Disana Nara bisa melihat Brian, suami yang sangat Nara cintai sedang berhubungan intim, dengan pelayannya sendiri di atas meja kerja Brian.
Hati wanita mana yang tidak sakit, jika disuguhkan pemandangan seperti ini di depan matanya, rasanya Nara tidak sanggup untuk menopang tubuhnya sendiri saat ini.
Sedangkan Brian yang sadar akan kehadiran Nara, langsung mendorong tubuh Sinta menjauh darinya, Brian tidak menyangka dengan dirinya sendiri yang melakukan hal brengsek seperti ini.
"Nara," lirih Brian.
Tanpa menatap Brian, Nara langsung pergi dari tempat terkutuk itu. Nara tidak sanggup lagi jika harus bertahan lebih lama, Nara tidak kuat menahan sakit yang sering ia rasakan terus-menerus.
Sedangkan Brian mengacak rambutnya frustasi, Brian tidak bisa mengontrol dirinya saat sedang lelah, dan Brian benci dirinya yang seperti itu.
"Tuan, saya mencintai anda," ucap Sinta tiba-tiba.
"Jangan macam-macam Sinta!" Sentak Brian.
Brian meninggalkan Sinta yang masih membereskan pakaiannya, karena saat ini yang lebih penting adalah istrinya, Brian berjalan menuju kamarnya berniat untuk menjelaskan semuanya pada Nara. Saat Brian memasuki kamarnya, dia melihat Nara yang sedang menangis dengan suara yang sangat menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.
Hati Brian sakit melihat Nara yang seperti ini, laki-laki macam apa dirinya ini yang teganya menyakiti istrinya sendiri.
"Nara," panggil Brian.
Nara tidak memberikan respon apapun pada Brian, yang Nara keluarkan hanya isak tangisnya saja.
"Maafkan aku Nara, aku bisa menjelaskannya."
"Wanita itu masuk keruangan ku, menggoda dan membujuk aku untuk melakukannya. Aku yang sedang lelah dan butuh kepuasan dengan bodohnya tergoda, aku melakukannya tanpa sengaja."
"Tolong bicaralah, jangan membuat aku takut," ujar Brian dengan frustasi.
Nara menutup telinganya rapat-rapat, tangis Nara semakin kencang. Istri mana yang sudi mendengarkan cerita suaminya di saat melakukan hubungan dengan wanita lain? Ingin rasanya Nara berteriak dengan kencang, namun semuanya percuma karena itu tidak akan merubah keadaan saat ini.
"Ceraikan aku," ucap Nara disertai tangisannya.
Demi tuhan Nara tidak bisa menahan rasa sakit hatinya lebih lama lagi, Nara tidak sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan Brian.
"Jaga bicaramu, jangan main-main dengan pernikahan. Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik." Ujar Brian.
"Kamu yang bermain-main di dalam pernikahan kita Brian, selama ini aku mencoba untuk mempertahankan rumah tangga ini. Dan sekarang kamu hancurkan semuanya, kamu mengkhianati aku sangat dalam Brian." Ucap Nara dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.
"Dari awal kamu menikahi aku tanpa dasar cinta, kamu melakukan semua sesuka hati kamu. Kamu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan aku, kamu mengucapkan kata-kata cinta palsu padaku. Kamu yang tidak peduli padaku setelah aku baru saja kehilangan anak pertama kita, dan sekarang kamu berselingkuh dengan wanita itu. Apa kamu pernah sedikit saja memikirkan aku?! Sebenarnya kamu menganggap aku ini apa Brian?! Wanita yang tidak punya perasaan?! Wanita yang dijadikan pemuas nafsu mu saja?! Apa Brian? APA?!" Teriak Nara sangat kencang, Nara mengeluarkan semua rasa sakit yang selam ini ia simpan. Nara menangis histeris dengan mata bengkak, dan wajah yang sudah memerah.
Tubuh Nara melemah, dan terduduk di lantai. Nara mencengkeram wajahnya sendiri dengan napas yang sudah tidak beraturan, ingin rasanya Nara menghancurkan wajahnya sendiri sama seperti hatinya yang hancur Saat ini.
Brian tidak bisa mengucapkan kata apapun saat ini, Brian juga tidak tahu kalau sikapnya yang selama ini menyakiti hati Nara. Brian mendekati Nara dan berusaha untuk memeluk istrinya, tapi Nara justru malah mendorong tubuh Brian menjauh darinya.
"Jangan membuat aku semakin membencimu," lirih Nara
"Tolong jangan seperti ini," ujar Brian.
"Keluar!" Seru Nara.
"Nara tolong dengarkan aku dulu."
"Aku mohon keluar," Isak Nara dengan memohon.
Brian tidak bisa meninggalkan Nara, tapi Brian juga tidak mau membuat Nara semakin sakit hati. Dengan langkah gontai nya Brian keluar dari kamarnya, dan memutuskan untuk menempati kamar yang berada disebeliah kamar Nara.
Sesampainya di kamar, brian menangis. Menyesali kebodohannya sendiri, Brian merasa dirinya sudah sama seperti bajingan diluaran sana, yang dengan tega menyakiti hati seseorang tanpa menyadarinya.
"Brengsek!" Teriak Brian.
Saat ini Brian merasa sakit hati setelah mendengar perkataan Nara tadi, tapi Brian yakin. Kesakitan nya saat ini tidak ada apa-apanya dengan sakit yang Nara rasakan selama ini.
***
Pagi hari yang sangat buruk dalam hidup Brian, terbangun dalam keadaan kacau dan berantakan. Tanpa membersikan dirinya terlebih dahulu, Brian langsung memasuki kamarnya bersama Nara untuk melihat keadaan istrinya.
Tapi saat Brian memasuki kamar tersebut, dia tidak menemukan Nara di manapun.
Dengan segera Brian memeriksa lemari pakaiannya, Brian takut jika Nara pergi dari rumah. Tapi saat Brian membuka lemari, pakaiannya dan juga pakaian Nara masih tersusun rapi disana.
Pada saat ingin menutup lemari tersebut, Brian menemukan kertas yang tergeletak dilantai, tanpa menunggu lagi Brian langsung mengambil kertas tersebut. Setelah membaca isi kertas tersebut wajah Brian berubah menjadi pucat.
Brian sudah membacanya berulang-ulang, bahkan Brian juga sudah mengecek tanggal yang tertera di kertas itu berulang-ulang juga.
Isi kertas tersebut adalah pernyataan bahwa Nara positif hamil, dan tanggal yang tertera di situ sama persis dengan tanggal kepulangan Brian dari Bogor tempo hari.
Dengan panik Brian kembali mencari keberadaan Nara. "Nara! Kamu dimana?!" Teriak Brian.
Brian mencoba mencari di dapur, tapi yang Brian lihat hanya wanita sialan, penghancur rumah tangganya dengan Nara yang terlihat. Brian heran dengan wanita itu yang masih saja berada di rumahnya, memang wanita tidak tahu malu.
"Kamu saya pecat! Cepat bereskan barang-barang mu dan segera pergi dari sini!" Seru Brian kencang, dan membuat Sinta yang sedang memasak itu terkejut.
"A–apa maksud tuan?"
"Kamu saya pecat! Sudah jelas bukan?"
"T–tapi tuan..."
"Cepat pergi dari rumah ini sialan!!"
Brain kembali mencari Nara, tapi hasilnya nihil. Brian sama sekali tidak menemukan Nara.
"Tolong jangan membuat aku khawatir Nara, aku mohon."
Tidak mungkin jika Nara pergi dari rumah tidak membawa apapun, Nara pasti akan membawa pakaiannya walaupun hanya sedikit. Tapi Brian yakin semua pakaian Nara masih tersimpan rapi di lemarinya saat Brian lihat tadi, Brian mencoba untuk tenang tapi semuanya seakan memaksa Brian untuk tidak tinggal diam.
Dengan pikiran kacaunya, Brian menghubungi seseorang yang tidak bisa di ragukan keahliannya lagi.
"Tolong cari tahu keberadaan istri saya secepatnya, kamu harus bekerja sedikit lebih cepat saat ini Nicholas, karena ini menyangkut rumah tangga kami yang sedang dalam ambang kehancuran," ujar Brian pada orang yang sedang dihubunginya lewat ponsel.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Marriage (SELESAI)
RomanceKetika cinta di balas dengan ketidakcintaan, di situ pula aku jatuh dengan seribu kesakitan yang meradang di dalam hati. ©Liaressa / 2019