♠ yang

243 59 16
                                    

Suasana kantin di Fakultas Ekonomi ini cukup ramai. Belasan mahasiswa dari berbagai kelas mampir di sana sekadar menikmati segelas minuman dingin, atau memanjakan perut mereka yang kelaparan dengan semangkuk bakso atau soto dan nasi.

Dahyun serta Umji selaku teman dekatnya di kelas pun turut bertandang ke kantin demi mengisi perut mereka dengan semangkuk bakso dan segelas teh manis dingin favorit mereka. Sambil memakan pesanannya, mereka membicarakan hal apa saja sambil sesekali tertawa. Umji, dalam hal ini, tidak lagi membahas tentang Hanbin.

Iya, Umji akui, Dahyun adalah teman dekatnya di kelas, tetapi Dahyun tidak seterbuka itu perihal asmaranya. Baik itu saat Dahyun masih menjalani hubungan bersama Hanbin, atau dengan beberapa mantan sebelum pemuda itu. Umji tentunya tidak merasa keberatan, apalagi sakit hati. Karena baginya, hal privasi seperti itu memang baiknya tidak perlu diumbar-umbar atau disombongkan. Dahyun juga hanya akan berbicara padanya perihal Hanbin, jikalau hubungan mereka sedang dalam kondisi kurang baik. Dari situlah, Umji akan menelurkan nasihatnya yang dapat diterima Dahyun dengan baik.

“Day, aku ke toilet dulu, ya,” kata Umji setelah ia meneguk tehnya yang masih tersisa banyak.

Dahyun mengangguk saja, karena mulutnya dipenuhi makanan. Selepas Umji meninggalkan kantin menuju toilet mahasiswi, Dahyun menikmati kesendiriannya sambil memainkan ponsel, membalas beberapa pesan obrolan dari temannya yang lain.

Namun, tak lama berselang, seorang pemuda dengan kaus putih polos dipadukan dengan kemeja flanelnya yang tidak dikancingkan, tiba-tiba saja duduk di bangku yang sebelumnya ditempati Umji. Pemuda itu dengan cueknya memasukkan saus, sambal, kecap serta cuka yang sudah tersedia di atas meja ke dalam mangkuk bakso yang dibelinya.

Dahyun yang menyaksikan semua itu hanya menaikkan sebelah alis, menatap si pemuda yang memang sudah cukup lama tak saling bertemu dan bertukar sapa dengannya.

“Ngapain kamu duduk di sini?” Dahyun mengudarakan tanya, sebisa mungkin menekan kegugupan yang mendadak menderanya.

“Makan,” sahut Hanbin, si pemuda, tanpa menatap sang lawan bicaranya.

“Masih banyak meja kosong di sini. Itu tempatnya Umji,” kata Dahyun, yang mendadak selera makannya lenyap tak bersisa. Jadilah, Dahyun hanya meminum tehnya beberapa kali.

Kemudian, tanpa aba-aba, Hanbin menaikkan pandangan kepadanya, disertai senyuman yang membuat kedua pipinya naik menyentuh sepasang matanya yang bulat. “Bangku ini panjang, sama kosong, jadi aku duduk di sini aja.”

Iya, memang benar meja kantin ini didesain memanjang setiap satuannya, tetapi... tetap saja... Dahyun enggan Hanbin duduk di sini bersamanya.

“Eh, ada Hanbin,” ucap Umji yang sudah kembali dari toilet. Dahyun sampai tak menyadarinya dikarenakan keberadaan pemuda tersebut.

Umji berpindah posisi duduk menjadi di samping Dahyun dan kembali melanjutkan makannya, seolah atmosfer janggal yang menyelimuti bangku itu sama sekali tak mengusik dirinya.

“Day, sambalnya nggak kamu tuangin banyak-banyak, kan?” tanya Hanbin yang terlambat menyadari warna kuah bakso di mangkuk Dahyun; warnanya terlihat seperti merah gelap.

“Ji, aku ke kelas duluan, ya,” pamit Dahyun, tak mengindahkan ucapan Hanbin barusan.

Bergegas, ia menyambar tali tas sampirnya, kemudian beranjak meninggalkan kantin setelah ia membayar makanannya. Berkali-kali Umji memanggil nama Dahyun dan memintanya untuk menghabiskan makanan sebelum pergi, tetapi perkataan itu hanya direspons dengan senyuman samar si gadis.

Tersisa Umji dan Hanbin saja di sana, yang kini sudah berhenti menunjukkan sikap cueknya. Hanbin mendesah panjang, selera makannya sebenarnya benar-benar tidak ada. Hanbin hanya berpura-pura saja selama Dahyun ada di hadapannya.

Menyadari bahwa Dahyun dan Hanbin tak menjalin komunikasi yang baik sebelum Umji kembali kemari, gadis itu berkata, “Mungkin Dahyun lagi nggak mau diganggu kamu, Bin.”

Hanbin membalas tatapan pengertian Umji, lalu tersenyum muram. “Maaf, udah rusak acara makan Dahyun sama kamu.”

“Nggak apa-apa. Malah kukira kalian duduk berdua karena udah mulai akrab lagi,” kata Umji, mengundang kekeh ringan Hanbin.

Andai saja semudah itu.[]

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang