♠ titik-titik

491 64 10
                                    

Kim Dahyun memerhatikan rintikan hujan yang membentur-bentur jendela kelasnya. Satu embusan napas mengudara, kemudian seulas senyum tipisnya terbit.

Hujan selalu memberikan ketenangan bagi jiwanya. Apa pun permasalahan yang menimpanya, kala ia disuguhi pemandangan alam yang akan memunculkan pelangi di akhir peristiwa, kepenatan itu akan sirna secara perlahan, meski tidak sepenuhnya. Itulah sebabnya, mengapa Dahyun begitu mengagumi hujan sampai sebesar ini.

Dilatarbelakangi suara berisik teman sekelas, juga perkumpulan beberapa teman lainnya yang sedang bernyanyi diiringi gitar akustik, Dahyun merasa ketenangannya kian merasuki benak. Sungguh, Dahyun tidak memerlukan hal lain lagi selain ini.

Namun, tatkala Dahyun hendak memejamkan matanya, menikmati simfoni alam yang berbaur bersama suara anak-anak dan petikan gitar, seseorang menepuk bahunya dari arah belakang. Sosok si penepuk itu lantas berdiri di samping Dahyun―yang berdiri di depan jendela kelas―sebelum kemudian berbisik, “Hei, Dahyun, mantanmu sekarang sudah punya pacar baru, ya?”

Dahyun refleks menoleh pada Umji, si pemberi tahu, yang sedang memerhatikan ke bawah dari balik jendela berembun. Ekspresinya tampak penasaran sekaligus terkejut, dan hal itu mengundang Dahyun untuk ikut menatap ke bawah juga.

Pandangannya jatuh tepat kepada sosok pemuda berbalut sweter hitam yang sedang memakaikan helm berwarna senada pada seorang gadis yang berdiri di dekat motornya. Dari lantai dua kelasnya ini, Dahyun bisa dengan jelas melihat bagaimana tatapan khawatir yang diberikan Hanbin pada gadis di hadapannya. Itu tatapan yang sama, yang sering Hanbin berikan kepada Dahyun. Dulu. Karena Hanbin adalah mantan kekasihnya.

Dahyun seolah merasakan napasnya tersendat, pupil matanya melebar sesaat.

Sungguh demi apa pun, padahal Dahyun sudah benar-benar merelakan mantan kekasihnya itu pergi dari kehidupannya. Ia sudah melupakan Hanbin meski sedikit demi sedikit hingga ia tak lagi dirundung rasa sakit hati berlebih, tetapi saat ia disuguhi pemandangan di mana Hanbin sudah mendapatkan penggantinya secepat ini, rasa sakit itu kembali mendesak meminta keluar dan menggerus pertahanan dirinya; untuk membebaskan buliran bening dari sepasang matanya.

“Eh... Day, maaf.” Umji meringis, ia merasa bersalah setelah mendapati Dahyun yang menahan napas sekaligus menahan laju air matanya agar tidak keluar.

“Nggak apa-apa.” Dahyun memaksakan seulas senyum menenangkan. “Kalaupun dia memang pacarnya Hanbin, kuharap mereka bahagia dan langgeng sampai nanti,” sambungnya, seraya menyelipkan harapan dalam hati; semoga kesedihan ini tidak terlalu berlarut-larut.[]

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang