♠ juga

200 47 12
                                    

Dahyun tidak membalas ungkapan jujur Hanbin, tetapi pipinya kontan bersemu merah. Ia pun langsung berbalik menuju kamarnya secepat mungkin agar Hanbin tidak melihatnya, lalu mengambil handuk bersih dari lemari dan kembali ke ruang tamu untuk mengulurkan handuk itu kepada si pemuda Kim.

"Basah-basahan gitu, kamu mau sakit, hah?" kata Dahyun, galak. Rona merah di pipinya sudah memudar dalam hitungan detik.

Hanbin menerimanya sambil tak kuasa menahan senyum bahagia. "Makasih."

"Lagian kamu ngapain, sih, ke sini? Bukannya dateng ke rumah pacarmu itu," Dahyun berujar sambil duduk pada kursi tamu yang berseberangan dengan Hanbin. Kedua tangannya dilipat di depan dada, menatap Hanbin memicing.

Hanbin sebenarnya sudah menduga jika 'pacar' yang dimaksud Dahyun adalah Lee Hayi, tetapi tidak apa-apa. Hanbin senang, setidaknya Dahyun masih memperlihatkan rasa cemburunya di tengah status mereka yang tak lagi disebut sepasang kekasih.

Karena biar bagaimanapun, besar keinginan Hanbin untuk dapat kembali menjalin kasih dengan gadis Kim ini dan memperbaiki segala hal yang buruk dari awal, termasuk titik jenuh mereka.

"Nggak mau tawarin minum dulu gitu, Day, buat aku?" Hanbin mengalihkan topik, kebiasaan yang selalu dilakukannya setiap kali Dahyun membahas soal pacarnya.

Namun, seperti biasa pula, Dahyun menurut dan berjingkat ke dapur meski diiringi dengkusan sebal untuk membuat teh panas. Di sisi lain, ia juga merasa benar-benar takut jika Hanbin sampai jatuh sakit... dan membuatnya diam-diam merasa khawatir.

Selagi Hanbin mengusak-usak kepalanya menggunakan handuk pemberian Dahyun, si gadis Kim sudah kembali ke ruang tamu dengan dua cangkir teh panas, selanjutnya ia letakkan di atas meja kaca.

"Nih, diminum tehnya. Aku cuma nggak mau kamu sakit terus bikin kami sekeluarga repot, terus dimarahin sama kedua orang tua kamu, apalagi orang tuaku karena udah bikin kamu basah-basahan gini," omel Dahyun, mengundang senyum bahagia Hanbin lainnya.

"Kamu ini bilang aja khawatir, apa susahnya, sih?" sahut Hanbin, seraya meraih cangkir tehnya untuk ia sesap. "Omong-omong, makasih, ya, udah seperhatian ini sama aku."

"Mana ada perhatian!" elak Dahyun cepat, pipinya lagi-lagi merona, dan Dahyun membencinya.

"Lho, terus ini namanya apa kalau bukan perhatian? Kamu kasih handuk, bikinin teh anget juga," goda Hanbin, semakin membuat Dahyun ingin mengubur wajahnya saja yang sudah pasti mirip seperti kepiting rebus.

Sementara itu, melihat Dahyun yang terkesan salah tingkah, Hanbin berharap semoga ia masih mampu menahan diri untuk tidak beranjak mendekati gadis di hadapannya tersebut untuk memberikannya pelukan kelewat rindu.[]

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang