2.2 ; Meleset

515 110 4
                                    

Bagian Alvaro

Gue sama Aluna makan malem di Richeese.

Pas di Gramedia tadi gue diancem gaboleh bayarin bukunya dia, sekarang gantian. Gue yang ga bolehin dia bayar makanannya sendiri, wkwk.

Ya sekalian beliin buat orang rumah, buat bundanya Aluna juga.

Dia pesen ayam yang pedes, gue pesen ayam yang ga pedes. Karena emang darisananya gue ga doyan pedes, ga kuat pedes lebih tepatnya.

Pencitraan dikit gapapa lah.

Sekarang kita sibuk makan, suasananya jadi canggung. Mau ngajak ngomong ga enak juga dianya lagi makan. Tunggu kelaran dikit baru ajak ngomong ah.

"Lun, gimana sekolahnya? Betah ga?"

Sebenernya ada yang pengen gue bilang ke dia, tapi basa basi dulu lah.

"Betah-betah aja sihh"

"Banyak cowo yang deketin?"

Khilaf gue khilaf, astaga. Kenapa nanya gitu Varo, Ya Ampun.

Tatapannya Aluna berubah kaya bingung gitu, "Eumm. . . Ngga juga sih"

"Oh begitu"

"Lu sendiri gimana, Var? Pasti banyak yang naksir kan", dia ketawa.

"Ya gimana ya. Gue bingung sebenernya"

"Loh bingung kenapa?"

"Gue curhat nih?"

"Iyaa gapapa"

Gue natap matanya, "Gue lagi suka sama satu cewe"

"Iya, siapa?"

Elu, anjir.

"Ada pokoknya."

"Ishh, terus?"

"Gue mau nembak dia, tapi kayanya tuh cewe beda perasaan sama gue"

"Kenapa ga di coba aja dulu?"

"Soalnya gue juga lagi deket sama cewe lain"

"Gimana sih, Var. Jangan labil jadi cowo"

"Bukannya labil, Lun. Gue tuh ga mau punya cewe cuma buat main-main. Makanya sekali punya ga gampang gue putusin. Takutnya gue salah pilih"

"Terus lu sama cewe yang lagi dekat ini gimana? Nyaman?"

"Ya nyaman"

"Kenapa?"

"Gimana ya. Anaknya baik, pinter juga."

"Cewenya?"

"Dia juga kayanya suka sama gue"

"Lu mau nembak dia?"

"Gatau."

"Kalau sama-sama suka sih jadian aja, saran gue."

Gue diem sambil mikir.

Niat gue tanya begitu tadi mau memastikan gimana respon Aluna pas gue bilang deket sama cewe lain, makanya daritadi gue natap matanya terus. Kayanya dia emang biasa aja sama gue.

Ya wajar sih, lagian kita baru kenal. Mana mungkin dia langsung suka sama gue.

Gue ngangguk, "Makasih ya sarannya, Lun."

"Iyaa, santai aja."

"Udah selesai makannya?"

"Udah nih"

Kita cabut pulang, takutnya Aluna udah dicariin sama bundanya.

Sepanjang jalan pulang kita cuma diem-dieman aja. Bukan, bukan karena omongan tadi. Tapi kayanya si Aluna udah mulai ngantuk, jadi ga banyak omong wkwk.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang