part 13

621 20 1
                                    


Yeeeh akhirnya publish part 13
Jangan lupa follow, vote and share ya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

---------Lanjutan----------

.
.
.
.

Maulanda terus dihantui oleh rasa bersalahnya kepada Indi. Maulanda berenana ingin mendangi rumah Indi, tapi disisi lain ia takut Indi mengamuk dan marah besar padanya. Tapi ia tidak ada pilihan lain, ia tidak mau pergi ke londok dengan rasa bersalah dan beban yang ia tanggung. Lama berfikir, akhirnya Maulanda memutuskan untuk pergi ke rumah Indi.

Maulanda bergegas keluar dari kamarnya segera turun tangga dengan buru-buru, sementara orangnya keheranan atas tingkah anaknya yang buru-buru untuk segera pergi bagaikan orang di kejar hantu.

“landa, kamu mau kemana?” suara bariton Candra
“landa mau ke rumah Indi pa, ma. Landa mau minta maaf sebelum Landa berangkat ke London” jawab Maulanda sebelum ia bergegas pergi keluar rumah
“astagfirullah, anak itu buat kesalahan apa lagi” ucap Cika dengan nada lemah
“sudahlah ma, Landa sudah besar. Biarkan dia mengakui kesalahannya. Papa mau sebelum landa berangkat sifat dan kelakuan buruk berubah sedikit saja walaupun tidak banyak” ucap Candra lirih tapi tegas
“iya pa, mama juga maunya begitu” ucap cika mulai berkaca-kaca
“kita hanya bisa berdo’a yang terbaik untuk anak kita ma”
“iya pa”


✏✏✏✏

Sementara Maulanda sudah sampai depan gerbang rumah Indi. ia bingung apakah harus masuk sekarang atau menunggu pintu rumah Indi terbuka dengan sendirinya. Tapi ia berfikir kembali bahwa pintu rumah Indi tidak akan terbuka kecuali ada orang yang keluar dari rumah itu da nada tamu yang datang.

Maulanda segera masuk kepekarangan rumah Indi, pagar sudah di bukakan oleh satpam rumah Indi. Maulanda bukannya datang ke rumah orang tua angkat Indi melain ke rumah orang tua kandungnya, jelas tidak akan menemukan Indi di sana.

Maulanda segera keluar dari mobilnya dan mendekati pintu rumah Indi. Maulanda segera memencel bel rumah Indi. Maulanda berharap yang membuka pintu rumanya adalah Indi sendiri, tapi harapan itu hilang setika yang membuka pintu adalah Rizki papanya Indi.

“Assalamu’alaiku om, Indinya ada?” tanya Maulanda
“Wa’alaikumussalam, masuk dulu” ucap Rizki

Maulanda masuk ke dalam rumah orang tua kandung Indi dengan rasa takut, karena maulanda paling takut sama mamanya Indi yang tiap kali bertemu dengan mamanya Indi dapat tatapan tajam dari Resti mama kandungnya Indi.

Silahkan duduk.

Rizki memanggil istrinya yang sedang di dapur sembari membawakan minum dan cemilan untuk sang tamu, di rumah keluarga Rizki memang tidak ada pembantu melainkan istrinya sendiri yang mengurusi rumah walaupun sibuk sama urusan kantor.

Resti datang dari dapur dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh manlanda. Ia bingung harus bicara apa sama keluarga Indi karena ia rasa kesalahannya sangat banyak sama Indi, mulai merubah tingkah laku, penambilan, bahkan mengecewakan Indi. karena itulah Resti tidak menyukai teman-temannya Indi, terlebih lagi semuanya laki-laki. Resti segera duduk di depan Maulanda.

“mau apa kamu ke sini wahai anak muda” tanya Resti sinis
“sa..saya cari Indi tan” ucapnya dengan gugup
“hmm.. masih mau berteman kamu sama anak saya?” tanya Resti dengan senyum kecut
“i..ya tan, Indinya di mana? Sa..saya mau minta maaf sama Indi karena perlakuan saya selama ini telah membuatnya lepas hijab, dan saya meyesali itu tan” ucapnya dengan lirih
“kalo kamu memang bener-bener mau minta maaf sama anak saya temui dia dirumah orang tua angkatnya, kamu tau kan alamat rumahnya” ucap Rizki
“iyaa om, saya tau. Ya udah om kalo begitu saya pamit dulu, permisa tante”
“ya udah sana” ucap Resti

Istriku Ustadzah  (TERBIT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang