Brian yang mendengar suara Nara begitu panik, langsung pulang dan meminta maaf kepada yang lain karena tidak bisa membantu, sepanjang perjalanan Brian tidak bisa berpikir tenang. Brian takut terjadi sesuatu yang buruk pada putranya, dengan kecepatan yang tinggi, Brian mengemudi kendaraannya tidak sabaran.
Setelah sampai, Brian langsung berlari memasuki rumahnya.
Saat masuk ke dalam kamar, Brian bisa melihat Nara yang sedang menggendong Leon sambil menangis. Leon yang di gendongan Nara pun tidak berhenti menangis, sampai wajahnya terlihat memerah.
"Nara, Leon kenapa?!" Tanya Brian dengan panik.
"Brian kita harus bawa Leon ke rumah sakit, aku gak mau terjadi apa-apa dengan Leon!" Seru Nara kencang.
Brian langsung membawa Leon ke rumah sakit bersama Nara, sepanjang perjalanan Nara tak henti-hentinya menangis dan memeluk Leon dengan sayang. Sedangkan Brian berusaha mengemudi dengan tenang, karena jika Brian tidak tenang itu akan sangat berbahaya.
"Anak mama harus baik-baik aja ya nak, anak mama pinter, anak mama kuat sayang," ucap Nara yang sedari tadi tidak ada henti-hentinya.
Setelah sampai rumah sakit, Brian langsung memarkirkan mobilnya sembarang, dan itu sudah menjadi kebiasaan Brian saat sedang panik.
Brian memasuki rumah sakit dengan tangan yang setia menggandeng Nara, Brian berteriak memanggil dokter anak yang akan menangani putranya.
"Silahkan tunggu di luar Bu, pak." Ujar salah satu dokter yang kan menangani Leon.
"Tidak bisa dok, saya harus menemani anak saya!" Seru Nara.
"Maaf Bu tidak bisa, permisi." Dokter itu langsung menutup pintu ruangan tempat pemeriksaan itu.
Brian mencoba menenangkan Nara yang masih terus menangis, Brian juga sama khawatirnya dengan Nara atas apa yang terjadi pada Leon.
"Udah, Leon juga kan udah lagi di tangani sama dokter," ujar Brian.
"A–aku takut Brian, Leon memuntahkan ASI yang dia makan dan itu banyak sekali," ucap Nara gemetar.
Brian membawa Nara ke dalam pelukannya, Brian yakin Leon hanya kekenyangan saja. Tidak akan ada yang terjadi sesuatu pada anaknya.
"Sekarang kamu tenang, kamu sendiri yang bilang kalo Leon adalah anak yang kuat. Jadi dia akan baik-baik saja," ujar Brian.
Nara membenarkan ucapan Brian, Leon akan kuat. Tapi tetap saja Nara khawatir dengan keadaan anaknya saat ini.
Nara dan Brian menunggu dokter yang menangani Leon keluar, dan tidak berapa lama dokter itu keluar.
"Kalian orang tuanya?" Tanya dokter tersebut.
"Iya dok, bagaimana keadaan anak saya?!" Tanya Nara memburu.
"Mari ikut ke dalam Bu, pak."
Nara dan Brian mengikuti dokter itu masuk ke dalam ruangan tempat Leon di periksa, saat sampai di dalam Nara langsung menggendong Leon dan menimangnya dengan sayang.
"Anak saya kenapa dok?" Tanya Brian.
"Tidak ada penyakit serius yang di derita oleh anak bapak dan ibu, ini hanya demam biasa saja," ujar sang dokter.
"Tapi anak saya muntah-muntah dok," cetus Nara.
"Itu tidak masalah Bu, bayinya hanya terlalu kenyang saja dan ibu sebagai orang tuanya harus lebih memperhatikan anaknya."
Mendengar ucapan dokter membuat Nara tersinggung, Nara selalu memperhatikan Leon dengan sangat baik. Bahkan Nara sering tidak tidur hanya untuk menjaga Leon.
"Jadi anak saya sudah tidak apa-apa dok?"
"Iya anak anda sudah baik-baik saja pak, hanya saja harus meminum beberapa obat untuk menurunkan panasnya yang cukup tinggi."
Dokter itu memberikan resep obat untuk Leon, setelah selesai Brian dan Nara menebus obatnya dan langsung pulang.
Sepanjang perjalanan Nara hanya memperhatikan wajah anaknya yang sudah terlelap, sesekali Nara juga mencium anaknya.
"Dokter itu gak tahu kalo aku selalu memperhatikan Leon, dia bicara seakan-akan aku tidak memperhatikan anakku sendiri. Lalu dokter macam apa dia? Hanya memberi resep obat untuk Leon tanpa menyuruh untuk di rawat di rumah sakit, sudah jelas badan Leon masih demam tinggi, tapi dia mengatakan Leon baik-baik saja. Apa dia tidak pernah merasakan paniknya menjadi seorang ibu," gerutu Nara yang masih dengan tangisannya.
"Mungkin Leon memang baik-baik saja, dokter lebih tahu anak kita sakit atau tidak. Parah atau tidak, jadi kita harus bersyukur kalau memang Leon baik-baik saja." Ujar Brian.
"Kamu tidak tahu badan Leon panasnya seperti apa, coba rasakan ini," ujar Nara membawa tangan Brian menyentuh dahi Leon.
Brian kaget saat memegang dahi anaknya, pantas jika Nara tidak berhenti menangis sejak tadi. Jika tahu panasnya seperti ini dan dokter mengatakan Leon baik-baik saja, Brian akan memarahi dokter itu.
"Apa demam Leon mulai menurun?" Tanya Brian.
"Tidak, dari tadi tetap seperti ini tidak ada perubahan," isak Nara.
"Baiklah, kita bawa Leon ke rumah sakit lain saja ya." Ujar Brian.
Nara hanya mengangguk menyetujui usulan dari Brian, yang Nara harapkan suhu panas Leon menurun dan Nara sudah pasti sangat bersyukur.
***
Pagi hari yang Nara rasakan saat ini tidak sama dengan pagi hari yang sebelumnya, karena pagi ini Nara terbangun di rumah sakit tempat Leon di rawat.
Saat tadi malam Nara dan Brian membawa Leon ke rumah sakit lain, dokter mengatakan kalau Leon kekurangan cairan dan harus di rawat untuk sementara waktu.
Nara berjanji tidak akan mendatangi rumah sakit itu lagi, sudah cukup Nara di buat hampir ingin mengamuk oleh dokter gadungan itu.
"Anak papa masih lemas ya sayang, tidak apa-apa ya. Yang terpenting Leon sehat, biar bisa main sama mama dan papa lagi," ujar Brian yang mengajak Leon berkomunikasi, dan Nara bisa melihat Leon yang selalu tersenyum melihat papanya berbicara.
Pemandangan yang sungguh membuat Nara bahagia, tapi sayangnya kebahagiaan ini akan lenyap sebentar lagi. Apakah Nara masih bisa melihat senyum putranya sama seperti sekarang ini nantinya, atau Leon tidak akan tersenyum jika tidak ada papanya di sampingnya.
Hampir saja air mata Nara menetes jika tidak di panggil oleh Brian, Nara yang di panggil pun berusaha terlihat bisa saja.
"Ada apa?" Tanya Nara.
"Tolong tidurkan Leon sebentar ya, setelah itu ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu," ujar Brian.
"Baiklah," Nara langsung menidurkan Leon dengan cara menimangnya, tidak butuh waktu lama Nara sudah berhasil menidurkan putranya.
Nara mendekati Brian yang sedang duduk di sofa, yang ada di kamar tempat anaknya di rawat, Nara duduk di samping Brian dengan sedikit canggung.
"Ada apa Bri?"
Perlahan Brian menatap Nara, wanita cantik yang sudah menjadi istrinya sejak dua tahun lamanya. Brian tidak tahu apa jadinya kalau dia benar-benar bercerai dengan Nara.
"Ada apa Brian?" Tanya Nara sekali lagi.
"Kamu yakin ingin bercerai dengan aku?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Marriage (SELESAI)
RomanceKetika cinta di balas dengan ketidakcintaan, di situ pula aku jatuh dengan seribu kesakitan yang meradang di dalam hati. ©Liaressa / 2019