♠ membawa

202 49 23
                                    

Dahyun masih sibuk membungkam mulut, takut salah bicara―sebenarnya, takut jika gadis itu mengatakan dia memang sekhawatir itu terhadap kondisi Hanbin di tengah tubuhnya yang basah kuyup. Jadi, daripada mengundang godaan Hanbin lainnya, gadis itu tetap diam dan membuang wajah, enggan membalas tatapan yang dilayangkan Hanbin.

Namun, yang tidak disangka-sangka Dahyun di antara kesenyapan yang ia bangun, ia justru mendengar perkataan dari Hanbin yang sanggup memacu adrenalinnya dalam sekejap, "Lee Hayi itu bukan pacar aku, melainkan sepupu jauh aku."

Sorot pandang Dahyun kini jatuh kepada ekspresi sendu Hanbin yang tidak dibuat-buat. Ada segaris senyum tipis di bibir si pemuda kala mereka saling bersitatap. Dahyun tidak mengerti, tetapi hanya dengan satu kalimat itu saja sudah mampu mengundang rasa penasarannya sekaligus mengangkat sebagian beban cemburu yang betah mengejek hatinya.

Iya, Dahyun memang cemburu, tetapi ia tak mau mengakuinya.

"Aku nggak tahu, dari mana kamu bisa mengambil kesimpulan kalau Hayi itu pacarku, tapi yang jelas, dia itu mahasiswi pindahan dari kota tempat tinggalnya kemari. Dia nggak punya siapa-siapa di sini kecuali aku, sepupu jauhnya. Maka dari itu, dalam beberapa waktu ini, aku seringkali nemenin dia ke mana pun. Mengenalkan dia wilayah kampus yang kepengin dia tahu, atau pergi cari tempat makan yang enak, agar suatu hari kalau dia udah akrab sama temen-temen sekampusnya, dia nggak perlu lagi jauh-jauh datengin fakultasku hanya dengan alasan dia nggak ada temen buat pergi ke mana-mana," tutur Hanbin panjang lebar, berhasil menyita perhatian Dahyun sepenuhnya.

"Hayi itu orang yang cukup sulit bersosialisasi dengan orang baru, Day, kalau kamu mau tahu," sambung Hanbin setelah keheningan merambat cukup lama. "Sama aku juga begitu, soalnya kami jarang banget ketemu di acara kumpulan keluarga besar, tapi mungkin karena desakan lingkungan juga, bikin dia terpaksa menghubungi aku dan meminta aku buat nemenin dia... ya gitulah, intinya."

Kehangatan menjalari sepasang pipi Dahyun, pada detik Hanbin menyuguhi satu senyuman yang begitu ia rindukan. Dahyun tak pelak menahan diri untuk tidak membalas lengkungan manis itu. Ditambah, penjelasan Hanbin barusan sudah cukup membawa banyak beban cemburu yang kini merengek-rengek minta kembali ke tempat asalnya.

Dahyun merasa selega itu, tetapi tetap, ia tidak mau menunjukkannya atau ia akan merasa malu berat.

"Buat apa kamu jelasin semua ini ke aku?" tanya Dahyun, pelan. Sepasang tangannya mendingin karena gugup.

Hanbin mendadak bangkit dari duduknya, lantas menekuk sebelah lutut tepat di samping Dahyun yang menundukkan kepala guna menyembunyikan rona merah di pipi. Keberadaan Hanbin di dekatnya, sukses meningkatkan kinerja jantungnya sampai kewalahan. Dahyun menahan napas, tangan dinginnya diraih Hanbin dan digenggam lembut, lengkung manis itu tercipta lagi dengan mudahnya di bibir si pemuda.

Saat Hanbin hendak berbicara, Dahyun otomatis membalas pandangan pemuda itu dengan perasaan bercampur aduk.

"Aku cuma ingin kamu tahu, bahwa sampai saat ini, nggak ada cewek lain yang bisa menggantikan posisi kamu di hati aku, sekalipun kita tahu... bahwa kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi," kata Hanbin, sejujur-jujurnya.

"Dan... aku cuma ingin tahu... apa kamu... mau mengulang hubungan kita dari awal?" tanya Hanbin, perlahan. "Aku masih sayang sama kamu. Sayang banget."

Dahyun merasa pasokan oksigennya kian menipis.

"Maaf, karena aku udah nyia-nyiain hubungan kita begitu aja hanya karena masalah jenuh. Maaf banget, Dahyun. Maaf."[]

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang