Hari-hari Brian sekarang ini telah berubah, saat adanya pangeran kecil dalam hidupnya, Brian kembali seperti dulu. Berdandan dengan rapi, mandi, menyisir rambut, bahkan Brian juga sudah memotong rambut yang tumbuh di bagian bawah hidung dan dagu nya.
"Selamat datang tuan Jian," sapa para karyawan menyambut direktur perusahaannya kembali aktif bekerja di kantor, karena sebelumnya Brian menyerahkan tugas kantornya pada Dion.
Brian memang kembali aktif bekerja, hanya saja Brian akan bekerja setengah hari. Karena Brian juga harus mengurus jagoan kecilnya yang sampai saat ini masih di dalam inkubator, dan menjenguk istrinya setiap hari.
"Bagaimana perusahaan saat saya menitipkannya padamu Dion?" Tanya Brian saat sudah berhadapan dengan Dion di ruangannya.
"Semua terkondisi dengan baik tuan, dan sekarang anda hanya perlu menandatangani kontrak kerjasama ini," Dion menyodorkan kontrak tersebut kepada Brian.
Brian membaca kertas-kertas itu dengan sangat teliti, dan setelah paham dan menyetujuinya, Brian akan menandatangani surat kontrak itu.
"Saya sangat berterimakasih dengan kamu Dion, sudah menjalankan perintah saya dengan baik."
"Itu sudah kewajiban saya sebagai pegawai tuan, lagi pula untuk apa saya berkhianat kepada tuan yang telah rela membantu saya kapanpun saya meminta bantuan kepada anda," ucap Dion sungkan.
"Baiklah, seperti biasa saya akan pulang lebih cepat untuk menemui anak saya yang masih berada di rumah sakit."
"Baik tuan."
Setelah selesai dengan urusannya, Dion kembali ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaan, sedangkan Brian membuka ponselnya dan melihat foto anaknya yang baru saja kemarin ia ambil. Brian sangat bahagia ketika melihat anaknya yang semakin hari semakin membaik.
Saat masih memandangi foto anaknya, Brian dikagetkan dengan adanya pesan masuk dari Willy.
"Entah kabar baik atau buruk, hari ini Thomas menghembuskan napas terakhir di rumah sakit karena operasi pengangkatan peluru pada jantungnya yang gagal. Om harap kamu tidak menyalahkan om, karena om melakukannya dengan sangat emosi saat ini. Melihat seorang ayah yang dengan tega ingin membunuh anaknya sendiri."
Mendapat kabar seperti itu membuat Brian tersenyum senang, tidak ada yang perlu Brian sesali, atas meninggalnya orang tidak berguna seperti Thomas. Brian sama sekali tidak peduli dengan hak itu, karena sekarang Brian sudah bahagia dengan adanya anak dan istri disampingnya.
Brian jadi mengingat saat dulu, bagaimana Thomas tega memperlakukan ibunya dengan semena-mena. Saat menikah dengan ibunya dulu, Thomas hanyalah pria miskin dan ibunya adalah kalangan atas.
Thomas yang jengkel karena selalu diolok-olok oleh teman-temannya miskin, berubah menjadi pria yang gila akan harta, Thomas berusaha ingin menguasai seluruh harta ibu Brian dengan cara membunuhnya. Brian sendiri yang menyaksikan bagaimana Thomas memberikan racun pada ibunya, tapi sayangnya Brian kecil tidak mempunyai keberanian untuk mencegah perbuatan Thomas saat itu.
"Permisi tuan, ini sudah jam makan siang dan bukannya anda harus ke rumah sakit untuk mengunjungi putra dan istri tuan," ujar Dion mengingatkan Brian.
"Ah iya, terimakasih sudah mengingatkan."
"Baik tuan, kalau gitu saya kembali bekerja permisi."
Untung saja Dion mengingatnya, kalau tidak mungkin Brian sudah larut dengan pekerjaannya. Brian segera beranjak dari kantornya untuk membeli makan siang, dan setelah membeli makan siang Brian langsung menuju ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, Brian terus membayangkan wajah anaknya yang sangat mirip dengannya. Bahkan menurut Brian wajah anaknya sama sekali tidak ada yang mirip dengan Nara.
***
Brian menatap wajah anaknya yang semakin hari semakin membuatnya gemas, Brian juga melihat perubahan pada tubuh anaknya yang mulai menggemuk. Itu tandanya tidak lama lagi anaknya akan diperbolehkan keluar dari inkubator, dan Brian berharap Nara juga cepat bisa sadar agar bisa melihat anaknya yang sudah mulai tumbuh.
"Sus boleh saya menggendong anak saya?" Tanya Brian kepada salah satu perawat.
"Boleh pak, tapi hanya sebentar."
"Tidak masalah, saya ingin menggendong anak saya," ujar Brian.
Perawatan itu mengeluarkan anaknya dari dalam inkubator, dan memberikannya pada Brian, hal yang pertama kali Brian rasakan adalah sangat bahagia. Brian mencium dan memeluk putranya dengan lembut, entah apa yang akan Nara lakukan padanya kalau saja jagoannya tidak selamat.
"Permisi pak, bayinya harus segera kembali ke dalam inkubator," ujar perawat tadi.
"Ah iya, terimakasih sus."
Brian kembali membiarkan anaknya masuk ke dalam inkubator lagi, ini adalah yang terbaik untuk anaknya. Karena cepat atau lambat bayinya juga akan segera sehat dan keluar dari dalam inkubator.
"Papa tinggal dulu ya sayang, papa mau liat mama. Kamu cepet sehat biar kita bisa tinggal bareng," pamit Brian pada anaknya.
Brian keluar dari rungan tersebut, dan menuju ruangan di mana Nara berada. Brian memasuki salah satu rungan VIP yang menjadi ruangan Nara selama ini, saat Brian memasuki ruangan tersebut Nara masih sama seperti hari-hari kemarin. Tertidur dengan alat bantu yang menutupi hidungnya, perlahan Brian duduk di samping brankar yang Nara tempati. Brian membelai wajah Nara yang terlihat pucat, lalu menciumnya.
"Maafkan aku, aku janji akan memenuhi semua yang kamu mau. Tapi tolong buka matamu sekarang juga sayang, aku tidak sanggup melihat bayi kita yang terus meminum susu formula. Dia butuh asi yang sehat untuk mempercepat kesembuhannya."
"Sampai sekarang aku belum memberikan nama untuk anak kita, karena aku mau kamu yang memberinya nama. Kamu tahu? Aku tidak pernah main-main saat mengungkapkan cinta sama kamu, jika yang kamu katakan kalau aku berbohong saat mengucapkannya, itu salah besar. Karena aku benar-benar mencintai kamu, aku sangat mencintai kamu Nara." Lirih Brian.
Brian berkali kali mencium dan merengkuh tubuh Nara dengan sayang, Brian tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Brian sangat ingin Nara cepat sadar, Brian juga takut saat Nara bangun nanti Nara tidak mau memaafkan Brian.
"Sekarang kamu sudah menjadi seorang mama sayang, aku harap kamu segera sadar untuk menemui bayi kita yang sangat tampan, aku permisi dulu ya."
Untuk hari ini Brian tidak bisa berlama-lama di rumah sakit, karena ada urusan yang harus ia selesaikan bersama Jack, setelah keluar dari area rumah sakit. Brian segera mengemudikan kendaraannya menuju rumah Jack.
Tadi pagi Jack mengirimnya pesan, bahwa Darius. Kakak Tania memutuskan kontrak kerjasamanya dengan perusahaan milik Jack, dan mengancam akan menghancurkan perusahaan Jack, Brian tahu kalau Darius pasti marah padanya, karena Tania yang di jebloskan ke dalam penjara, dan menjadikan sahabat-sahabatnya sasaran untuk di jadikan bahan balas dendamnya.
Brian memasuki garasi rumah Jack yang luas, sebelum memasuki rumah sahabatnya. Brian terlebih dahulu memberikan kabar pada Jack kalau dirinya sudah ada di garasi rumah Jack.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Marriage (SELESAI)
RomanceKetika cinta di balas dengan ketidakcintaan, di situ pula aku jatuh dengan seribu kesakitan yang meradang di dalam hati. ©Liaressa / 2019