Chapter 27

35K 1K 7
                                    

Keempat pria tampan, dengan anak buah yang siap bertarung di belakangnya itu sudah berdiri di depan rumah mewah, Brian memang melihat rumah mewah ini layak untuk dihuni, tapi apakah Nara makan dengan baik selama di sini. Mengingat tempat tinggal ini jauh dari kota yang serba ada.

"Hati-hati dengan mereka," ujar Brian memberi peringatan kepada anak buahnya.

Brian, Jack, Jeremy, dan Marko saling berpencar dengan membawa anak buah masing-masing untuk melumpuhkan para penjaga yang tidak sedikit, Brian yang melumpuhkan penjaga di pintu masuk utama sedikit kesusahan, karena badan mereka yang begitu tinggi besar. Tapi menurut Brian itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kemampuannya yang belum ia keluarkan semua, Brian harus segera menyelesaikan pertarungan ini untuk bisa bertemu dengan Nara secepatnya. Dengan ahli Brian mematahkan semua tangan dan kaki para penjaga itu, persetan dengan peri kemanusiaan!

Setelah Brian dan anak buahnya berhasil mengalahkan mereka, yang berjumlah kurang lebih tujuh belas orang, kawan lainnya datang dan kembali menyerang Brian serta anak buahnya. Brian tidak menyangka kalau lawannya sudah mempersiapkan penjaga sebanyak ini, tapi percuma jika banyak penjaga, tidak ada yang bisa mengalahkan dirinya menurut Brian.

Setelah selesai dengan lawannya yang di depan tadi, sekarang Brian dan yang lainnya masuk ke ruangan utama rumah tersebut. Lagi dan lagi Brian di sambut oleh orang-orang berbaju hitam yang siap menyerangnya, kali ini Brian tidak bisa meremehkan lawannya yang terlihat jago dalam ilmu bela diri.

"Sial!" Geram Brian saat terkena pukulan salah satu dari mereka.

Brian tidak mungkin menyerah begitu cepat, ini baru permulaan dan Brian harus sampai pada titik yang ia tuju saat ini. Satu tujuan Brian datang kesini, untuk bertemu dan menyelamatkan anak beserta istrinya.

"Hati-hati tuan," ucap salah satu anak buahnya.

Brian kembali melawan mereka dengan membabi buta, Brian terlanjur emosi, dan Brian melampiaskan semuanya kepada lawan yang saat ini sudah terkapar tak berdaya.

"Lacak semua kamar dan ruangan yang ada di rumah ini!" Seru Brian.

Brian tidak tinggal diam, dia juga ikut mencari keberadaan Nara di sini. Rungan di rumah benar-benar banyak, dan sangat memusingkan.

Beralih pada Jack, yang dengan mudahnya mengalahkan semua penjaga sialan yang tidak bisa apa-apa itu, Jack mengira melawan anak buah Thomas akan menyusahkan nya. Tapi ternyata hanya dengan menjentikkan jarinya saja, semua penjaga itu sudah terkalahkan olehnya.

Saat sudah sampai di dalam rumah itu, Jack bertemu dengan tiga temannya, dan mereka berempat kembali bertarung, saat tiba-tiba segerombolan orang datang dengan membawa senjata sejenis pisau kecil atau belati.

Dengan waspada Brian dan ketiga sahabatnya melawan mereka, jika saja Brian tidak hati-hati mungkin belati belati itu sudah banyak melukainya.

"Ssssh sialan!" Desis Jack yang terkena belati dibagian lengannya.

Baru saja Brian ingin melihat keadaan Jack, tapi Brian ingat kalau ini bukan saatnya mengkhawatirkan satu sama lain. Melainkan harus siap, dan berkorban satu sama lain.

Marko yang sudah berhasil mengalahkan beberapa orang langsung bergabung dengan Jack, melihat kondisi Jack yang tidak sepenuhnya stabil, Marko langsung membantu sahabatnya itu. Sedangkan Jack melangkah mundur sejenak, untuk meredam rasa sakit yang lumayan ia rasakan, tidak berapa lama Jack kembali melawan para penjahat itu bersama dengan Marko.

Kini keempat pria itu sudah bisa bernapas lega untuk sementara waktu, Brian menyuruh ketiga sahabatnya untuk beristirahat sebentar. Karena mungkin sebentar lagi pertarungan yang sesungguhnya akan segera dimulai, dan mau tidak mau mereka harus siap.

"Gue harap kalian mampu menghadapi setelah yang satu ini, kalau kalian tidak mampu, gue izinin kalian pergi dari sini. Biar gue yang cari Nara sendiri." Ujar Brian.

"Tidak usah meremehkan kemampuan gue Bri, mana ada ceritanya seorang Jack Matteo kalah dalam bertarung," ucap Jack menyombongkan dirinya.

"Sebelum berbicara lebih baik lo ngaca Jack, terus luka di tangan lo itu apa?" Sindir Marko yang merasa membantu Jack saat bertarung tadi.

"Jangan membahas hal yang tidak penting, saat ini kita harus membuat strategi untuk bisa dengan cepat menemukan Nara." Ujar Jeremy dengan tegas.

Brian dengan yang lainnya setuju dengan apa yang baru saja Jeremy ucapkan, mereka semua membuat strategi dengan cepat. Karena malam semakin larut, dan beberapa jam lagi pagi akan datang.

"Sudah siap!" Seru Jeremy.

"Siap!" Seru Brian, Jack, dan Marko.

Mereka menyiapkan alat untuk bertarung kali ini, Jack sudah menyiapkan pistol disaku celananya. Marko sudah membawa alat setrum kecil yang cukup mematikan, Jeremy sudah siap dengan pisau lipat yang biasa para panjahat gunakan. Sedangkan Brian siap dengan belati kesayangannya, dan mereka bergerak sangat cepat menuju lantai dua.

Sedangkan dilain tempat, Thomas dan Tania yang sudah mengetahui kedatangan Brian dengan yang lainnya hanya tertawa meremehkan. Thomas yakin Brian dan teman-temannya tidak akan mampu mengalahkan anak buahnya.

"Thom kau yakin kita akan aman? Aku takut kalau mereka berhasil mengalahkan anak buah mu, dan kita yang menjadi korban selanjutnya." Ujar Tania dengan ketakutannya.

"Mereka tidak mungkin bisa mengalahkan anak buah ku sayang, kita lihat saja nanti siapa yang akhirnya akan mati." Ucap Thomas dengan sombong.

Tania hanya bisa berharap dirinya tidak terlibat apapun di sini, jika harus ada yang ditangkap polisi nantinya. Tania akan menyuruh Thomas saja yang masuk penjara, tidak dengan dirinya.

***

Malam semakin larut dan Nara tidak bisa tidur nyaman malam ini, sudah dari beberapa hari yang lalu Nara sering merasakan sakit pada bagian perutnya. Nara yakin kalau sebentar lagi anaknya akan lahir, tapi Nara sungguh tidak ingin jika anaknya terlahir ditempat seperti ini.

Nara kembali membuka matanya saat tiba-tiba perutnya kembali sakit, kali ini sakit yang Nara rasakan sepuluh kali lipat dari sakit yang beberapa hari ini Nara rasakan.

Nara melihat kearah sela pahanya yang dirasa sudah basah, saat melihatnya Nara yakin kalau ini adalah air ketubannya yang sudah pecah. Nara panik dan tidak tahu harus berbuat apa, dengan perlahan Nara bangkit dari ranjang, dan menuju pintu untuk meminta bantuan dari siapapun yang ada diluar.

"Tolong! Siapapun tolong saya!" Teriak Nara gemetar.

Nara tidak bisa lagi menahan sakit yang luar biasa ini, dan entah kenapa Nara merasa kalau air ketubannya tidak berhenti mengalir. Tapi rupanya Nara salah mengira, karena yang sekarang mengalir bukanlah air ketubannya lagi, melainkan darah.

"Astaga! Darah!" Seru Nara.

Nara kembali meminta tolong kepada orang yang mendengarnya, sampai akhirnya Nara tidak sadarkan diri karena sudah tidak mampu lagi untuk bertahan.

***

Hidden Marriage (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang