Jika harus di pikir dengan logika mungkin kita akan berat menjalani suatu cobaan, tapi jika kita terus mengikuti alur yang sudah di takdir kan, semua akan terlewati dengan tanpa terasa.
Sama dengan rumah tangga Nara dan Brian, di awal pernikahannya banyak sekali cobaan dan ujian yang mereka jalani, sampai pada saatnya mereka bahagia dengan di karuniai kedua anak yang cantik dan tampan.
***
"Pa, kakak udah mulai pacar-pacaran tahu," adu Zee pada papa nya.
"Bohong pa, orang cuma temen biasa saja kok." Ujar Leon membela diri.
"Sayang kalau lagi sarapan jangan sambil ngomong dong, apalagi sambil adu mulut kayak gitu. Itu namanya tidak sopan." Kata Nara.
Kedua anak itu langsung diam dan melanjutkan sarapannya dengan tenang, Brian sengaja tidak meladeni mereka berbicara saat sedang di meja makan. Karena jika Brian meladeni mereka, mereka akan kebiasaan dengan sikap seperti itu.
Saat ini Leon sudah memasuki junior high school, dan Zeena masih duduk di bangku sekolah dasar. Kedua anak Nara dan Brian benar-benar tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tekun, dan itu semua karena didikkan keras dari Brian.
"Ma, pa, Leon sama Zee berangkat sekolah dulu ya," pamit keduanya saat sudah menyelesaikan sarapannya.
"Iya sayang hati-hati, jangan lupa pesan mama dan papa." Ujar Nara yang selalu mengingatkan kedua anaknya.
"Berteman dengan yang baik! Selalu rendah hati! Berjalan menunduk! Tidak menghabiskan uang jajan! Selalu senyum! Dan sopan!" Seru mereka berdua sebelum akhirnya pergi.
Nara tersenyum senang karena anak-anaknya selalu ingin pesan yang dia dan Brian buat.
"Kamu gak berangkat ke kantor?" Tanya Nara pada suaminya.
"Tidak, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Ayok ikut saja."
Brian menggandeng tangan Nara menuju mobilnya, yang sudah di siapkan oleh sopir sebelum mengantar anak-anak, Nara bingung dan tidak tahu Brian akan membawanya kemana. Yang pasti Nara berharap Brian tidak membawanya ke tempat yang tidak dia suka.
"Sebenarnya kita mau ke mana sih sayang?" Tanya Nara yang begitu penasaran.
"Rahasia dong, sebentar lagi kita sampai kok."
Perkataan Brian semakin membuat Nara penasaran, tapi tidak lagi saat mobil yang di kendarai Brian masuk ke arae tempat yang paling Nara suka.
"Ayok," ujar Brian yang sudah ada di samping Nara.
Nara menerima uluran tangan Brian, keduanya berjalan di atas karpet berwarna merah. Mengingatkan Nara dulu saat acara pernikahannya dengan Brian, yang di selenggarakan tersembunyi dan sedikit orang yang hadir.
Sampai pada tempatnya, Nara dan Brian berdiri di tengah-tengah panggung di tepi pantai. Di kelilingi sahabat-sahabat Brian dan orang-orang penting.
"Terimakasih sudah melengkapi hidupku selama empat belas tahun ini, terimakasih sudah memberikan aku kesempatan menjadi seorang ayah untuk kedua anak kita. Terimakasih untuk semua waktu mu untukku, aku sangat mencintaimu istriku!" Seru Brian lantang di depan semua orang yang hadir di sini.
Semua orang yang hadir di sana turut bahagia menyaksikan Brian yang mengumumkan hari ulang tahun pernikahannya dengan Nara, bukan hanya sahabat dan teman bisnis Brian saja yang hadir di acara itu. Tapi di sana sudah ada Zee dan Leon yang tersenyum senang melihat papa dan mamanya.
"Brian ini?" Bingung Nara yang entah harus mengucapkan kata-kata apa.
"Coba kamu lihat di sana," Brian menunjuk ke arah dua anaknya yang sedang melambaikan tangan pada Nara dan Brian.
Dengan perasaan campur aduk Nara langsung memeluk Brian dengan erat, dan wanita dua anak itu menangis terharu di pelukan suami tercintanya.
"happy 14th wedding anniversary dear."
SELESAI..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Marriage (SELESAI)
Storie d'amoreKetika cinta di balas dengan ketidakcintaan, di situ pula aku jatuh dengan seribu kesakitan yang meradang di dalam hati. ©Liaressa / 2019