Gadis itu melangkah ringan melewati lorong demi lorong menuju kelasnya. Sempat-sempatnya melirik lapangan, tertarik melihat anak basket yang sudah berlatih sejak pagi.
Dengan santai, ia mengetuk pintu kelas dihadapannya.
"Kamu lagi Kinan". Ucap guru yang tengah mengabsen garang.
"Saya kira seharusnya di semester baru ini kamu bisa berubah. Jam berapa kamu bangun?".
Bukannya takut, gadis itu justru memegang dagunya, berfikir. "Jam tujuh? Mungkin". Jawabnya enteng, mengedikkan bahu.
Guru itu merapatkan rahangnya, memanggil Kinan mendekat dengan wajah kelewat sabar. Kinan pun menurut. Sudah biasa. Sementara guru itu menarik telinganya keatas, membuat Kinan spontan meringis sakit dengan wajah dilebih lebihkan.
"Aduh, Bu".
"Padahal kamu itu cewek, manis, nama kamu bagus, tapi orangnya kok kayak gini. Gak ada manis-manisnya". Celetuk guru itu, seperti biasa.
Kinan terkekeh dibalik poni nya yang sedikit berantakan. Tidak pernah menganggap serius setiap ucapan guru padanya.
"Sudah duduk kamu, mengganggu saja".
Kinan memainkan lidahnya didalam mulut, berjalan menuju tempat duduknya. Kemudian ia memiringkan kepala dan menatap tidak suka.
"Apalagi Kinan?".
Kinan justru mengedarkan pandangan memperhatikan seisi kelas, kemudian menemukan bangku kosong selain di tempat duduknya.
Iya, ada manusia yang sudah duduk di Singgasananya. Tengah bermain hp diam-diam sembari menggunakan earphone.
Dengan wajah santai namun menyebalkan, Kinan mengetuk meja dihapannya.
Cowok itu mendongak sejenak.
"Ini tempat gue".
Namun cowok itu kembali fokus pada hp nya.
Kinan menghela berat. Ia tidak suka kesabarannya diuji pagi-pagi sekali. Kinan meletakkan tangannya di jidat cowok itu, kemudian memaksanya mendongak dan menatap Kinan.
"Gue, lagi ngomong sama Lo". Tekan Kinan, kemudian merampas paksa earphone yang cowok itu kenakan.
"Apaansih?". Sentak cowok dihadapannya.
"Kinan kenapa belum duduk?". Tanya Bu guru dari depan.
"Bu dia main hp!". Adu Kinan, membuat seisi kelas serentak menatap kearahnya.
Sementara dibelakangnya, cowok itu mendengus kasar. Melihat Bu guru yang datang mendekat.
"Ginan. Simpan hpnya, kalau lagi jam pelajaran gak boleh main hp". Ucap Bu guru, menunggu cowok bernama Ginan itu menyimpan hp nya dengan senyuman sumringah.
"Dih? Kok lembut banget?". Sela Kinan tidak terima.
"Heboh banget sih Lo".
Kinan kembali menatap cowok itu.
"Minggir!". Kata Kinan ketus, mendorong cowok itu untuk menyingkir sejauh mungkin dari teritorialnya."Dih? Enak aja Lo, gue duluan duduk disini".
"Eh gila Lo ya, gue duluan kali dari awal awal awal nginjak kaki di kelas ini juga gue udah duluan di sini. Sinting Lo anak baru?".
Mendengar perseteruan panjang Kinan untuk pertama kalinya, seisi kelas kembali menatap Kinan tertarik. Tumben saja gadis itu punya niat untuk bertengkar dengan seseorang, atau sekedar berbicara panjang lebar.
"Yaudah sih, mana gue tau".
"Yaelah kalau gak tau juga jangan sok tau dong. Jadi keliatan bodohnya".
"Nye nye nye nye, ribet banget sih hidup Lo, tinggal duduk juga elah".
"Yakan Lo duluan yang nyari ribut!". Kinan memukul mejanya keras. Lupa batasan untuk menghargai guru didepannya.
"KINAN!".
Kinan sontak terdiam. Menatap guru dihadapannya yang kini menunjuknya garang dengan penggaris kayu panjang dari depan kelas.
"Kelas ini bukan cuma kamu doang isinya, yang lain mau belajar. Kamu keluar saja dari pelajaran saya". Ucap guru itu tajam. Berkacak pinggang. "Habis sia sia waktu pelajaran saya setiap kamu datang. Selaluuu aja buat masalah ya!".
Kinan mendengus kelewat kasar. Mendorong cowok di hadapannya tak kalah kuat. Kemudian melempar tasnya secara khidmat ke atas kursi sebelah jendela agar tidak ada yang bisa menggeser posisinya dari sana.
"Pokoknya gue duduk disitu!". Pekik Kinan, sebelum akhirnya berjalan keluar dari kelas.
"Subhanallah Kinan, kelakuan". Lirih guru di depan kelas, menunggu Kinan untuk sampai dihadapannya.
"Sini kamu".
Kinan berdiri diam. Menatap kelewat datar ketika layangan penggaris kayu panjang itu mendarat di betisnya sebanyak tiga kali.
"Keluar kamu. Lain kali, biar ibu laporkan sama Bu Meldi saja kamu".
Di dalam kelas, Ginan spontan meneguk salivanya keras-keras. Entah tengah merasa beruntung atau merasa bersalah, karena ia yang sebenarnya salah, bukan cewek itu.
Seisi kelas menatap punggung Kinan yang berjalan tegap keluar kelas. Seolah pukulan besar tadi bukan masalah baginya.
"Psst, Ginan!".
Ginan menoleh.
"Kaget ya Lo? Gue kasih tau, jangan coba-coba cari masalah deh sama Kinan. Tuh anak dalam sekejap bisa nyeret Lo kedalam masalahnya juga".
"Maksudnya?".
"Dia Kinan. Orang yang paling dimusuhin satu angkatan".
***
Bel istirahat pertama berbunyi pada pukul 9.
Istirahat pertama tidak selama istirahat kedua. Ini biasanya disebut jamnya untuk sarapan bagi yang belum, untuk berganti pakaian, atau mungkin untuk shalat di mushola.
Ginan memilih mengikuti teman yang sering mengajaknya berbicara. Orang yang duduk dihadapannya dan cewek sinting disebelahnya tadi.
"Lo mau makan apa, nan? Ada nasgor, mie balap, Indomie goreng kuah, mie ayam, banyak dah pokoknya".
"Samain aja". Ucap Ginan, mencari tempat duduk yang entah kenapa menjadi tempat yang cocok untuk melihat kearah lapangan dimana cewek sinting tadi sedang disuruh menyapu dedaunan di lapangan sekolah.
Pesanan Ginan datang. Mereka makan sembari sesekali memulai pembicaraan.
Namun yang paling membuat tertarik, adalah ketika teman temannya membicarakan cewek di lapangan itu, Kinan.
"Emang dia kenapa sih?". Tanya Ginan penasaran.
"Nih ya, dia itu trouble maker banget tau gak? Baru kali ini gue jumpa cewek kasar dan ngeselin gitu. Semua orang dimusuhin gila. Senior semua udah pada nandain dia. Gak tau sih masalah sebenarnya gimana, tapi katanya dia pernah mukulin Abang kelas. Rumornya beda beda. Ada yang bilang Abang kelas itu macem macem sama dia. Ada juga yang bilang si Kinan kayak kecoak langsung terbang mukul dia".
Ginan menaikkan sebelah alisnya tertarik. Tersenyum sembari mengangguk lucu.
"Katanya dia juga pernah ngerokok".
Tak terlalu terkejut. Memang dari wajahnya Kinan itu terlihat seperti cewek gak beres yang jadi pentolan sekolah.
"Mau tau gosip apa yang paling parah tentang dia?".
Ginan menoleh. Menghentikan kunyahannya.
"Katanya, dia dipake sama bokapnya".
[]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome, Chairmate [END]
Teen FictionKinan kira, dirinya sudah cukup mengenal Ginan. Laki-laki pindahan yang tak pernah membicarakan keluarganya. Berusaha mencari kehidupan normal dengan terus berpindah. Ginan kira, dirinya sudah cukup pantas bagi Kinan untuk memiliki gadis itu, menja...