang memandang kami, terutama perempuan. Bahkan ada yang mengajak Daffa untuk berkenalan. Aku menatap kesal jika dia merespon uluran tangan yang ingin berkenalan dengannya, tetapi Daffa malah tersenyum jahil padaku.

Ternyata begini resiko cowok ganteng, banyak yang gatel.

"Kenapa? Kamu cemburu, Nay?" Aku menggeleng cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang