♠ berjatuhan

253 61 19
                                    

Dahyun mendadak teringat pada salah satu kenangan saat dirinya masih menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih dengan Hanbin. Kejadian di kantin tadi adalah pemicunya.

Sore itu, kala hujan senantiasa mengguyur tanpa tahu kapan akan berhenti, Dahyun asyik mengagumi hujan di bawah naungan atap kantin fakultasnya, setengah melamun, sembari menunggu pesanannya datang.

Hanbin yang juga duduk di hadapan gadis itu memerhatikan wajah cantik si gadis sambil bertopang dagu dan mengulum senyum. Pemandangan seperti ini sudah sering Hanbin temukan, tetapi sensasinya selalu sama; mendebarkan, menghangatkan, dan membuatnya merasa senang. Ekspresi kagum yang tercetak dari wajah Dahyun, mampu menyirnakan kepenatan yang bergelayut manja di kepala dan kedua bahunya begitu saja.

“Merhatiin hujan terus, merhatiin akunya kapan?” celetuk Hanbin, membuat Dahyun seketika mengalihkan fokus kepadanya dan tertawa kecil.

“Kalau hujannya berhenti,” canda Dahyun, tak urung menularkan tawanya pada Hanbin.

Saat pesanan mereka sudah datang, Hanbin dengan perhatian penuhnya hanya menambahkan sedikit sambal di atas bakso milik Dahyun yang masih mengepul panas. Dahyun cemberut, Hanbin meliukkan jari telunjuknya; tanda tak terpengaruh akan ekspresi menggemaskan itu.

“Kalau kamu sakit perut gara-gara sambal kayak waktu itu gimana, Day? Aku nggak mau, ya, kalau kamu sampai dirawat di rumah sakit seperti apa yang dokter kliniknya bilang, seandainya kamu bandel makan pakai sambel lagi.”

“Bawel,” ketus Dahyun, lantas mengaduk baksonya tanpa berniat untuk menambah takaran sambalnya lagi, karena ia memang patuh pada peringatan yang dikeluarkan Hanbin untuknya.



“Kelasnya pak Jona ditunda sore ini! Kelas gantinya lusa nanti!” seru seorang mahasiswa penuh rasa semangat.

Dahyun yang semula tenggelam ke dalam kenangan manisnya itu ikut merasakan euforia anak-anak yang ada. Ia pun segera membereskan mejanya, sebab tidak ada lagi kelas lain setelah kelas pak Jona, kemudian ia membereskan tas milik Umji; berhubung teman dekatnya itu masih berada di kantin menikmati semangkuk baksonya.

Dahyun bergegas pergi menuju kantin sambil membawakan tas milik Umji, tetapi ketika langkahnya hampir tiba di wilayah kantin, perutnya mendadak terasa nyeri; seolah ada sesuatu tak kasat mata yang memerasnya tanpa ampun.

Dahyun mengaduh kesakitan di tengah lorong kantin yang tampak sepi, dikarenakan hampir sebagian mahasiswa di fakultasnya sudah kembali ke kelas masing-masing.

Ingin rasanya Dahyun menangisi rasa sakitnya ini, dan dengan kurang ajarnya kenangan bersama yang sudah terbangun dalam benaknya saat di kantin mengundang kekesalannya yang memuncak.

“Lho, Dahyun?!”

Ada suara Hanbin yang membaur ke dalam telinga Dahyun yang berdenging kecil.

Kenapa harus sekarang? Kenapa sakitnya harus terasa sekarang ketika cowok ini ada di sini? Batinnya berisik, menyalahkan perutnya yang benar-benar terasa sakit.

“Dahyun, kamu kenapa?” Hanbin tampak panik. Dijatuhkannya tas punggungnya begitu saja demi menyangga tubuh Dahyun agar tidak ambruk. Peluh sebesar biji jagung mulai menghiasi paras sang gadis, membuat rasa panik Hanbin naik berkali lipat.

“Bukan... urusan... kamu...,” bisik Dahyun. Perutnya seperti disobek-sobek dari dalam, menghantarkan ringisan nyeri dan air mata yang menganak.

“Ayo, aku bawa kamu ke klinik fakultas,” kata Hanbin, bersiap menggendong tubuh Dahyun, tetapi lagi-lagi Dahyun bersikap menolak.

“Aku mau... pulang...,” bisik Dahyun lagi, kali ini disertai tatapan tajam yang sayangnya tidak memengaruhi Hanbin sedikit pun.

“Kamu harus dapat pertolongan dulu, Dahyun!” tegas Hanbin, kemudian menyampirkan tali tas punggungnya di bahu kanan, sebelum akhirnya ia bersikeras menggendong Dahyun dan membawanya menuju klinik fakultas.

Untungnya Dahyun tidak lagi menunjukkan penolakan. Mungkin rasa sakit di perutnya sudah tak bisa ditoleransi lagi.

Dari posisinya saat ini, Dahyun bisa mendengar dengan jelas degupan jantung Hanbin yang begitu cepat. Napas Hanbin pun setengah memburu, selagi kakinya berjalan cepat menyusuri setiap koridor tanpa memedulikan pandangan beberapa mahasiswa di sekitarnya. Apakah Hanbin memang mengkhawatirkannya?

Sementara itu, hanya ada satu harapan yang memenuhi kepala Hanbin saat ini; ia ingin Dahyun baik-baik saja.[]

********

Jangan lupa mampir ke cerita Dahbin-ku yang berjudul Enchante, ya! ♡♡

Hujan | Hanbin ft. DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang