Hanbin dan Dahyun mengucapkan terima kasih sekaligus berpamitan kepada Jessica dan beberapa perawat yang bertugas. Dahyun tak lagi terlalu merasakan sakit pada perutnya, itulah sebabnya ia bersikeras untuk pulang sekarang, sekalipun Hanbin berdalih ia tak boleh pulang jika perutnya masih terasa sakit walau hanya sedikit.
"Kuat jalan sampai parkiran, nggak?" tanya Hanbin, begitu mereka sudah tiba di luar teras klinik fakultas. "Kalau nggak kuat, aku gendong..."
"Nggak usah," kata Dahyun, mengernyit tak suka. "Aku bisa pulang sendiri."
"Lho, aku kan, udah bilang mau antar..."
"Nggak usah, Kim Hanbin!" bentak Dahyun di antara angin sore yang berembus. Suasana di luar klinik sepi, hanya ada mereka berdua di sana, bertemankan beberapa kendaraan pribadi milik para pegawai klinik.
Hujan gerimis senantiasa menghiasi muramnya langit serta sendunya ekspresi yang tercipta di wajah Hanbin.
"Kamu ngerti nggak, sih, gimana nggak enaknya aku sama cewek kamu itu?" ucapnya dengan nada setengah frustrasi. "Kamu mikirin perasaannya dia nggak, seandainya dia tahu kamu ada di sini sama mantan pacarnya, dan masih seperhatian saat aku sama kamu masih pacaran? Mikir sampai ke sana, nggak?"
Hanbin belum menemukan suaranya. Untuk membalas perkataan menohok Dahyun, tetapi seperti biasanya, pemuda itu menekan keinginan untuk memeluk Dahyun sambil tersenyum lebar hanya untuk mencurahkan perasaan bahagianya; bahagia karena Dahyun memang masih secemburu itu kepadanya.
"Cewek kamu juga terus-terusan kirim kamu chat, kan, nanyain kamu di mana? Udahlah, Bin, kamu..." ucapan Dahyun tak sempat diselesaikan, ketika Hanbin tahu-tahu memberikan ponselnya kepada Dahyun.
"Buka, nih, isi WhatsApp-ku. Nggak ada yang aneh, kok. Apalagi dari cewek yang kamu bilang pacarku," titah Hanbin, santai.
Dahyun ingin menolak, tetapi tangannya bergerak tak sesuai rencana. Ia lantas membuka aplikasi obrolan tersebut, dan ia hanya melihat beberapa kontak saja yang sedang terjalin percakapan sore ini. Termasuk... nomor dari ibu Kim Dahyun. Namun, yang lebih mengejutkannya lagi, tidak ada nama Lee Hayi di daftar kontak WhatsApp Hanbin.
"Dari tadi aku chat-an sama mama kamu, kalau kamu mau tahu," ungkap Hanbin, mengerti akan ekspresi keheranan di wajah si gadis. "Aku bilang, kamu bakal telat pulang karena masalah sakit perut. Aku juga udah coba nenangin mamamu biar nggak khawatir, soalnya aku ada di sini buat nemenin kamu. Terus, beliau titip pesan ke aku buat jagain kamu sebaik mungkin. Karena beliau percaya, kalo aku bisa jagain kamu."
Dahyun tidak mampu menyuarakan isi kepalanya yang rumit. Hanya ada setumpuk cairan bening di kedua matanya yang siap luruh. Lalu, pada detik di mana air mata itu mengalir, Dahyun menyekanya cepat dan sesegera mungkin menyerahkan ponsel di genggamannya kepada Hanbin.
Mamanya tahu, bahwa hubungannya dengan Hanbin memang sudah kandas, tetapi hingga saat ini, Mama rupanya masih sebesar itu mengharapkan Hanbin untuk kembali bersama Dahyun. Dan, sama sekali Dahyun tidak mengerti.
"Kalau mamamu masih tetap percayain aku buat jaga kamu, apa kamu sendiri percaya sama aku?" tanya Hanbin, menatap Dahyun sendu.
Dahyun bergeming di tempat, mengalihkan pandang ke mana pun asal tidak membalas tatapan Hanbin.
Pertanyaan itu hanya dijawab oleh desiran angin sore yang menerpa, tanpa ada suara sang gadis yang menimpali.[]
*****
Gaisss cerita ini gak seberat itu, kok. Malah cenderung ringan dan mungkin bisa masuk kategori real life? 😄
Terima kasih sudah membaca! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan | Hanbin ft. Dahyun
Fanfic(n.) titik-titik air yang berjatuhan dari udara. Sering membuat genangan, kadang juga membawa kenangan. • Hanbin x Dahyun • presented by bluesheano, 2020 awal : 03 Februari 2020 akhir : 26 April 2020 #1 in dahbin (07/19/2022) ♡