2.6 ; Sabar

481 96 7
                                    

Warning : Sesuai title, harap sabar dalam membaca chapter ini.

Bagian Alvaro

Udah masuk bulan kedua gue di sini, orang tua sama adek gue udah pulang bulan lalu.

Ya kalau ditanya, semuanya lancar-lancar aja sih.

Kecuali hubungan gue sama Vania.

Buat info kalian, gue sama Vania udah official. Kaget kan? Wkwk.

Kronologisnya, dua minggu lalu dia nyatain perasaannya ke gue di depan banyak anak satu sekolah. Gimana harga diri gue cuy, digas cewe duluan.

Tapi gue lebih ga tega buat nolak dia, jadi yaudah sekalian aja kan. Itung-itung siapa tau gue bisa move on dari yang dulu.

Gue jadiin Vania pacar juga awalnya karena srek-srek aja sama sifatnya dia. Tapi ternyata setelah jadi pacar sifatnya mulai beda. Entah itu emang sifat aslinya atau apa gue gatau pasti. Yang jelas ngeselin banget, anjirlah.

Baru dua minggu rasanya gue udah gatel mau putusin dia. Tapi kan gue udah bilang kalo gue ga gampang mutusin cewe yang udah jadi pacar gue.

Jadi ya, sabar aja.

Kaya sekarang contohnya, dia ngambek gara-gara Agnes nelpon gue.

Nelpon doang padahal.

Btw gue sama dia ga tinggal di hotel lagi, udah pindah ke asrama. Ini gue lagi di kamar asramanya dia.

Cuma diem-dieman. Gue sibuk sama HP, dia juga begitu.

Tok. Tok. Tok.

Gue liat Vania langsung bukain pintu.

Ternyata yang dateng temen cowonya.

"What's happen, Fred?"

"Nothing. I just want to invite you and your boyfriend to our party for tomorrow night."

Apaan lagi nih.

"Really? Sounds fun. I'll come."

Gue sebenernya ga nguping, cuma merekanya aja yang ngomongnya kenceng. Jadi kedengeran kan.

Ga lama abis itu, kedengeran suara nutup pintu. Vania dateng nyamperin gue, 100% gue yakin dia bakal ngerengek buat gue ikut ke acara itu.

Pura-pura gatau aja ah.

"Sayang."

"Hm."

Dia duduk di samping sambil gelayutan ke tangan gue, "Besok temenin aku ya? Ke pesta temen. Ya? Ya? Ya?"

"Kalo aku gamau?"

"Yaudah! Aku berangkat sendiri."

"Pesta apa sih itu?"

"Gatau. Maybe just for having fun."

"Mending ga usah ikut."

"Ih kamu mah."

"Ga jelas juga kan?"

"Tapikan mau coba."

"Yaudah si coba aja sendiri. Pokoknya aku ga ngizinin."

"Varoo!"

Kesel ah ngeladeninnya, mending gue balik ke kamar gue sendiri.

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang